Mohon tunggu...
Winarto SPd
Winarto SPd Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Ruang Tuang Rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Patahnya Mahkota Wijaya Kusuma

6 Juli 2024   20:56 Diperbarui: 7 Juli 2024   05:31 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku di didik dari kecil di kasultanan sebagai pasukan perang, maka aku akan gadaikan nyawaku untuk melawan yang sambar sang Wijaya Kusuma. Tetapi aku ingat betul, semasa kecil bapak ku mengajari kata rela dari hal kecil di kehidupannya. Maka bisa saja aku merelakan Wijaya Kusuma diambil orang. Sulit pangeran, sulit jawabannya. Bergantung situasi nya" jawab bimbang Adimas Raharjo. Karena sang kusir mengetahui analogi pertanyaan yang diutarakan pangeran.

Pangeran mulai melepas pikirannya, kutipan kata rela dari mulut bawahannya memantik ikhlas di dadanya.

Satu jam berselang, tabrakan terjadi. Perbatasan Kasultanan Minangkara yang terdapat stupa gajah minangkara 10 meter tingginya dihantam kereta.

Perjalanan mustahil dilakukan, tiga ekor kuda yang menarik kereta cidera patah kaki dan tidak mungkin ditinggalkan. Pangeran tampak lesu menunggu kereta penyelamat Maestapati menjemputnya.

Mahkota wijaya kusuma yang di rawat selama ini dengan penuh kerelaan dibiarkan patah disambar orang.

"Pangeran, Ksatria itu ibaratnya Garuda. Setiap kepak sayapnya selalu membuat muka bumi bergetar. Pangeran akan dapat Wijaya Kusuma baru, tanpa pangeran rawatpun wanginya bisa pangeran hirup" Adimas Raharjo berusaha lancang mengutarakan pesan untuk pangeran.

"Adimas, Wijaya Kusuma telah punah. Alunan titah ayahanda telah luntur. Pesanmu akan aku ingat" Jawab pangeran penuh keraguan.

Kerumunan rakyat yang berupaya menolong kuda pangeran, satu persatu mulai bubar. Kereta penyelamat kasultanan datang menjemput pangeran. Kini pangeran memilih jalur ksatria pulang dengan menjelma Garuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun