Mereka belajar mengidentifikasi klaim yang meragukan dan sudut pandang miring serta menilai keakuratan bagan, grafik, dan sumber data lainnya.
Mereka juga mempertanyakan sudut pandang, gaya hidup, dan nilai-nilai yang mungkin direpresentasikan, atau hilang, dari konten.
Bagian dari menemukan dan mengonsumsi konten digital secara efektif berfokus pada seberapa baik siswa dapat membedakan fakta dari informasi yang salah dan menentukan sumber yang dapat dipercaya.
Membuat konten digital
Siswa yang memperoleh keterampilan literasi digital belajar menjadi pembuat konten yang bertanggung jawab di samping konsumen konten.
Mereka bergerak dari menemukan, mengevaluasi, dan mengonsumsi konten digital untuk membuatnya, termasuk menulis dalam format digital dan membuat bentuk media lain seperti tweet, podcast, video, email, dan blog.
Guru saat ini mencari alat dalam teks yang memberdayakan siswa untuk menjadi pembuat konten yang efektif, dan saat siswa belajar membuat, mereka juga belajar mempertanyakan apa yang telah dibuat dan dibagikan oleh orang lain.
Berkomunikasi atau berbagi konten digital
Karena tulisan digital sering kali dimaksudkan untuk dibagikan, mempelajari cara berkolaborasi dan mengkomunikasikan ide secara efektif dengan orang lain adalah pilar literasi digital.
Siswa tidak selalu memikirkan implikasi atau potensi konsekuensi dari apa yang mereka bagikan secara online.
Dalam pelajaran literasi digital Anda, diskusikan konsekuensi dari apa yang dibagikan siswa secara online.
Bantu mereka memahami bahwa jejak digital mencakup semua informasi yang ditinggalkan siswa secara pasif atau secara aktif membagikan tentang diri mereka secara online, terutama situs media sosial.
Baca juga: "Bergerak Memperkuat Kemampuan Literasi Digital" oleh Idris Apandi