Mohon tunggu...
winda ikariyani
winda ikariyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan siapa-siapa

Proses belajar tidak pernah berhenti sampai nafas ini berhenti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Pemisah Mimpi

30 November 2021   11:55 Diperbarui: 30 November 2021   12:20 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Aku bisa sendiri. Kau tidak perlu sampai seperti ini," ucapku seakan tidak menyukai sikap Mina yang terlalu mengurusku. Sebenarnya aku memang tidak menyukainya. Mina hanya tersenyum tidak menjawab apapun. Aku mulai menyantap makanan yang dibuat Mina. Saat makanan mendarat di lidahku rasanya sangat lezat. Ditambah lagi yang memasak ini adalah adikku yang amat sangat kusayangi. Aku memejamkan mata. Mengunyah perlahan, merasakan semua rasa yang ada di dalam lidah. Sangat sempurna.

            "Bagaimana rasanya, Kak? Apakah tidak enak?" tanya Mina penasaran. Wajahnya tampak sekali ketakutan. Aku diam sejenak.

            "Sssaaannggggaaattt enak," jawabku singkat.

            "Benarkah?" tanyanya lagi. Tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Aku hanya menganggukan kepala sambil menikmati makanannya.

            Mina tersenyum senang sekali dengan jawabnku. "Aku senang kalau kakak menyukainya. Oh, ya, Kak. Aku ingin seharian ini  bermain di laut tempat kita bermain dulu."

            Aku memberhentikan kunyahanku. Menelannya langsung ke dalam perut. "Kenapa kamu tiba-tiba ingin ke sana?"

            "Aku hanya ingin bermain saja. Sepertinya kita juga sudah lama tidak main di sana."

            Aku menganggukan kepala. "Baiklah, tapi makanlah dulu!" pintaku pada Mina. Aku kembali mengambil makanan dan memasukannya ke dalam mulut. Begitu juga dengan Mina. Kami lanjut makan bersama.

***

            Cuaca hari ini begitu cerah. Sebiru langit dan air laut, sebirunya hari ini. Aku dan Mina bermain-main ceria. Mulai dari membuat istana pasir, kejar-kejaran sampai memercikan air satu sama lain. Gelak tawa membaluti laut dan pasir putih. Sampai tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Matahari yang tadi aku berada di atas kepala kini sudah berada di bawah bayangan kaki laut. Mengakhiri permainan kami. Sebelum aku dan Mina pulang, kami ingin menikmati jejak keindahan matahari sebentar.

            "Kak, bila kau sebagai bumi. Apakah kau sedih apabila ditinggal matahari?" mata Mina masih memandangi kepergian matahari. Begitu juga denganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun