Mohon tunggu...
Winda Febriani Putri
Winda Febriani Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Telkom University

Hobi: Membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Uang Koin di Indonesia Pada Masa Hindia Belanda

12 November 2023   17:37 Diperbarui: 12 November 2023   18:44 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar  ini di ambil di museum Sri Baduga. Dokpri

- Mata Uang Dollar Token Perkebunan (1800-1890)

Setelah runtuhnya VOC pada 1799, kolonial Belanda mencetak uang perkebunan dengan bentuk dan nominal beragam untuk mengatasi korupsi di perkebunan. Ini sebagai respons terhadap sistem cultuurstelsel atau tanam paksa yang diterapkan setelah VOC. Uang token perkebunan memiliki bentuk unik seperti segitiga, lingkaran, segi lima, dan lainnya. Dicetak untuk mencegah penyelewengan pekerja perkebunan dan berlaku di wilayah tertentu.

Uang dolar token perkebunan, seperti yang dicetak di Deli, Sumatra pada 1888, memiliki nilai nominal 1 dolar, 50 sen, dan 10 sen. Ada juga uang berbentuk bamboo dengan nominal 50 sen dari perkebunan the Parahyangan, banyak dicetak pada tahun 1888 dan terakhir pada 1890.

Pulau Bacan menjalin kerjasama dengan Belanda tanpa penjajahan, melainkan dalam perdagangan. Kesultanan Bacan mengeluarkan koin pada 1881 untuk perkebunan hasil kerjasama dengan "Rotterdam Batjan Cultuur Maatschapij," menjamin para pekerja kebun untuk beraktivitas pertanian di wilayahnya.

- Mata Uang Koin Kepeng Kepulauan Sumatra (1804)

Setelah VOC, kongsi dagang Belanda terbesar bubar, perdagangan mengalami tantangan. Beberapa daerah, termasuk kepulauan Sumatra, mengambil inisiatif membuat kebijakan sendiri untuk menjaga perdagangan internasional. Kepulauan Sumatra, sebagai contoh, mencetak uang koin sendiri dari tembaga dengan nilai nominal satu keping pada tahun 1804. Uang ini menampilkan lambang Singapura di muka dengan tulisan "Island of Sumatra," dan di belakang terdapat tulisan Arab "satu kepeng." Uang ini digunakan di kepulauan Sumatra untuk perdagangan rempah-rempah dengan Singapura. Uang tersebut memiliki ukuran kecil dan ketebalan yang tipis.

- Mata Uang Koin Stuiver Belanda (1800-1858)

Setelah VOC runtuh pada 31 Desember 1799, uang Stuiver Belanda digunakan, dan Perancis secara tidak langsung menguasai Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan Raja Louis Napoleon, Herman Willem Daendels diangkat sebagai gubernur Hindia Belanda (1808-1811) dan membangun jalan pos Anyer Panarukan. Uang koin dengan lambang Alain, singkatan dari Louis Napoleon, terus dicetak menggunakan bahan tembaga.

Pada masa Inggris mengambil alih pada 1811, Dirham Inggris diperkenalkan dengan desain oleh Johan Anthonie Zwekkert, dikenal sebagai kawin Javas rupee dari emas dan perak, bertuliskan "British East India Company." Setelah wilayah koloni diserahkan kembali ke Belanda pada 16 Agustus 1816, Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels mencetak uang koin berbahan tembaga hitam dengan tulisan "Nederland Indie" dan tahun cetak yang bervariasi, nominal 1/4, 1/2, 1, 5, dan 10 Stuiver.

Dengan diterapkannya sistem tanam paksa pada 1840-an, semakin banyak uang koin Rijksdaalder dicetak untuk memenuhi kebutuhan perekonomian. Pemerintah juga mengeluarkan uang sertifikat sebagai uang kertas untuk transaksi saham dan tanah kepada pihak swasta. Uang ini digunakan hingga tahun 1858.

- Mata Uang Gulden Nederland Indie (1858-1945)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun