Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata Kamis, menghentikan pertempuran terburuk dalam beberapa tahun dan menyebabkan 200 orang lebih tewas.
Pemboman udara di Gaza menewaskan 232 warga Palestina, sementara serangan roket menewaskan 12 orang di Israel selama konflik tersebut.
Warga Palestina, banyak di antaranya telah menghabiskan 11 hari meringkuk karena takut akan penembakan Israel, membanjiri jalan-jalan Gaza.
Pengeras suara masjid merayakan "kemenangan perlawanan yang diraih atas Pendudukan (Israel)".
Mobil yang mengemudi di sekitar Sheikh Jarrah Yerusalem Timur saat fajar mengibarkan bendera Palestina dan membunyikan klakson, menggemakan adegan perayaan di Gaza.
Dalam hitungan mundur ke gencatan senjata pukul 2 pagi (2300 GMT Kamis), serangan roket Palestina berlanjut dan Israel melakukan setidaknya satu serangan udara.
Masing-masing pihak mengatakan siap membalas setiap pelanggaran gencatan senjata oleh pihak lain, selagi Mesir sebagai mediator mengatakan akan mengirim dua delegasi untuk memantau gencatan senjata.
Pertempuran itu meletus pada 10 Mei, ketika militan Hamas di Gaza menembakkan roket jarak jauh ke arah Yerusalem.
Rentetan itu terjadi setelah bentrokan berhari-hari antara pengunjuk rasa Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Taktik polisi yang kejam di kompleks itu, yang dibangun di atas situs suci bagi Muslim dan Yahudi, dan ancaman penggusuran puluhan warga Palestina oleh pemukim Yahudi telah mengobarkan ketegangan.