Mohon tunggu...
Winarto Dwi Kurniawan
Winarto Dwi Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diklat WKG bagi Guru PPG dalam Jabatan Kategori 2 Tahap 3 Tahun 2023 Kelas BK 003 Universitas Negeri Malang (UM)

31 Januari 2024   00:00 Diperbarui: 31 Januari 2024   07:45 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar diklat bertajuk Wawasan Kebhinekaan Global. Kegiatan diklat pada kelas 003 - Pendidikan Pancasila dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Januari 2024 mulai pukul 07.00 -- 16.20 WIB secara daring. Kegiatan diawali dengan pre-test untuk menguji pemahaman awal peserta tentang Wawasan Kebhinekaan Global kemudian dilanjutkan dengan G-meet bersama dua dosen pengampu yakni Ibu Widya Multisari, S.Pd, M.Pd dan Ibu Dr. Yuliati Hotifah, S.Psi, M.Pd.

Diklat wawasan kebhinekaan global membahas 5 (lima) materi pokok yaitu Kebhinekaan Global, Kebhinekaan Nasional, Kebhinekaan Dalam Skala Personal, Kebhinekaan Dalam Skala Sekolah dan Menjadi Sekolah Damai. Meningkatnya globalisasi dan interkoneksi antara Negara-negara diseluruh dunia telah memunculkan kebutuhan yang lebih besar bagi masyarakat untuk memahami dan menghargai keragaman budaya, agama, dan kepercayaan yang ada di global. Salah satu cara mempromosikan pemahaman dan toleransi ini adalah melalui kegiatan Wawasan Kebhinekaan Global.

Diklat Wawasan Kebhinekaan Global oleh PPG UM bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan perjalanan intelektual yang menggugah, membangun kesadaran, dan menggali potensi keberagaman sebagai aset berharga dalam dunia pendidikan yang semakin kompleks dan terkoneksi secara global. Diklat ini dirancang untuk memberikan perspektif luas kepada guru tentang keberagaman budaya dan globalisasi yang kian mempengaruhi dunia pendidikan.
Memasuki era globalisasi, pemahaman akan keberagaman kultural dan perubahan global menjadi kunci penting bagi pendidik masa depan. "Diklat WKG tidak hanya menjadi landasan bagi guru untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang keberagaman budaya di dalam dan luar negeri, tetapi membekali dengan keterampilan berinteraksi secara positif dalam lingkungan multikultural"

Menariknya, pelaksanaan diklat WKG kali ini mengintegrasikan permainan menyenangkan yang dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta. "Meskipun memuat materi yang serius dan kompleks, pelaksanaan WKG dikemas dengan menarik terintegrasi permainan untuk meningkatkan partisipasi dan pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga dapat mudah diingat dan melekat dalam memori jangka panjang".

Perlu diketahui bahwa alur pelaksanaan diklat WKG terdiri dari Mulai dari Diri, Aktivitas, Refleksi, Konsep, dan Aplikasi. Peserta diklat tidak sekadar memahami berbagai budaya, tetapi juga diuji dalam kemampuan beradaptasi dan toleransi terhadap perbedaan.

Di bawah ini pembahasan singkat 5 topik yang kita pelajari dalam Diklat :

  • TOPIK 1 "KEBHINEKAAN GLOBAL"

Mengembangkan Karakter Berkebhinekaan Global Siswa dalam Pembelajaran

Relevansi Pelajar Pancasila dalam Kehidupan Saat Ini

Pentingnya pendidikan karakter menjadi penentu untuk sektor lingkungan. Seperti yang kita tahu, kebutuhan energi dan air berbanding terbalik dengan ketersediaan sumber daya alam. Perubahan itulah yang kini terjadi di Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila masih sangat relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Pancasila adalah dasar negara dan menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia. Pancasila menjadi penciri dari setiap insan individu Indonesia. Sila-sila yang terdapat di Pancasila menjadi 'titik keberangkatan' setiap orang Indonesia untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul.

Menciptakan Generasi Pelajar Pancasila

Ada enam kriteria Pelajar Pancasila yang diinginkan Kemendikbud, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; mandiri; bernalar kritis; kebinekaan global; bergotong royong; dan kreatif.

Mengembangkan Karakter Berkebhinekaan Global Siswa dalam Pembelajaran

Terdapat 3 buah elemen kunci yang menjadi profil pelajar pancasila yang berkebinekaan Global, yaitu :

1. Mengenal dan menghargai budaya

2. Kemampuan komunikasi inter kultural dalam berinteraksi dengan sesama

3. Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan

Kebhinekaan artinya beraneka ragam, bermacam-macam, banyak, beragam, dan lain-lain, yang mengarah kepada banyaknya perbedaan yang ada dalam masing-masing kehidupan, kebhinekaan lebih tertuju pada nilai nasional, yaitu beraneka ragamnya terdapat suku bangsa, ras, agama, budaya, bahasa, Kebhinekaan global adalah perasaan menghormati keberagaman. Kebhinekaan global adalah toleransi terhadap perbedaan.

Berikut adalah beberapa kegiatan pembelajaran yang bisa menumbuhkan karakter berbhinekaan global dalam kegiatan pembelajaran.

1. Tidak pilih-pilih teman di sekolah

2. Bergaul dengan siapa saja tanpa memandang agama, suku, ras dan sebagainya di lingkungan sekolah

3. Menerapkan toleransi

4. Tidak mengganggu jalannya peribadatan orang lain

5. Menghormati teman di sekolah yang sedang menjalankan ibadah puasa

6. Mempelajari tari Saman misalnya juga kebudayaan dari daerah lain dengan tujuan untuk melestarikannya

7. Menonton pagelaran kebudayaan nusantara meskipun pertunjukan tersebut bukan berasal dari suku sendiri.

8. Mempelajari bahasa asing untuk menjelajah pengetahuan

9. Melakukan pertukaran pelajar ke luar negeri

10. Bersikap terbuka pada perkembangan -perkembangan luar

11. Menjunjung tinggi budaya lokal

12. Melaksanakan upacara bendera tiap hari senin.

13. Menghargai perbedaan pendapat

14. Mengutamakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah

15. Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dan rasa cinta tanah air.

16. Mengenalkan beragam keunikan potensi daerah

17. Melakukan pameran budaya

18. Mengikuti lomba-lomba kebudayaan

19. Melalukan filterisasi terhadap segala pengaruh asing yang masuk ke Indonesia

20. Mencintai produk dalam negeri

21. Mengikuti pekan budaya Internasional

Pelajar Pancasila yang memiliki karakter berbhineka global ini bisa sukses dalam menjalani kehidupannya nanti. Hidup di era globalisasi tak menghapus jati diri bangsanya, bangsa yang berbhineka. Generasi Pelajar Pancasila yang berbhineka global akan tumbuh menjadi generasi yang menghargai budayanya namun tidak menutup diri dari pengaruh luar. Think Global, Act Local.

  • TOPIK 2

"NEGERI PENUH HARMONI"

KONSEP 1:

MAKNA TOLERANSI

       Toleransi dimaknai sebagai kesediaan melakukan pengorbanan untuk kepentingan bersama saat kita punya kekuatan mendahulukan kepentingan kelompok sendiri. Macammacam toleransi seperti toleransi mahal (costly tolerance) yang sampai mengorbankan jiwa untuk sebuah sikap toleran terhadap yang berbeda dan ada juga konsep toleransi murah, suatu sikap tidak saling menggangu, tapi juga tidak saling membantu.

KONSEP 2:

Beragam praktik toleransi di pelbagai pelosok  negeri

       Kisah toleransi dari masa ke masa, adalah terpatri pada masjid menara Kudus. dimana bentuk menara masjid berkontruksi susunan batubata merah bercirikan candi Hindu di Jawa. nilai toleransi yang lain yang diajarkan oleh Sunan Kudus terhadap pengikutnya, yakni dengan melarang menyembelih sapi untuk dikonsumsi.

KONSEP 3:

TANTANGAN INTOLERANSI

      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti intoleransi adalah ketiadaan tenggang rasa. Istilah ini tentu memiliki makna yang berbanding terbalik dengan toleransi. Contoh sikap intoleransi diantaranya Tidak menghargai dan menghormati hak orang lain

KONSEP 4: HEBAT JADI MODERAT

Moderasi merupakan budaya nusantara yang berjalan seiring dan tidak saling mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengan cara toleran.

Prinsip-prinsip Moderasi:      

Komitmen kebangsaan

Cara berpikir, bersikap, dan berperilaku moderat        

Kesetaraan dan Kemanusiaan

Berpikiran terbuka dan kritis

Akomodatif terhadap nilai-nilai lokal

9 Nilai Moderasi

Moderat (jalan tengah)                                                  

Adil

Toleransi

Musyawarah/konsensus)

Reformatif

Inisiatif mulia

Mengakui negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan

Anti kekerasan

Ramah Budaya

  • TOPIK 3

"DAMAI MULAI DIRI"

Dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, seringkali kita terlalu sibuk mengejar tujuan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan luar. Namun, terkadang, kedamaian sejati dapat ditemukan ketika kita memulai perjalanan menuju pemahaman diri yang lebih dalam. "Damai Mulai dari Diri" bukan hanya frasa klise; ini adalah panggilan untuk merenung, meresapi, dan belajar mengenal diri sendiri. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pentingnya memulai perjalanan menuju kedamaian dari dalam diri.

Pada topik ini mahasiswa belajar tentang apa saja yang diinginkan. Selain itu mahasiswa diajak bermain untuk mengenali diri, seperti bagaimana individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan tradisi serta kultur yang baru, contoh saja orang jawa yang mulai menetap dan tinggal dilingkungan mayoritas madura atau sebaliknya, atau menikah dengan suku. ras serta kultur yang berbeda.  bagaimana dirinya mulai menunjukkan dirinya yang sebenarnya tanpa menutupi untuk bisa diterima dilingkungan mayoritasnya,belajar menyesuaikan dan berdaptasi dengan baik  meski dirinya sebagai minoritas namu bisa tetap menjadi diri sendiri yang mampu diterima oleh lingkungan tanpa ada perasaan negative seperti menutup identitas dirinya yang sebenarnya.demi bisa diterima oleh lingkungan barunya .

Damai sebagai Proses, Bukan Tujuan Akhir

"Damaikan Mulai dari Diri" adalah perjalanan tanpa akhir, bukan destinasi. Pemahaman diri adalah proses evolusi yang terus-menerus, menyesuaikan diri dengan perubahan dan pertumbuhan. Sebagai individu, kita memiliki kekuatan untuk membentuk arah perjalanan ini, merangkul keunikan kita dan menerima perubahan sebagai bagian yang alami dari hidup. Lebih percaya diri dengan keunikan yang dimiliki dengan tetap bisa berbaus dan mampu beradaptasi memlaui penyesuaian diri yang positif terhadaap lingkungan yang berbeda, aik dari segi ras, Bahasa,etni , budaya serta agama. Dengan demikian individu akan lebih mampu  berdamai dengan dirinya dan juga lingkungannya tanpa harus  merasa dirinya berbeda  sehingga sulit berdamai dengan dirinya secara pribadi  cenderung  menutup diri  sehingga akan sulit  berdamai dengan dirinya maupun lingkungan barunya, sehingga akan menumbuhkan konsep diri yang negative dan tidak berkembang .  Dan diakhir pembelajran topik ada cara untuk mengatasi yang mereka anggap sebagai masalah. Pada topik ini juga mahasiswa diberi tugas membuat galeri diri yang berisikan tiga poin yaitu identitas diri, kelebihan diri, dan cara menyayangi diri sendiri.

  • TOPIK 4

"SEKOLAHKU YANG BINEKA KERAGAMAN DI SEKOLAH "

Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya kaya akan perbedaan atau disebut sebagai masyarakat majemuk. Hal ini ditegaskan dengan adanya semboyan negara Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika. Berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 1951, ditetapkan bahwa: Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan pada lembaga negara Republik Indonesia yang mengandung arti 'walaupun berbeda-beda tetap satu' https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/article/view/16752/9358

Untuk menjaga agar semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" itu tetap hidup dan tumbuh dalam realitas masyarakat, maka dibutuhkan pendekatan yang tepat terutama lewat pendidikan nilai kebinekaan. Artinya, pendidikan nilai kebinekaan tidak cukup diajarkan, namun juga secara afektif ditumbuhkan rasa mencintai nilai-nilai dan karaker baik di hati setiap peserta didik, dan yang jauh lebih utama adalah membiasakan untuk mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan teori pengajaran karakter dari Lickona, bahwa proses pendidikan karakter haruslah meliputi 3 aspek. Pertama, bagaimana anak-anak didik diberi pengetahuan dan pemahaman akan nilai-nilai kebaikan yang universal (moral knowing) sehingga pada akhirnya membentuk beliefs. Kedua, Anak-anak tersebut tidak hanya memiliki pemahaman saja namun sistem pendidikan yang ada juga harus berperan aktif mendukung dan mengkondisikan nilai-nilai kebaikan tersebut sehingga semua anak mencintai nilai-nilai tersebut sebagai sebuah kebaikan untuk dianut (moral feeling). Ketiga, Setelah membentuk pemahaman dan sikap, maka dengan penuh kesadaran anak-anak akan bertindak dengan nilai-nilai kebaikan (moral behavior) yang dianut sebagai ekspresi martabat dan harga dirinya. https://media.neliti.com/media/publications/109879-ID-keterkaitan-antara-moral-knowing-moral-f.pdf

Praktik Nilai-nilai Keberagaman di Tri Sentra Pendidikan

Lingkungan Sekolah

  • Tidak membuat gaduh suasana sekolah
  • Menghargai perbedaan pendapat teman
  • Mematuhi tata tertib sekolah
  • Menghargai teman yang sedang beribadah
  • Tidak membedakan suku, agama, ras, dalam menjalin pertemanan

Lingkungan Masyarakat

  • Mengikuti kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat
  • Memberi kesempatan kepada tetangga untuk menjalankan ibadah
  • Saling tolong-menolong antarwarga ketika melaksanakan hari raya
  • Ramah kepada tetangga, tanpa membeda-bedakan

Lingkungan Keluarga

  • Menghargai perbedaan antaranggota keluarga
  • Membantu pekerjaan orangtua di dalam rumah tanpa di suruh
  • Membantu kakak atau adik yang sedang membutuhkan bantuan
  • Menjaga ketenangan saat jam tidur
  • Mendengarkan dan menjalankan nasihat orangtua

Keberagaman Suku, Ras, Sosial budaya, diwujudkan dalam bentuk

  • Mengembangkan semangat persaudaraan sesama manusia dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
  • Bersikap baik kepada semua orang tanpa memandang perbedaan.
  • Mengetahui keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.
  • Mempelajari dan menguasai seni budaya sesuai minat dan bakat.
  • Merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri.
  • Menyaring budaya asing

Toleransi Beragama

  • Melaksanakan ajaran agama dengan baik.
  • Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain.
  • Tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama
  • Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda.
  • Tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda.
  • Untuk mewujudkan Sekolah yang bineka, tidak cukup hanya diteorikan saja, tapi langsung diimplemetasikan dalam beragam aktivitas. Ini bisa terjadi jika ada niat yang tulus dari pemangku kepentingan serta didukung penuh oleh seluruh warga sekolah untuk menciptakan sekolah yang menghargai keragaman.

Ada 3 topik 

  • Implementasi nilai toleransi di Sekolah
  • Memperkuat budaya Sekolah dengan aktivitas kebinekaan
  • Area untuk memasukkan nilai toleransi di kelas

Program Kebinekaan di Lingkup Sekolah yang dapat kita terapkan :

1. Seminar dan Lokakarya:

  • Tujuan: Meningkatkan pemahaman tentang keberagaman budaya.
  • Aktivitas:

Undang pembicara yang ahli dalam studi keberagaman budaya.

Gelar lokakarya untuk mendiskusikan pengalaman dan cerita tentang keberagaman.

2. Festival Kebudayaan:

  • Tujuan: Memperkuat rasa kebanggaan dan pemahaman terhadap berbagai kebudayaan.
  • Aktivitas:

Setiap kelas atau kelompok etnis dapat menampilkan aspek budaya mereka seperti tarian, musik, dan pameran seni.

3. Pameran Global:

  • Tujuan: Menghadirkan pemahaman global kepada siswa.
  • Aktivitas:
  • Ajak siswa untuk meneliti dan mempresentasikan informasi tentang negara-negara di seluruh dunia.
  • Adakan pameran hasil penelitian.

4. Hari Kebinekaan:

  • Tujuan: Memperingati keberagaman dan meningkatkan toleransi.
  • Aktivitas:
  • Ajak siswa dan guru untuk mengenakan pakaian tradisional atau warna-warni untuk merayakan keberagaman.

Program Kebinekaan di Lingkup Kelas:

1. Cerita dan Dongeng:

  • Tujuan: Mengajarkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
  • Aktivitas:
  • Bacakan cerita atau dongeng dari berbagai budaya.
  • Diskusikan pesan moral dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita.

2. Proyek Seni Kolaboratif:

  • Tujuan: Menciptakan karya seni bersama yang mencerminkan keragaman.
  • Aktivitas:
  • Bagilah siswa menjadi kelompok dan berikan tugas untuk membuat karya seni yang mencakup elemen dari berbagai budaya.

3. Simulasi Pemahaman Budaya:

  • Tujuan: Meningkatkan empati dan pemahaman terhadap pengalaman hidup yang berbeda.
  • Aktivitas:
  • Siswa dapat berpartisipasi dalam simulasi atau permainan peran untuk memahami tantangan dan kelebihan dalam berbagai kehidupan budaya.

4. Pertunjukan Bakat:

  • Tujuan: Menonjolkan keberagaman bakat di kelas.
  • Aktivitas:
  • Ajak siswa untuk menunjukkan bakat mereka, seperti menyanyi, menari, atau memainkan alat musik.

5. Proyek Penelitian Kebudayaan:

  • Tujuan: Mendorong penelitian dan pemahaman mendalam tentang budaya tertentu.
  • Aktivitas:
  • Berikan tugas kepada siswa untuk melakukan penelitian tentang budaya tertentu dan mempresentasikannya di depan kelas.
  • TOPIK 5

"SEKOLAH DAMAI "

Sekolah yang damai adalah sekolah yang kondusif bagi proses belajar mengajar yang memberikan jaminan suasana kenyamanan dan keamanan pada setiap komponen disekolah karena adanya kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan kebersamaan. Saling menghargai sesama peserta didik tanpa memandang latar belakang , suku, agama dan ras. Terjadi persaudaraan dalam perbedaan dan keberagaman, selalu terjaga budaya damai dan persaudaraan dilingkungan sekolah.

Sekolah bukan hanya tempat untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi juga merupakan lingkungan tempat tumbuh kembangnya karakter dan nilai-nilai sosial. Untuk mencapai tujuan ini, penting untuk menciptakan suasana damai di dalam lingkungan sekolah. Suasana yang harmonis tidak hanya memberikan dampak positif pada kehidupan siswa, tetapi juga membentuk fondasi penting bagi pembentukan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Pendidikan damai bukan hanya berkaitan dengan ketiadaan konflik, tetapi lebih pada pembentukan karakter yang menciptakan kedamaian di dalam diri siswa. Sekolah harus menjadi tempat di mana siswa belajar untuk menghargai perbedaan, berkomunikasi dengan baik, dan memahami konflik sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.

Salah satu langkah penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang damai adalah mengatasi permasalahan bullying. Program anti-bullying dapat melibatkan pelatihan bagi siswa dan staf, serta implementasi kebijakan yang jelas dan tegas terhadap perilaku bullying. Dengan demikian, setiap siswa merasa aman dan dihargai dalam lingkungan belajar.

Peran orang tua sangat penting dalam menciptakan atmosfer damai di sekolah. Sekolah perlu mendorong partisipasi orang tua melalui pertemuan-pertemuan, seminar, dan kegiatan kolaboratif lainnya. Dengan keterlibatan orang tua, dapat diciptakan dukungan yang konsisten dalam membentuk sikap dan nilai-nilai positif pada anak-anak. empati, dan rasa tanggung jawab sosial.  

Mengembangkan keterampilan sosial dan empati sejak dini dapat membantu menciptakan lingkungan yang harmonis. Kegiatan ekstrakurikuler, proyek kolaboratif, dan pengajaran langsung tentang pentingnya memahami perasaan orang lain dapat menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah.

Membekali siswa dengan keterampilan mediasi dan penyelesaian konflik adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan damai. Dengan memahami cara menyelesaikan ketegangan dengan cara yang konstruktif, siswa akan lebih mampu menghadapi konflik dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan pembelajaran positif tidak hanya fokus pada hukuman, tetapi juga memberikan penghargaan terhadap perilaku positif. Dengan menciptakan budaya yang mendukung dan memperkuat perilaku positif, sekolah dapat menjadi tempat yang menyenangkan dan memberikan motivasi tambahan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Guru sebagai panutan memiliki peran besar dalam menciptakan suasana damai. Melalui model perilaku yang baik, guru dapat memengaruhi siswa untuk mengikuti contoh positif. Dukungan dan pembinaan yang diberikan oleh guru juga dapat membantu siswa mengatasi konflik dan mengembangkan resiliensi.

Membangun budaya damai di sekolah adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif. Budaya damai membantu mengurangi konflik meningkatkan hubungan antar siswa dan pihak sekolah baik guru karyawan dan tenaga pendidik staf. Serta memberikan kesempatan yang lebih baik bagi siswa untuk berkembang secara sosial akademis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun