Mohon tunggu...
Winda Agustin
Winda Agustin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bersenang-senang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Tasawuf Islam

27 November 2023   13:36 Diperbarui: 27 November 2023   13:42 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasawuf dalam Islam muncul seiring dengan penyebaran agama Islam sendiri, terutama sejak saat Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rasul untuk semua manusia beserta alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum menerima misi kenabian, Nabi Muhammad SAW sering mengasingkan diri di Gua Hira, melakukan tahannuts dan khalwat, untuk menjauhkan diri dari kesibukan kehidupan dunia di Kota Mekkah. Praktik kerohanian seperti ini mirip dengan praktik seorang sufi yang mempunyai tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

A.Pada Masa Nabi Muhammad

Pada masa Nabi Muhammad setelah resmi diangkat sebagai utusan Allah, gaya hidupnya masih ditandai oleh kesederhanaan dan kekerakyatan. Meskipun memiliki otoritas sebagai nabi, beliau tetap menjalani kehidupan sederhana dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah yang intensif.

Sebelum menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad melakukan perenungan dan dakwah di Gua Hira. Setelah diresmikan sebagai utusan Allah, beliau tetap mempertahankan gaya hidup sederhana dan tidak tergoda oleh kemewahan dunia. Kehidupan rumah tangga Nabi menjadi teladan bagi sahabat-sahabatnya untuk hidup dengan kesederhanaan.

Pengasingan diri Nabi di Gua Hira menjadi pedoman bagi para sufi dalam praktik khalawat atau isolasi spiritual. Peristiwa ini dimulai dengan perintah Allah untuk melaksanakan shalat lima puluh kali sehari dan malam, yang kemudian dikurangi setelah dialog dengan Allah. Kehidupan Nabi menjadi dasar ajaran tasawuf, mencerminkan sederhana, zuhud, dan keteguhan terhadap ibadah.

Ibadah Nabi, seperti shalat malam yang panjang dan istighfar sebanyak seratus kali setiap hari, menjadi awal mula ajaran tasawuf. Kesederhanaan, kesetiaan pada ibadah, dan pengabdian kepada Allah yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad menjadi inspirasi bagi pengikutnya, menciptakan landasan bagi perkembangan tasawuf seiring dengan Islam.

B.Pada Masa Sahabat

Pada masa sahabat, para sufi mengambil inspirasi dari kehidupan rohani para sahabat sebagai panduan bagi dimensi spiritual dalam Islam. Kehidupan spiritual para sahabat menjadi dasar bagi perkembangan tasawuf di masa-masa selanjutnya, karena mereka adalah murid langsung dari Nabi Muhammad SAW.

Para sufi memandang para sahabat sebagai teladan karena mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dalam tindakan dan perkataan mereka. Para sahabat, sebagai saksi langsung terhadap ajaran dan praktek Nabi, mencerminkan sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk aspek-aspek tertentu yang khusus bagi beliau.

Kesamaan para sahabat dengan kehidupan yang dicontohkan oleh Nabi SAW membuat mereka unik sebagai pengikut langsung yang mempraktikkan ajaran Islam. Mereka juga meneladani kesederhanaan hidup Nabi Muhammad SAW, sepenuhnya mengabdikan diri untuk beribadah kepada Allah.

Beberapa sahabat, seperti Ammar Bin Yasir, Hudzaifah Bin Al-Yaman, dan Niqdad Bin Aswad, termasuk dalam kelompok sufi pada abad pertama. Mereka berperan sebagai guru spiritual bagi orang-orang yang tertarik pada kehidupan sufi, dengan tekun meneladani tindakan dan karakter Nabi Muhammad SAW. Para sahabat menjaga kesetiaan terhadap ajaran Al-Qur'an dan tetap mengambil contoh dari Rasulullah SAW, meskipun beliau telah meninggalkan atau menghilang di tengah-tengah mereka.

C.Pada Masa Tabi'in

Pada masa Tabi'in, ajaran kaum sufi tetap berfokus pada aspek moral dan pembinaan jiwa untuk membersihkannya dari pengaruh dunia. Menurut Al-Taftazani, pada akhir abad kedua Hijriah, istilah "sufi" belum sepenuhnya diterapkan pada mereka, dan baru pada abad ketiga muncul sebagai aliran yang lebih terstruktur.

Beberapa tokoh sufi pada abad pertama dan kedua Hijriah antara lain:

1. Al-Hasan Al-Bashri, seorang ulama sufi yang belajar dari Imam Khudzaifah bin Yaman.

2. Sufyan bin Sa'id Ats-Tsuri, murid Hasan al-Bashri, ahli tasawuf dan juga memiliki keahlian dalam berbagai ilmu Islam.

Pada umumnya, tasawuf pada abad pertama dan kedua Hijriah menekankan ketenangan, kesederhanaan, ibadah intensif, dan pengingat Allah secara berlebihan. Motivasi utamanya adalah rasa takut kepada Allah, namun di akhir abad kedua Hijriah, motif cinta kepada Allah juga muncul.

Pada abad ketiga, tasawuf mengalami perkembangan lebih cepat, dengan kota-kota besar seperti Baghdad, Khurasan, dan Mesir menjadi pusat kegiatan tasawuf. Tokoh-tokoh seperti Musa Al-Anshary, Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy, dan Abu Ali Muhammad bin Abdi Wahhab As-Saqafy memainkan peran penting dalam mengajarkan tasawuf dan mengembangkan ajarannya di berbagai wilayah.

Pada masa ini, tasawuf mulai menunjukkan analisis mendalam terutama di wilayah Khurasan, menjadi lebih teoretis, dan mengembangkan konsep-konsep baru seperti moralitas, jiwa, perjalanan spiritual, tingkatan dan keadaan, makrifat, tauhid, fana', penyatuan, dan hulul. Abad ketiga dapat dianggap sebagai awal perkembangan ilmu tasawuf dalam pengertian yang lebih luas.

D.Pada Masa Penyebaran Tasawuf Akhlaqi

Pada masa penyebaran tasawuf akhlaqi, aliran tasawuf semacam itu muncul kembali pada pribadi-pribadi sufi yang juga filsuf pada abad keenam dan setelahnya. Namun, aliran tasawuf semifikilosofis berakhir pada abad ke-5 karena keberhasilan teologi Ahlus Sunnah wal Jama'a, terutama melalui karya Abu al-Hasan al-Ashari.

Sejak abad ketiga Hijriyah, para sufi mulai menitikberatkan perhatian pada hal-hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku. Perkembangan doktrin dan praktik sufi ditandai dengan usaha mempertahankan moralitas di tengah dekadensi moral. Tasawuf berkembang menjadi ilmu etika agama atau ilmu etika agama di negara mereka.

Pada abad ini, ilmu tasawuf mengalami kemajuan pesat karena para ulama tasawuf berusaha mengembangkan ajaran tasawuf mereka. Mereka mengadopsi sistem tarekat yang melibatkan pengajaran teoritis dan panduan langsung, dikenal sebagai suluk.

Abad kelima Hijriyah menjadi titik penting dalam keberhasilan tasawuf tradisional (akhlaqi). Tokoh seperti Imam Al-Ghazali, Al-Qusyairi, dan Al-Haraqwi menjadi pilar tasawuf Sunni, membentuk dasar ajaran yang berlandaskan tauhid.

Sejak abad keenam Hijriyah, pengaruh tasawuf Sunni semakin meluas di dunia Islam, terutama berkat tokoh besar seperti Al-Ghazali. Tasawuf akhlak, diwakili oleh para sufi dari abad ketiga dan keempat Hijriyah, termasuk Imam Al-Ghazali, menjadi integral dalam perkembangan spiritual dan moral Islam.

E.Pada Masa Pencerahan Tasawuf

Pada masa pencerahan tasawuf, abad ketiga Hijriah ditandai oleh perkembangan pesat dalam ilmu tasawuf. Abad ke-4 menyaksikan kemunculan karya penting seperti "Al-Ta'arruf Li Mazhab Ahl Al Tashawuf" oleh Alkalabazi dan "Qut al-Qulub" oleh Abu Thalib Almakki.

Abad ke-5 menjadi periode kunci dengan munculnya tokoh besar seperti Imam Al-Ghazali. Kontribusi pentingnya mencakup integrasi aspek fiqih, tasawuf, dan ilmu kalam, mengurangi pemisahan di antara ketiganya.

Abad ke-6 Hijriah melihat banyak ulama tasawuf berpengaruh. Pada abad ke-7, para pemurni tasawuf muncul untuk menghilangkan unsur-unsur yang dianggap syirik, bid'ah, dan khurafat.

Abad ke-8 menjadi penting dengan peran aktif Ibn Taimiyah, setara dengan Imam Al-Ghazali. Tekun dalam berbagai upaya, semangatnya tidak pernah surut hingga akhir hayatnya pada tahun 727H/132M.

F.Pada Masa Kejayaan Tasawuf Falsafi

Pada masa kejayaan tasawuf falsafi, aliran ini berasal dari berbagai aliran filsafat yang memengaruhi tokoh-tokohnya. Muncul secara signifikan pada abad keenam Hijriah, meskipun pemimpinnya mulai dikenal seabad kemudian.

Tasawuf filosofis terus berkembang, terutama di kalangan sufi dengan latar belakang dalam filsafat. Orisinalitas tasawuf sebagai bagian dari Islam tetap dijaga, meskipun dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan pengetahuan yang beragam.

Para sufi filosofis memiliki pemahaman mendalam terhadap filsafat Yunani, aliran Stoa, Neo-Platonisme, dan Hermetisme. Mereka juga menguasai filsafat kuno dari Persia dan India.

Terdapat kritik tajam terhadap teologi Ahlussunnah wal Jama'ah, terutama terhadap sikap ekstrem tasawuf oleh tokoh-tokoh kontroversial seperti Abu Yazid Al-Bustami dan Al-Hallaj. Teori-teori yang mereka kembangkan tentang jiwa, moral, pengetahuan, dan wujud memengaruhi perkembangan sufi-sufi modern.

Perbedaan mulai muncul dalam tasawuf, dengan tasawuf Sunni menekankan pengembangan akhlaq yang baik, sementara tasawuf falsafi lebih fokus pada pemikiran filosofis dengan ungkapan kontroversial dalam ajaran yang mereka kembangkan, seperti ayat hahiyat.

G.Pada Masa Pemurnian Tasawuf

Pada masa pemurnian tasawuf, perkembangan tasawuf atau mistisisme Islam mengalami fase yang kompleks dan beragam. Berikut adalah ringkasan sejarah tasawuf pada periode ini:

1.Awal Mula Tasawuf:

*Tasawuf muncul pada masa awal Islam sebagai respons terhadap pesan spiritual dalam Al-Quran dan ajaran Nabi Muhammad.

*Sufi awal seperti Hasan al-Basri dan Rabia al-Adawiyya dikenal karena ketekunan mereka dalam ibadah dan introspeksi diri.

2.Pemikiran Sufi Awal:

*Karya-karya seperti "Ihya Ulum al-Din" membantu merumuskan pemikiran sufi dan membela harmoni antara tasawuf dan ajaran Islam ortodoks.

3.Pengaruh Ibn al-Arabi:

*Ibn al-Arabi, seorang filsuf dan mistikus terkenal, memberikan pengaruh mendalam terhadap pemikiran sufi.

4.Munculnya Tariqat:

*Tariqat (tarekat) mulai muncul sebagai organisasi-organisasi sufi dengan struktur dan aturan khusus untuk praktik spiritual.

*Kontribusi tariqat dalam perkembangan budaya, sastra, dan seni dalam dunia Islam.

5.Kritik dan Perdebatan:

*Tasawuf menghadapi kritik dan perdebatan dalam sejarahnya, terutama terkait dengan praktik-praktik tertentu yang dianggap kontroversial.

6.Sufi Kontemporer:

*Meskipun menghadapi tantangan, banyak sufi kontemporer seperti Rumi, Said Nursi, dan Muhammad Iqbal tetap mempengaruhi pemikiran dan praktik keagamaan dalam Islam.

Pada masa ini, tasawuf berkembang menjadi dimensi yang kaya dalam Islam, mencakup berbagai aliran pemikiran, praktik spiritual, dan tradisi keagamaan yang beragam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun