Sepak bola menjadi layanan streaming-on-demand, sepak bola sebagai barang konsumen yang tidak dapat dipertukarkan, sepak bola dirancang cocok dengan dengan kehidupan Anda yang bergerak cepat dan melenyapkan makna akan suatu peristiwa.
Ini kebenaran yang tidak menyenangkan: Liga Super Eropa sebenarnya diinginkan banyak orang.
Mungkin bukan saya atau mereka para suporter asli yang tinggal di dekat stadion klub dan menjadi pemegang tiket musiman yang kuat hingga ultras di Curva Sud.
Tetapi, yang pasti, jutaan orang di seluruh dunia tanpa keterikatan sejarah sepak bola menyukai gagasan ini, dan mereka akan menjadi pasar yang dituju oleh mereka para penggagas Liga Super Eropa yang peduli setan dengan tradisi dan struktur kompetisi sepak bola.
Namun, bahkan pada momen akhir yang dramatis ini, sangat sedikit yang berpikir bahwa gagasan dasar Liga Super Eropa adalah tentang keserakahan.
Akankah FIFA mempertahankan posisinya melawan liga yang memisahkan diri, bahkan jika Piala Dunia yang disayanginya dalam proses direduksi menjadi sekedar ajang Olimpiade dimana pemain amatir bertanding?
Akankah pemain setuju untuk mengakhiri karir internasional mereka secara paksa, dan jika tidak dapatkah mereka secara kontrak dipaksa untuk melakukannya?
Apakah kompetisi baru akan tersedia untuk penonton televisi massal, dan jika tidak bagaimana reaksi sponsor?
Dan mengapa Tottenham Hotspurs melibatkan diri dalam kompetisi yang dimana mereka akan menjadi bulan -- bulanan dan tidak bertahan saja pada kompetisi lama yang membuka kesempatan mereka berjaya?
Tidak diragukan lagi, hari-hari mendatang akan membawa kejelasan, serta lebih banyak kebingungan.
Perlawanan akan datang dalam berbagai bentuk: protes, boikot, pesan media sosial yang keras, teguran yang tak terelakkan dari negara -- negara berkepentingan yang cuma angin lalu bagi penggagas Liga Super Eropa.