Seperti tiga pertempuran sebelumnya diantara musuh bebuyutan, pertempuran terbaru antara Israel -- Hamas berakhir dengan tidak meyakinkan.
Baca juga: "Sejarah Singkat Konflik Israel - Palestina"
Israel mengklaim telah menimbulkan kerusakan parah pada Hamas tetapi sekali lagi tidak dapat menghentikan serangan roket nonstop kelompok militan tersebut.
Hampir segera, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadapi tuduhan dari basis sayap kanan garis keras bahwa dia menghentikan operasi terlalu cepat.
Hamas, kelompok militan yang bersumpah untuk menghancurkan Israel, juga mengklaim kemenangan.
Tetapi sekarang menghadapi tantangan menakutkan untuk membangun kembali di wilayah yang sudah menderita kemiskinan, pengangguran yang meluas, dan wabah virus korona yang mengamuk.
Kantor Netanyahu mengatakan Kabinet Keamanannya telah dengan suara bulat menerima proposal gencatan senjata Mesir setelah mendapat rekomendasi dari kepala militer Israel dan pejabat keamanan tinggi lainnya.
Sebuah pernyataan dikeluarkan dari kantor Perdana Menteri Israel yang mengatakan "pencapaian signifikan dalam operasi tersebut, beberapa di antaranya belum pernah terjadi sebelumnya".
Selain itu, terdapat ancaman terselubung terhadap Hamas. "Para pemimpin politik menekankan bahwa kenyataan di lapangan akan menentukan masa depan wilayah tersebut," tutup pernyataan itu.
Di tengah kekhawatiran global yang meningkat, Biden telah mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengupayakan de-eskalasi, sementara Mesir, Qatar, dan PBB berusaha menengahi.
Baca juga: "Keegoisan para Pemimpin Arab dan Solusi Indonesia untuk Palestina" oleh Ahyarros