Mari kita  coba menggali perbedaan pemilihan yang dilakukan para tokoh agama dari sudut pandang eksternal, karena sangat tidak mungkin menggali secara internal mereka, di samping sulit diperoleh datanya, juga bukan ranah kita.Â
Menggali secara eksternal yang dimaksud disini adalah, apa yang mereka lakukan baik dari sisi pemilih yaitu para tokoh agama Islam, maupun dari sisi yang akan dipilih, yaitu calon presiden dan wakil presiden serta pendukungnya.
Jika ada para tokoh-tokoh Islam yang dengan ikhlas, dengan sukarela tanpa ada imbalan apapun atau  dijanjikan apapun, mereka membuat komitmen bersama, membuat kesepakatan bulat, dan memberikan penilaian kepada calon pemimpinnya yang tentunya menggunakan prinsip prinsip ajaran Islam, dan mereka mendekati atau menunjuk dan mendukung calon pemimpin, maka inilah sebaiknya yang diikuti.Â
Karena merekalah yang hampir dipastikan menggunakan hati nuraninya berdasar kaidah-kaidah yang islami untuk menentukan pilihan pemimpinnya.Â
Mereka pasti tahu persis konsekuensi apa yang akan diterima, baik didunia maupun kelak di akhirat, jika mereka sembarangan dalam menentukan pilihannya atau dengan cara yang menyimpang dari konsep yang Islami.Â
Sebaliknya jika para tokoh-tokoh agama yang didekati, sekali lagi didekati, oleh calon pemimpinnya atau pendukung pendukung calon pemimpin tersebut, maka hal ini perlu dicermati.Â
Bisa jadi mereka para tokoh-tokoh agama tersebut, memang menjadi panutan, dan calon pemimpin perlu sowan untuk mohon doa restu, dan ini sering dilakukan oleh calon-calon pemimpin menjelang pemilihan.Â
Namun ada kemungkinan, yang dilakukan calon pemimpin atau pendukung calon pemimpin tersebut, melakukan sesuatu yang menyimpang dari ajaran islam, yang tujuannya untuk mempengaruhi para tokoh agama Islam yang di didekati untuk memilih pasangan tertentu, dengan ada imbalan atau janji-janji tertentu.Â
Jika hal ini terjadi, artinya tokoh agama yang di dekati calon pemimpin atau pendukungnya menerimanya, dan sepakat dengan komitmen yang dinilai banyak pihak menyimpang dari ajaran Islam dengan alasan apapun, maka inilah yang bisa jadi penyebab adanya perbedaan dalam menentukan pilihan pemimpinnya dari kalangan pemuka atau tokoh-tokoh agama Islam, khususnya dari kalangan NU.Â
Memang hal ini sangat sulit dibuktikan dan perlu dengan bijak mencari tahu kebenarannya. Bisa jadi mereka para tokoh agama  yang didekati tersebut membuat komitmen dengan calon pemimpin hal-hal yang baik, yang pro rakyat, yang adil, yang tidak untuk kepentingan pribadi atau golongannya, dan sesuai dengan ajaran Islam. Inilah juga yang mesti diikuti.Â
Namun jika yang terjadi sebaliknya, komitmennya yang sangat menguntungkan diri sendiri atau kelompoknya, dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka yang seperti ini perlu dipertimbangkan untuk diikuti. Jadi kuncinya adalah komitmen tersebut sesuai tidak dengan ajaran dan konsep-konsep yang Islami.