[caption id="attachment_141401" align="aligncenter" width="640" caption="Sepeda tak bertuan, lihat rantai sepeda dan ban belakangnya; foto dokumentasi pribadi"][/caption]
Beberapa waktu yang lalu melalui sebuah komentar di sebuah tulisan, Mas Bain Saptaman yang mengaku tinggal di poentjak goenoeng meminta saya untuk menuliskan reportase tentang sepeda othel di Belanda. Saya memang sudah memiliki ide untuk menuliskan transportasi yang populer itu namun masih menunggu waktu yang longgar untuk menuliskannya sembari berpikir pada perspektif mana saya harus mengupas dan memberitahu pembaca tentang alat transportasi kayuh itu, mengingat sudah banyak orang yang menuliskannya.
Belanda memang dikenal sebagai sebuah negara yang memiliki banyak sepeda. Bila berkunjung di tiap-tiap kota di Belanda, bersepeda adalah sebuah hal yang biasa ditemui. Ada jalur khusus yang disediakan oleh pemerintah sehingga para pengguna sepeda bisa menggunakan jalur tersebut dengan nyaman. Jadi, dengan fasilitas tersebut dan di tengah biaya transportasi umum yang relatif mahal, memiliki sepeda barangkali adalah sebuah keharusan bagi mereka yang ada di Belanda. Selain lebih murah, bersepeda juga aktivitas yang menyehatkan badan.
Lantas, berapa kira-kira jumlah sepeda yang ada di Belanda? Mungkin tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah sepeda yang beredar di Negeri Oranje itu. Hal ini karena tidak ada sistem pencatatan kepemilikan sepeda. Jadi, seseorang bisa membeli sepeda dari siapa saja tanpa harus berbelit dengan urusan surat menyurat. Demikian pula jika ingin pergi meninggalkan Belanda. Para pemilik sepeda, terutama mahasiswa, seringkali meninggalkan sepedanya di beberapa tempat parkir. Jika sudah demikian, apa yang sebaiknya dilakukan?
Setelah tiba di Maastricht pada bulan April yang lalu, saya bersama teman-teman mencoba mengamati beberapa sepeda yang terparkir di garasi housing Maastricht University. Garasinya penuh dengan sepeda, namun beberapa sepeda tampak tidak dirawat dengan baik. Selain itu, sepeda yang masih terkunci dengan kuat itu juga kelihatan jarang dipakai. Usut punya usut, sepeda tersebut ternyata ditinggal oleh pemiliknya; ada yang sudah lulus, ada pula yang karena rusak atau karena tidak laku terjual padahal harus segera meninggalkan Belanda.
Di beberapa tempat parkir di pinggir jalan, sepeda-sepeda yang tidak terawat juga bisa dengan mudah ditemukan. Beberapa ciri-ciri untuk mengenalinya misalkan rantai sepeda sudah berkarat, salah satu atau kedua ban terlihat bocor serta rangka dan sadel sepeda berdebu. Bila mendapati sepeda dengan ciri-ciri di atas, bisa dapat dipastikan bahwa sepeda tersebut ditinggal oleh tuannya.
[caption id="attachment_141404" align="aligncenter" width="640" caption="Sepeda yang ditinggal. Lihat rantai dan ban belakangnya; foto dokumentasi pribadi"][/caption]
Beberapa kemungkinan bisa dilakukan pada sepeda-sepeda tak bertuan itu. Jika tidak dijamah oleh pemiliknya dengan memiliki ciri-ciri di atas, maka secara rutin (menurut batas waktu yang telah ditentukan), pemerintah setempat akan memotong rantai besinya dan mengangkutnya. Setelah dikumpulkan jadi satu, sepeda-sepeda itu akan diperbaiki dan kemudian dijual kembali. Ketika tahun ajaran baru di bulan September yang lalu, banyak mahasiswa baru Groningen yang diberi kesempatan untuk melihat sepeda-sepeda itu dan jika tertarik mereka bisa membelinya. Harga sepedanya bervariasi dengan rata-rata harga sekitar 50-60 Euro.
Sebelum keduluan bertindak oleh aksi pemerintah seperti uraian di atas, beberapa orang bisa juga memanfaatkan cara yang sama untuk kepentingan mereka sendiri. Seperti ketika berada di Maastricht, teman-teman ada yang memiliki ide untuk memotong rantai sepeda yang tidak bertuan itu, memperbaikinya lalu memakainya. Ide itu muncul setelah diberitahu oleh warga setempat yang juga pernah melakukan tindakan yang sama. Namun, aksi yang entah halal atau haram tersebut dilakukan, sepeda-sepeda yang sudah diincar sudah lebih dulu dibersihkan oleh petugas.
[caption id="attachment_141402" align="alignnone" width="640" caption="Mengambil orderdil; foto dokumentasi pribadi"][/caption]
Aksi lain yang bisa dilakukan pada sepeda tak bertuan itu adalah mencopot orderdil yang masih baru untuk dipakai. Onderdil seperti velg, ban, sadel atau orderdil lain yang masih layak dipakai biasanya diambil dan kemudian dipasang di sepeda. Lihatlah seperti gambar di atas. Gambar tersebut saya ambil di salah satu housing kampus yang kini saya tempati. Ketika saya datang pertama kali, beberapa sepeda yang tampak pada gambar di atas masih lengkap, walaupun tidak terawat. Tetapi, baru baru ini, sepeda-sepeda tersebut telah hilang beberapa onderdilnya. Saya menduga ada orang yang mengambil onderdil itu dan memasang di sepeda lain.
Jika ingin menambah penghasilan, sepeda-sepeda tak bertuan itu bisa juga dibisniskan, terlepas dari tindakan tersebut disebut mencuri atau tidak lho ya! Ketika ada sepeda yang diyakini tidak ada pemiliknya, dengan berbekal ketrampilan perbengkelan yang cukup, maka sepeda yang tidak terawat itu bisa dapat menjadi uang. Paling tidak sepeda tersebut bisa berjalan normal kembali, dilengkapi dengan rem dan lampu serta garansi jika ada kerusakan, maka sepeda itu bisa dijual kembali dengan harga kisaran 40-60 Euro atau bahkan lebih.
Dari pengalaman saya ketika di Maastricht, saya membeli sepeda dari seseorang. Karena saya butuh sepeda, saya melihat beberapa sepeda yang dia jual. Walaupun bukan bengkel dan toko sepeda, di rumahnya ada beberapa sepeda yang siap dijual dan beberapa sepeda yang dipretheli. Dari penjelasannya setelah ngobrol, saya menduga dia memiliki bisnis seperti yang saya uraikan di atas karena biasanya kalau itu sebuah bengkel atau toko sepeda, maka perlu izin dari pemerintah setempat untuk keperluan pajak. Tapi orang yang saya temui itu tidak tampil seperti layaknya sebuah seseorang yang memiliki usaha bengkel atau toko sepeda. Konsumennya cukup banyak dan dia memberikan garansi bagi siapa saja yang membeli sepeda darinya.
Ada yang mau berbisnis seperti itu? Tunggu reportase tentang sepeda di Belanda lainnya
Groningen, 3 November 2011 - Nongkrong di perpustakaan kampus, di samping ada seorang cewek yang sedang belajar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H