Mohon tunggu...
Willy Radinal
Willy Radinal Mohon Tunggu... Dosen - Radinalism Opinion

Akademisi dan Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Awam yang Baik Perspektif AL-Ghazali

17 Juli 2024   22:23 Diperbarui: 17 Juli 2024   22:55 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara umum, setiap individu akan berusaha menjadi orang yang berkompeten agar dianggap sebagai profesional, tetapi banyak orang yang lupa bagaimana menjadi amatir yang berkompeten. Paradigma menjadi amatir yang berkompeten boleh jadi menjadi anomali dalam ranah publik, maka perlu adanya eksplansi lebih jauh.

Para amatir memiliki potensi yang cukup berbahaya jika tidak diposisikan pada ruang, dan porsi yang tepat. Sadarkah kita, salah satu faktor kekacauan dan kegaduhan yang terjadi saat ini disebabkan oleh para amatir yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang amatir. Ketidaksadaran tersebut adalah bagian dari kesesatan, dan kegagalan berpikir, yang di dalam filsafat disebut paralogi.

Golongan paralogi adalah golongan yang melakukan kesalahan berpikir, namun tidak menyadari kekeliruan dan akibat dari pemikirannya, karena selalu menganggap dirinya benar. Manifestasi perilaku paralogi, diantara; Ketika seseorang yang tidak memiliki basis keilmuan, atau pengalaman politik, tetapi bernarasi liar tentang politik di ruang publik; Seseorang yang tidak memiliki basis keilmuan, atau pengalaman dalam dunia pendidikan, tetapi menustifikasi citra pendidikan, dan yang paling fatal adalah seseorang yang tidak memiliki basis keilmuan atau pengalaman dalam bidang agama, tetapi berani menjustifikasi dimensi religiusitas orang lain.

Keberadaan para amatir yang tidak menyadari keamatiran, dan keawaman dirinya akan sama berbahayanya dengan orang pintar yang tidak berbuat apa-apa dalam mengatasi masalah sosial. Menjadi amatir bukanlah sebuah kecacatan, hanya saja setiap individu harus berkontemplasi untuk mengenal dirinya, memahami potensi, dan perannya dalam kehidupan.

Amatir bukan berarti awam disemua bidang, hanya saja setiap orang tentu memiliki spesialisasi keahlian di bidang masing-masing. Amatir yang berkompeten tentu tidak akan mencampuri hal-hal yang di luar kapasitasnya, demi menghindari timbulnya konflik sosial.

Pembahasan tentang terminologi amatir yang berkompeten dan urgensi menjadi amatir yang berkompeten tentu menjadi menarik untuk dikaji lebih jauh. Juga bagaimana menjadi amatir yang berkompeten, tentu literatur tentang ini cukup sulit ditemukan, akan tetapi salah satu tokoh besar Islam Al-Ghazali menerangkan hal tersebut.

Amatir yang Berkompeten Perspektif Al-Ghazali

Kajian-kajian teori yang berkembang hari ini, terutama teori-teori dari barat, tidak mengajarkan bagaimana menjadi seorang amatir atau awam yang baik, tetapi mayoritas menjelaskan tentang cara menjadi profesional.

Teori bagaimana menjadi awam yang baik adalah antitesis dari tesis barat yang menekankan orang harus jadi profesional. Antitesis tersebut dikemukakan oleh Imam    Al-Ghazali yang merupakan salah satu cendekiawan dan pemikir Islam yang masyhur sampai saat ini.

Imam Al-Ghazali melalui kitabnya "iljamul awam an' ilmil kalam" menjelaskan bagaimana menjadi seorang awam. Untuk menjadi awam bukanlah hal yang sederhana, dibutuhkan tahapan atau proses belajar yang komprehensif, sehingga dapat mencapai tingkatan sebagai awam yang baik. Sebenarnya dalam kitab "iljamul awam an' ilmil kalam" berbicara tentang dimensi agama, khusunya ilmu kalam. Tentu dalam pembahasan ini, konsep Al-Ghazali akan ditarik secara esensial pada dimensi yang general.

Al-Ghazali menjelaskan dalam kitab tersebut, bahwa manusia harus sering-sering instropeksi diri, dan jika menemukan bahwa dirimu itu awam, maka lakukanlah 5 (lima) hal. Adapun konsep yang ditawarkan Al-Ghazali dalam mencapai tingkat amatir yang berkompeten, dapat dijelaskan sebagai berikut:

 

Taqdis (Menyucikan)

Taqdis jika dalam dimensi agama berarti mensucikan diri dan menyerahkan semuanya pada Tuhan. Namun, dalam konteks keilmuan, taqdis adalah menyerahkan dan mempasrahkan segala sesuatu kepada ahlinya. Para amatir perlu menyucikan diri dari hal yang tidak dikuasai dan memberi ruang pada ahlinya untuk melakukan pekerjaannya.

Al-Iman wa' Tashdiq (Percaya dan Membenarkan)

Percaya dan membenarkan merupakan salah satu hal yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi amatir yang berkompeten. Artinya, jika kita bukanlah seseorang ahli di bidang tertentu, maka kita harus percaya, dan membenarkan pendapat, ataupun tindakan dari orang yang memang ahlinya. Dalam hal ini, sebagai amatir tidak boleh mendebat sesuatu yang di luar jangkuan keilmuannya.

Al-I'tiraf bil Ajzi (Mengakui Kelemahan)

Mengakui kelemahan ini penting dilakukan, yang mana di era modern saat ini sangat banyak orang yang merasa ahli. Setiap orang harus menyadari kelemahan dirinya jika memang tidak ahli di bidang tersebut. Mengakui kelemahan bukanlah sebuah kenistaan yang harus dihindari. Justru sebaliknya, merasa sombong atas bidang yang bukan keahliannya adalah kenistaan dalam berpikir.

As-sukut anis-Su'al (Jangan Mempertanyakan)

Selalu mempertanyakan adalah salahsatu ciri orang yang memiliki tingkat berpikir yang baik, karena selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tetapi kalau selalu mempertanyakan sesuatu yang tidak penting, ngawur, dan ngeyel jika dijelaskan oleh ahli, itu adalah ciri orang amatir yang tidak berkompeten. Terlalu banyak bertanya bukan akan memperjelas permasalahan, sebaliknya hal itu akan mengaburkan permasalahan, terlebih jika yang dipertanyakan tidak mengarah, dan tidak subtantif.

Di dalam usaha menjadi amatir yang berkompeten, kita harus belajar tidak selalu mempertanyakan hal-hal yang di luar jangkauan intelektual dan kapasitas kita, sehingga meminimalisir gesekan dan kegaduhan.

Al-Imsak (Menahan Diri)

Hal selanjutnya yang penting harus dilakukan untuk menjadi seorang awam yang baik atau amatir yang berkompeten adalah menahan diri. Kekacauan yang timbul hari ini salah satunya adalah karena orang-orang tidak bisa menahan diri, semua orang mengomentari politik, mengomentari pendidikan, mengomentari kebijakan pemerintah, mengomentari ekonomi, padahal itu bukan bidang keahliannya.

Semakin banyak orang awam yang mengomentari sesuatu di luar kapsitasnya, maka semakin hilang batas-batas kepatutan dalam berkehidupan, sehingga dapat menimbulkan kegaduhan dan perpecahan. Maka dalam mencapai tingkatan amatir yang berkompeten, penting unuk bisa menahan diri.

Berdasarkan konsepsi Al-Ghazali tersebut, dapat dipahami bahwa menjadi amatir, atau awam yang baik itu adalah salah satu bagian dari perjalanan intelektual yang harus dilalui. Selama ini, mayoritas hanya berkutat dalam dimensi yang sama, yaitu berusaha menjadi profesional, sehingga terjadi ketidakseimbangan ekosistem kehidupan.

Menjadi amatir yang berkompeten mungkin dapat menjadi jawaban atas segala keadaan yang terjadi hari ini, terutama di era disrupsi saat ini. Gagasan Al-Ghazali harusnya dapat memberikan alternaif, dan sudut pandang baru bagi semua elemen untuk berpikir dan belajar menjadi amatir yang berkompeten.

Perubahan itu harus dimulai dari apa yang bisa dikendalikan, terutama diri sendiri, setiap orang harus mau membuka diri pada kebenaran baru, dan meninggalkan kekeliruan di masa lalu. Tidak menjadi masalah jika kita belum bisa berkontribusi pada sesuatu, paling tidak kita tidak menjadi bagian dari timbulnya masalah baru. Dengan demikian, membuka pikiran harusnya dapat menjadi jalan bagi seseorang memahami siapa dirinya, menyadari posisinya, serta mememukan potensi dirinya masing-masing. Jika semua dijalani dengan baik, maka iklim yang damai, tenteram, dan bersinergis pasti dapat diwujudkan, sehingga dapat menciptakan keseimbangan ekosistem dalam kehidupan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun