Dengan segala tantangan yang ada, tetap penting untuk menjaga keseimbangan antara mempertahankan tradisi dan melakukan inovasi. Payung Geulis sebagai warisan budaya harus terus dilestarikan, tidak hanya melalui produksi, tetapi juga dengan menarik perhatian generasi muda dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan daya saingnya.
KESIMPULAN
Payung Geulis bukan sekadar kerajinan tradisional, melainkan sebuah karya seni yang memadukan kreativitas, budaya, dan sejarah. Motif-motif yang dilukis dengan tangan tidak hanya mencerminkan keindahan, tetapi juga menjadi identitas yang kuat dari Tasikmalaya. Proses pembuatannya yang masih melibatkan teknik manual menunjukkan bahwa di tengah arus modernisasi, ada nilai-nilai yang tetap dijaga untuk mempertahankan keaslian dan warisan budaya.
Simbol harmoni antara tradisi dan inovasi terlihat jelas dalam pembuatan Payung Geulis. Mesin dan teknologi memang membantu mempercepat produksi, tetapi nilai seni sejati tetap ada pada proses manual yang dilakukan dengan penuh ketelitian dan dedikasi. Hal ini mengingatkan bahwa tidak semua hal harus digantikan oleh teknologi, ada keindahan dan nilai yang hanya bisa tercipta dari kerja tangan manusia.
Namun, tantangan regenerasi pengrajin muda menjadi refleksi yang perlu kita renungkan bersama. Seni seperti Payung Geulis mengajarkan kita untuk menghargai warisan nenek moyang sekaligus mencari cara untuk membuatnya relevan di masa kini. Dari sini bisa kita lihat, Payung Geulis memberikan inspirasi tentang bagaimana seni tradisional dapat terus hidup dengan beradaptasi tanpa kehilangan esensi utamanya. Ini adalah pengingat bahwa seni, dalam bentuk apa pun, adalah bagian dari identitas kita yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Payung Geulis bukan hanya sebuah objek, tetapi juga cerita, perjuangan, dan harapan. Ia mengajarkan bahwa seni tradisional memiliki kekuatan untuk bertahan di tengah perubahan, selama kita mau menghargainya dan memberikan ruang untuk berkembang.
Tanggal Kunjungan: 24 Desember 2024
Lokasi: Jl.Panyingkiran I, Panyingkiran, Kec. Indihiang, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat
Terimakasih kepada bapak Yayat Sukajat sebagai Narasumber.
Mahasiswa Film dan Televisi, Institut Seni Indonesia Surakarta