"Sstttt" hanya itu jawaban kak Kaila sambil meletakkan telunjuknya di bibir. Â Â Â Â Â Aku diam, dalam hati aku kesal sekali sama kakakku, meskipun di sisi lain aku bangga kakakku menjadi juara.
"Selamat ya Kaila, kamu hebat. Siapa yang menginspirasi cerita ini?" pertanyaan pembawa acara memfokuskanku kepada kak Kaila. Seketika ruangan hening menunggu kakakku berbicara.
"Ayah dan bunda adalah inspirasiku dalam menulis, terutama bunda, Beliau selalu punya ide-ide manis untuk  ceritaku, Juga Bapak Panji guru Bahasa Indonesia. Terima kasih" jawab kak Kaila bangga.
"Apakah bunda atau ayahmu hadir di sini?" tanya MC lagi
"Tidak, saya ajak adikku malam ini."
"Oh ya sudah, tidak apa-apa, Adek gimana perasaanmu melihat kakaknya juara malam ini?".
Pembawa acara itu benar-benar mengagetkanku, ia mengarahkan mikenya ke bibirku "eee... ee..." hanya itu suara yang keluar dari bibirku.
"Ya sudah tidak apa-apa, kalau tidak berani menjawab, pastinya bangga sekali ya punya kakak yang pandai menulis, sekali lagi selamat kepada Kaila Pratama Wibisono, tepuk tangan yang meriah" teriak pembawa acara melalui mikenya. Â Â Â Aku malu sekali, kenapa aku tidak bisa menjawab. Sedih, matakupun berkaca-kaca tapi aku tahan. Kenapa kakakku dipuji-puji sedemikiannya, kenapa bukan aku. Terlihat sekali kakakku begitu bangga dan gembira sampai ayah dan bunda menjemput kamipun, Â kegembiraan kakak masih terlihat, bahkan ketika ayah dan bunda memeluk kakak mengucapkan selamat, air mataku tak bisa kubendung, sedih, kesel, benci, kenapa kakak! selalu kakak yang dipuji.
"Adiba, kenapa Nak?" suara lembut itu yang membangunkan lamunan sedihku. Â "Hei.. bukanya tadi bersenang-senang sama kakak?" lanjut bunda
"Kakak yang senang Bunda, bukan Adek!" jawabku ketus. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â "Ternyata Kakak punya cowok bunda, sampai dibela-belain naik ke pentas pake kaos biru ada tulisan Cinta Ungu, Kaila. Dasar gak punya malu, kakak tidak ingat pesen Ayah, kalau sekolah tidak boleh pacaran."
"Hua ha..ha..ha..." kakakku tertawa keras.