Mohon tunggu...
Irma Irawati
Irma Irawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Seorang Ibu yang menyediakan waktu sepenuhnya untuk anak-anak, sambil sesekali menulis. Sangat tertarik pada dunia anak-anak dan hal-hal berbau tradisional

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Possesif

7 Desember 2012   15:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagaimana jika sebenarnya Radit itu ingin diprotes?” Lanjut kakak iparnya mengingatkan. Mungkin kakak nya yang kebetulan juga bertetangga itu terlalu sering melihat Radit pulang malam dan jarang di rumah jika hari libur.

Tak apa mbak, mungkin dengan begitu mas Radit merasa bahagia. Apa pun itu, kalo membuat mas Radit senang, aku tak akan ambil pusing. Mas Radit tak suka dicemburui mbak.”

Tapi, apa kamu tak merasa curiga dengan Radit? Feelling seorang istri itu tak bisa dibohongi.” Sukma mulai mengorek ruang terdalam perasaan Arimbi.

Arimbi hanya tersenyum getir. Perjalanan rumah tangganya benar-benar telah membuat wanita itu belajar untuk tegar. Beragam konflik antara dirinya denga Radit telah menempanya menjadi pribadi yang tabah. Benar kata Pak Mario Teguh, orang galau lah orang yang paling cepat menemukan kebijakan.

Ya, sepintas sih ada mbak. Tapi Rimbi tak mau larut. Rimbi mau fokus ke anak-anak yang lebih membutuhkan perhatian. Sekalipun feelling Rimbi ini benar, toh pada akhirnya tetap akan ditemukan ujungnya. Meski kini Rimbi nggak tahu, akan berujung dimana.” Ucapan Arimbi seolah menunjukkan pribadinya yang realistis.

Ia seakan membiarkan jalan hidupnya mengalir saja seperti air. Atau Arimbi sendiri yang mengikuti kemana arus air itu melaju. Ia tak akan protes jika dirinya terombang ambing menimpa bebatuan yang dilewatinya.

Pagi buta, saat Radit masih di kamar mandi. Arimbi terusik dengan suara cempreng Sponge Bob yang berteriak dari handphone suaminya. Sekilas Arimbi melihat sebaris nama di layar handphone Radit, Naneta. Deg, serasa ada yang menonjok ulu hati Arimbi. Dia lagi? Bukankah dahulu itu dia telah pergi? Tak dipungkiri, Arimbi jadi penasaran. Kenapa gadis itu kembali hadir? Apakah Radit kembali mengontaknya setelah malam itu Arimbi merelakan suaminya untuk mencari tambatan hati?

Radit buru-buru menyudahi mandinya. Masih terbalut handuk, Radit segera menjawab salam dari suara lembut diujung telepon. Arimbi yang tengah membereskan tempat tidur, tanpa sengaja ikut menguping. Mungkin Radit tak sadar jika volume handphone nya terlalu keras. Hingga sayup-sayup bisa didengar Arimbi.

Mas, aku di depan kantor nih. Tapi kok susah masuk, cepetan sini ya mas!” suara lembut itu terkesan panik. Arimbi berdesir mendengarnya.

Oke..oke, aku segera ke sana ya!” Radit menutup teleponnya. Lalu tergesa-gesa mengenakan pakaian. Dan segera pamit pada Arimbi.

O ow demi memenuhi panggilan si dia, Radit sampai melupakan sarapan favoritnya. Roti udang mayones buatan istrinya. Arimbi hanya bisa geleng kepala. Merasa aneh dengan tingkah Radit. Apa sih sebenarnya yang ada di hati lelaki itu? Jujur, sebenarnya ada yang menyesak di dada Arimbi. Tapi, Arimbi tak tahu lagi, bagaimana ia harus mengelola perasaannya. Yang ia tahu hanyalah menghibur diri dan menguatkan hati. Bahwa semua itu akan berujung. Tunggulah Rimbi, pada akhirnya kau akan menemukan ujungnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun