Anak -anak petani kopi dari berbagai kawasan di Tanoh Gayo ini, Â sepakat membuka usaha kopi Gayo.
Ketiga generasi Milenial Gayo ini yakin, kopi akan mampu membawa mereka terbang jauh. Sejauh -jauhnya , agar kopi Gayo tidak lagi dijual mentah .
Untuk semua itu, dengan berbagai cara dan upaya, ketiganya telah mampu menyewa sebuah rumah produksi kopi serta pemasaran.
Disini, proses penjemuran hingga menjadi bubuk dikawal dan diawasi ketat. Ketiga pemuda ini menamakan Brand mereka dengan Ara Kopi.
Perlahan tapi pasti , Ara Kopi terus mengekspansi pasar. Bukan saja lokal, tapi juga nasional.
Namun, bukan itu saja yang membuat mereka bangga dan senang. Interaksi dengan petani dan produser kopi yang inten, membuat mereka bisa bersosialisasi tentang bagaimana memproduksi kopi yang baik dan komersil, sesuai permintaan pasar.
Selain, alih teknologi kopi semakin cepat berkembang.
Meski tetap dalam kesederhanaan, ketiga generasi muda Gayo yang telah memiliki aset ratusan juta ini, terus berupaya mengembangkan usaha mereka.
Ariza Saputra yang biasa menjadi pemasar Ara Kopi, kini , sedang mengambil Strata Dua di IPB.
Hendrika Fauzi bekerja di sebuah koperasi kopi yang mengeksport kopi ke Amerika. Praktis, Mizi yang standby di pagi hari . Mizi spesialisasinya adalah tukang gorengan kopi (roasster).
Ketiga generasi muda Gayo milenial ini, memulai usaha dari nol. Hendrika dan Ariza, saat masih mahasiswa sudah pernah membuka sebuah Kafe bersama beberapa teman mereka yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEMA) Ugp.