Mohon tunggu...
WIMA Harsono
WIMA Harsono Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Lingkungan, Sosial, Politik dan Religi

Pemerhati Lingkungan, Sosial, Politik dan Religi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilema Kaum Nahdliyin Dalam Pilpres 2024

7 Februari 2024   11:39 Diperbarui: 7 Februari 2024   12:54 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Istiqomah (konsisten) 

5. tabligh (menyampaikan) 

6. Akhlakul Karimah (akhlak mulia) 

Inilah yang dinilai dari sisi pemimpin dalam menjalankan tugas yang diemban nya. 

Terus bagaimana dari sisi pemilih?? terutama pemilih dikalangan yang menjadi panutan yaitu para ulama, kyai, ustadz, ustadzah, habib dan lain-lain tokoh-tokoh dan pemuka agama Islam.  

Dengan melihat kenyataan bahwa mereka terpecah dalam menentukan pilihan atau mendukung calon pemimpinnya, maka ada kemungkinan acuan yang dipakai atau argumennya satu sama lain berbeda. 

Padahal dalam alquran surat an-nisa 59 sudah dijelaskan, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Saya pribadi menduga diantara tokoh-tokoh Islam, ada faktor lain yang mungkin, berbeda dalam cara menelaah dan cara mengkaji kaidah kaidah islami dalam memilih pemimpin.

Atau, ada faktor lain di luar dari kaidah-kaidah agama Islam, yang mereka jalankan, sehingga timbul perbedaan.

Saat ini banyak para pemuka agama yang juga anggota NU, sudah masuk ke dalam kelompok pasangan Capres tertentu, artinya mereka sudah menyatakan diri mendukung pasangan tersebut. 

Dalam alam demokrasi hal ini sah-sah saja. Namun dalam tradisi Islam yang sangat kuat untuk mengikuti apa yang dilakukan pemimpinnya, akan menjadikan pertanyaan umat di bawah nya. Alasan apa mereka mendukung calon si A, alasan apa mendukung calon si B.  dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun