NU atau Nahdlatul Ulama adalah Ormas yang bernuansa religi, dalam hal ini adalah agama islam. Di dalam NU atau pengurus NU banyak sekali para ulama, kyai, ustadz, ustadzah, habib, dll pemuka-pemuka agama islam.Â
Seperti kita ketahui, dalam tradisi islam sangat ditekankan bahkan menjadi kewajiban, setiap muslim untuk menghormati dan mengikuti para pemimpinnya atau panutan religinya atau guru-gurunya. Dalam hal ini adalah para ulama, kyai, ustadz, ustadzah, habib dll pemuka agama islam, yang notabene dianggap sebagai guru atau bagi umat muslim pada umumnya.Â
Bukan saja mereka akan menjadi panutan dalam menjalankan syariat islam, namun juga dalam hal-hal lain yang sifatnya habluminannas, atau hubungan antara manusia, seperti panutan tentang  etika, adab, moral dan lainnya yang berhubungan dengan aktivitas sosial sehari hari.
Karena menjadi panutan, maka apa yang dilakukan mereka akan diikuti oleh umat islam pada umumnya.Â
Yang jadi masalah adalah?, dalam hal menentukan pilihanya pada sistem demokrasi, karena mereka yang dianggap sebagai panutan yang akan diikutinya, ternyata terpecah pada masalah pemilihan atau, dukung mendukung dalam menentukan pemilihan kepala  negara atau  Pemilihan presiden.Â
Para ulama, kyai, ustadz, ustadzah, habib dan lain-lain tokoh agama Islam, sangat beragam dalam dukung mendukung pemilihan Capres.
Hal ini akan sangat berdampak pada umat islam pada umumnya. Karena bisa jadi yang selama ini menjadi panutan, dalam hal syariat dan fiqih islam, memiliki pilihan yang beda dengan dirinya.Â
Yang pada Akhirnya bisa membingungkan umat islam dalam menentukan pemilihan pemimpinnya.Â
Kebingungan umat islam ini sudah diterangkan pada suatu hadis, yang menyatakan bahwa, nanti di akhir zaman umat islam akan kebingungan dalam mengikuti pemimpinnya.Â
Karena banyak pemimpin muslim yang terkena penyakit  hubbud dunya, atau cinta berlebihan pada dunia. Sehingga lupa atau melupakan kehidupan akhirat.Â
Terus bagaimana kita sebagai umat islam pada umumnya, dalam menentukan pilihanya ??