Bom Bali I melahirkan sosok pahlawan bernama I Made Mangku Pastika, Gubernur Bali dua periode.
Sebelum meledaknya Bom di Sari Club dan Paddy’s Club Kuta, 12 Oktober 2002, tidak banyak masyarakat Bali yang mengenal dengan baik sosok Made Mangku Pastika. Meski menyandang pangkat jenderal bintang dua di jajaran Kepolisian Republik Indonesia dan pernah menduduki jabatan sebagai Kapolda di beberapa daerah, nama putra kelahiran Buleleng ini tidaklah terlalu mentereng.
Nama pria kelahiran Patemon Seririt Buleleng ini menjulang tinggi ketika Markas Besar Polri menunjuknya sebagai Ketua Tim Investigasi Pengungkapan Pelaku Bom Bali.
Jika serangan teroris di World Trade Centre (WTC) New York Amerika membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mengungkap pelakunya, maka pelaku Bom Bali ternyata bisa ditangkap kurang dari satu bulan. Ini sebuah prestasi besar di dunia terkait serangan teroris. Berkat kepemimpinannya menangani penyelidikan kasus bom Bali, Mangku Pastika dianugerahi julukan khusus oleh majalah bertaraf internasional, Time. Ketua Tim Investigasi Bom Bali itu dijuluki sebagai Time’s Asian Newsmaker of the Year, atau yang terjemahan bebasnya sebagai “Pembuat Berita se-Asia Tahun Ini Versi Time” (sumber : suaramerdeka.com, edisi 26 Desember 2002).
Tidak jelas, apakah karena memang teroris Indonesia yang kurang canggih sehingga mudah tertangkap atau tim investigasinya yang memang hebat. Yang jelas dunia dibuat terkagum-kagum akan prestasi Polri terutama pada Tim Investigasi dan terlebih lagi kepada Sosok Mangku Pastika. Berbagai pujian mengalir, dan nama Mangku Pastika melesat tinggi. Kemampuannya dalam menguasai enam bahasa asing menjadikannya akrab berbaur dalam pergaulan media massa di dunia internasional.
Jika dicermati lebih dalam, dari sejumlah berita dan tulisan menyangkut Bom Bali I, di dalam Tim Investigasi Bom Bali I sebenarnya ada sosok yang sangat berperan dalam penanganan kontra terror yakni Gories Mere yang menjabat sebagai ketua Tim Penyidik kasus Bom Bali I. Menurut sejumlah sumber, kecerdasan Gories Mere-lah yang mengarahkan pada penangkapkan Amrozi.
Petunjuk untuk menangkap Amrozi ini bermula dari barang bukti batangan serpihan bagian mesin yang berisi nomer Kir Mobil L-300 yang dipergunakan sebagai pembawa Bom yang diledakkan di Paddy’s dan Sari Club, 12 Oktober 2002.
Ketika Amrozi tertangkap, maka satu persatu pelaku peledakan Bom Bali I tertangkap seperti Muklas, Ali Imron dan Imam Samudra. Peran besar Gories Semere ini kemudian berlanjut dalam sejumlah pengungkapan pelaku teror di Indonesia pasca Bom Bali I karena Perwira Polisi yang terakhir berpangkat Komjen Pol ini adalah Komandan Detasemen Khusus (Densus) 88 anti Teror.
Dalam banyak situs yang bisa dikategorikan pendukung Islam garis keras, nama Gories Mere termasuk yang paling dibenci. Sedangkan nama MP tidak pernah dikatogarikan sebagai “musuh utama” dalam situs mereka.
Jadi, sebenarnya peran MP dalam pengungkapan Bom Bali I mungkin tidaklah seheboh apa yang diberitakan oleh media. Hanya karena posisinya sebagai Ketua Tim Investigasilah yang membuatnya menuai berkah besar. Seolah-olah tertangkapnya para teroris adalah berkat kejelian dan kehebatan MP. Padahal kerja cerdas sesungguhnya dilakukan oleh pasukan anti terror di bawah pimpinan Gories Semere.
Tetapi Bom Bali I yang menjelmakan MP bak manusia setengah dewa sepertinya memang sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Pasca-bom Bali I, nama MP sudah telanjur menjadi sangat besar dan mentereng. Hingga kini tiada satupun tokoh Bali yang bisa mengalahkan personal Branding MP.