Menurut (Moordiningsih dan Faturochman, 2006) terdapat  sembilan fase, yakni sebagai berikut:
- Mengamati
- Kenali masalahnya
- Tetapkan tujuan
- Memahami masalah
- Membuat beberapa keputusan
- Penilaian alternatif
- Memilih keputusan
- Menerapkan keputusan
- Memonitor
2.2 Konsep Motivasi
2.2.1 Definisi Motivasi
Motivasi diartikan sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya serta menunaikan kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. (Siagian, 1995: 138). Motivasi adalah suatu perangsangan keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang (Hasibuan 1995 dalam Notoatmodjo 2007). Adapun pemotivasian dapat diartikan sebagai pemberian motif-motif sebagai pendorong agar orang bertindak, berusaha untuk mencapai tujuan organisasional (Silalahi, 2002 : 341).
2.2.2 Teori-teori Motivasi
Terdapat beberapa teori-teori motivasi, diantaranya adalah teori hierarki Maslow dan teori motivasi MC Clelland. Pada teori hierarki Maslow mengungkapkan bahwa pada setiap manusia terdapat hierarki lima kebutuhan. Berikut ini lima kebutuhan manusia yang dibahas di dalamnya, yaitu:
- Kebutuhan Fisiologis, kebutuhan manusia berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan fisik lainnya yang digunakan untuk bertahan hidup. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling dasar.
- Kebutuhan Keamanan, Sebuah kebutuhan akan rasa aman dari kekerasan fiisk ataupun psikis.
- Kebutuhan Sosial, Kebutuhan ini mengarah pada rasa kasih sayang yang meliputi perasaan untuk mencintai dan dicintai.
- Kebutuhan Penghargaan, kebutuhan ini biasanya meliputi rasa harga diri, kemandirian dan pencapaian, kebutuhan ini biasanya muncul setelah kebutuhan fisiologis, sosial, dan keamanan sudah terpenuhi.
- Kebutuhan Aktualisasi Diri, kebutuhan ini meliputi  kebutuhan seseorang untuk memenuhi ambisi pribadi, meliputi pertumbuhan, potensi diri dan pemenuhan diri.
Dalam teori motivasi menurut MC Clelland, ia beranggapan bahwa suatu individu dapat memiliki motivasi jika dirinya memiliki keinginan untuk dapat berprestasi lebih baik dibandingkan yang lain. Pada teori ini terdapat 3 kebutuhan.
- Kebutuhan prestasi, termotivasi untuk terus-menerus mengatasi tugas-tugas yang menantang dan dapat dipertanggung jawabkan secara individu.
- Kebutuhan Afiliasi, yaitu kebutuhan yang termotivasi untuk menjadi lebih baik, diterima dan disukai oleh orang lain.
- Kebutuhan Kekuasaan, pada kebutuhan ini seseorang termotivasi untuk memiliki pengaruh dan kekuasaan diri di atas orang lain.
2.2.3 Teori-Teori Motivasi Kotemporer
Berikut adalah beberapa teori yang termasuk kedalam teori motivasi kotemporer.
- Teori Penentuan Nasib Sendiri (self-determination theory), teori ini berpendapat bahwa orang-orang lebih menyukai jika mereka merasa memiliki kontrol atas tindakan mereka.
- Teori Penetapan Tujuan, teori ini memiliki tujuan yang lebih spesifik untuk menghasilkan keluaran (output) yang lebih tinggi.
- Teori Efikasi Diri, teori ini mengacu pada keyakinan individu bahwa dia mampu untuk melaksanakan tugas.
- Teori Penguatan, teori ini melihat perilaku sebagai hasil sebab akibat oleh lingkungan.
- Teori Keadilan/Keadilan Organisasi, teori ini membandingkan antara input dan output. Contoh: gaji, promosi, dan lain-lain
- Teori Ekspektansi, teori ini menyatakan bahwa kekuatan bergantung pada ekspektansi yang diberikan. Teori ini memusatkan perhatian pada tiga hubungan: Hubungan upaya kinerja, hubungan kinerja imbalan dan hubungan imbalan tujuan pribadi.
2.2.4 Macam-Macam Motivasi
Monk dan Knoers dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 90), menjelaskan