Dengan begitu, reward yang didapat dari penukaran poin bukan hanya untuk kepuasan pribadi, tetapi juga mengedukasi masyarakat lain dengan pesan yang yang disampaikan lewat buku hingga merchandise kaos hingga perabot rumah tangga. Edukasi akan membentuk individu yang peka terhadap perkembangan bumi dan ketahanan pangan, sehingga ia berpotensi mengajak yang lain untuk menggunakan "BagiKan!".Dengan demikian efek domino positif akan dicapai.
3) Pengamanan kualitas makanan
Strategi pengamanan kualitas makanan dilakukan untuk memastikan makanan atau bahan makanan yang didistribusikan dalam keadaan aman dikonsumsi atau diolah.P
arameter makanan layak ialah seperti terhindar dari kontaminasi mikroba, alergen tertentu, hingga waktu simpan yang tidak terlalu singkat. Maka, beberapa fitur preventif ditambahkan. Pertama, setiap user akan melakukan proses upload makanan, akan terdapat infografis pop-up yang menghimbau user untuk melakukan 3 langkah OHC (Observasi,Hirup, Cicip) yang dilengkapi pula dengan grafis daya tahan tiap jenis makanan.
Kedua, akan terdapat tracking (pelacakan) GPS dari data personal user donatur setiap proses distribusi. Apabila ada laporan makanan yang ternyata terkontaminasi maka donatur mendapat teguran untuk mengikuti mekanisme penggunaan aplikasi di penggunaan selanjutnya dan mendapat reduksi Karma Point. Teguran yang  berulang kali akan berdampak ke proses blokir sementara akun hingga user mengkonfirmasi kesalahan yang ada. Apabila ada unsur kesengajaan kontaminasi di kasus yang sangat jarang terjadi, maka tindak hukum dipermudah dengan tracking GPS user tersebut. Sehingga, efek deterrence/jera akan menghindarkan penyalahgunaan "BagiKan!" untuk kepentingan amoral.
"BagiKan!" tentunya tidak akan muncul begitu saja sebagai platform mainstream nasional. Masterplan strategis selama dua tahun dilakukan agar "BagiKan!" mendominasi diskursus masyarakat mengenai solusi limbah makanan.
Gambar II. Masterplan Pengembangan "BagiKan!"
Indonesia 2045 diprediksi menjadi kekuatan ekonomi nomor empat di dunia menurut kacamata PriceWater House Coopers (PWC) (PWC, 2017). Akan tetapi kekuatan ekonomi tidak akan berarti apabila tidak diimbangi dengan preservasi ekologi sebagai tumpuan hidup, dan juga ketahanan pangan yang inklusif. Platform "BagiKan!" adalah katalis Indonesia 2045 yang menemui babak baru hiper-industrialisasi 4.0, dimana kerusakan ekologi dan kesenjangan "borjua (masyarakat akar rumput)" dengan "proletar (automatisasi)" mulai terpampang nyata. "BagiKan!" tidak akan menjadi konsep abstrak, melainkan platfrom implementatif yang didukung dengan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia yang pesat, sekitar 1 juta user tambahan per tahun dengan proyek Palapa ring.Â
Platform berbagi makanan ini akan menggugah kemanusiaan, emansipasi dan kepekaan sosial masyarakat Indonesia modern untuk menjawab tantangan ketahanan pangan dan reduksi limbah domestik. Bahkan, walau terdapat makanan sisa tidak layak makan, "BagiKan!" Akan meredistribusikan food waste tersebut kepada beragam usaha pakan ternak dan petani untuk mensejahterahkan produsen lumbung pangan yang jarang kita apresiasi. Dengan pergerakan "BagiKan!", beban dinas lingkungan pemerintah juga akan terkurangi dalam memilah sampah organik makanan dengan plastik karena semua telah terpisah sendirinya saat didistribusikan oleh "BagiKan!".
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan RasKin yang kurang terasa dampaknya akan terbantu dengan platform kemanusiaan ini. "BagiKan!" akan membawa ketahanan pangan, menciptakan generasi sehat dan cukup gizi. Ketiga hal itu menjadi pilar untuk mencapai generasi emas sebagai garda terdepan Indonesia emas 2045. Â Denganbegitu, niscaya Indonesia 2045 akan menjadi puncak kejayaan, bukan distopiasemata.
DAFTARPUSTAKA