Mohon tunggu...
W. Bintang
W. Bintang Mohon Tunggu... Freelancer - Variety Writer

Penulis lepas, memberikan perspektif atas apa yang sedang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sisca Kohl dan Jebakan Narsis di Media Sosial

31 Maret 2021   14:58 Diperbarui: 31 Maret 2021   16:09 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisca Kohl bisa viral karena punya formula konten tersendiri, namun paskah ditiru oleh brand? (sumber: tangkapan layar)

Dari penelitian yang dikutip oleh LA Times, Melissa Healy menulis,

"Ketika sekelompok orang asing berkumpul bersama, orang-orang yang narsismenya tinggi di awal menikmati kekaguman, pengakuan, dan rasa bersahabat di antara orang -- orang asing tersebut. Namun seiring waktu, kepercayaan diri dan kecakapan menunjukkan diri gagal menopang mereka untuk mendapat kepercayaan lebih lanjut."

Melissa Healy lalu mengatakan bahwa melatih kecerdasan emosional dan mengekspresikan empati adalah strategi jangka panjang yang lebih baik. 

Pikirkan tentang kualitas emosional dari pesan yang Anda untuk media sosial pribadi maupun merek atau perusahaan yang anda representasikan.

Menjadikan Diri Sendiri Narsis Atau Membuat Ruang Agar Orang Lain Bisa Narsis?

Narcissus melihat ke permukaan air menggambarkan kebanyakan hubungan media sosial dengan manusia 
Narcissus melihat ke permukaan air menggambarkan kebanyakan hubungan media sosial dengan manusia 

Apa yang membuat orang tertarik dan bertahan lama adalah bagaimana konten yang Anda bukan untuk menunjukkan bahwa Anda yang istimewa, namun Anda sukses membuat orang dapat terus melihat Anda dan merasa tervalidasi atau merasa istimewa.

Contoh brand yang berhasil menciptakan konten yang bukan berpusat kepada "Aku", namun "Kamu" atau "Kalian" adalah promosi yang dibuat Coca-Cola di Cina.

Perusahaan menawarkan botol yang bertuliskan nama atau emosi yang ingin diungkapkan pelanggan. Mereka bersama-sama mempromosikan botol-botol ini dengan Sina Weibo, salah satu situs media sosial China.

Pada hari pertama promosi, konsumen China memesan 300 botol per jam; pada hari keempat, mereka memesan 300 botol per menit. Alih-alih mencari "yang disukai", Coca-Cola mencerminkan apa yang dicari konsumen: validasi.

Mereka menyadari bahwa pesan merek terkuat yang dapat mereka kirimkan adalah cerminan dari pelanggan itu sendiri.

Hal yang sama sukses dilakukan Starbucks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun