Mohon tunggu...
Winda Indriani
Winda Indriani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang

stay simple stay true

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Trigonon

19 Juni 2020   21:46 Diperbarui: 19 Juni 2020   21:43 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Syukur deh, kamu udah di jalan yang bener sekarang," ledek Sina.

"Dari dulu bener kali," sahut Tanu tak mau kalah.

"Ohh iya, aku sama sekali nggak dengar berita tentang Cozy. Cozy sekarang dimana sih?" tanya Sina setelah keheningan diantara mereka karena minimnya topik pembicaraan.

"Cozy? Cozy  sudah bersama ibunya sekarang" tutur Tanu dengan lembut membuat Sina tercengang sekaligus ingin menitihkan air matanya

"Aku ingin segera bertemu dengannya" harap Sina dengan lirih.

Setelah sekian lama mereka bersama, tumbuh benih-benih cinta diantara Tanu dan Sina. Tanu pun memberanikan diri untuk mengajak Sina untuk menjalin hubungan lebih dari seorang teman.  Sina pun mulai bertanya tanya apakah sebuah rasa ini bisa berubah menjadi rasa cinta? Cinta yang amat ia impikan datang bersama dengan kabar duka. Banyak yang harus Sina pertimbangkan. Ia tidak ingin menghancurkan persahabatannya yang ia jalin sejak SMA itu. Toh, jika ia dan Tanu menjalin sebuah hubungan yang lebih dari teman itu akan terasa aneh baginya. Sinapun membulatkan keputusannya untuk tidak menerima Tanu. Awalnya Tanu agak tidak terima dengan keputusan sahabatnya itu. Tapi perasaan mana mungkin bisa dipaksa. Akhirnya merekapun bisa bersikap seperti biasa layaknya seorang sahabat lagi.

Sina dan Tanu pun terbang ke jepang untuk bertemu dengan Cozy, karena saat itu dia dan Tanu sama-sama sedang libur. Tak  bisa dipungkiri rasa rindu yang amat dalam ini telah menggrogoti tubuhnya, Sina sadar saat ini bertemu dengan sahabatnya itu adalah angan angan semata. Tangan yang tak bisa lagi digenggam, tubuh yang tak bisa lagi di rangkuh, hanya batu yang bertuliskan namanya yang bisa ia tatap, hanya lewat doa ia bisa memulihkan rasa rindunya dengan sahabatnya itu. Ishikawa Cozy telah meninggalkan dunia ini karena kanker mata yang dideritanya seperti ibunya dulu. Yang paling Sina sesali adalah ia tidak berada di sisi sahabatnya itu ketika sedang berusaha melawan penyakitnya.

"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalakan belang, manusia mati meninggalkan sebuah nama . Ishikawa cozy, walaupun dunia tak menganggap kau ada tapi satu hal yang pasti kau akan selalu ada di hati sahabat sahabatmu ini," batin Sina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun