Sejak masih duduk di bangku SD, penulis sering sekali jalan kaki dengan ditemani oleh ibu. Ibu penulis adalah seorang wanita yang tidak menyukai naik kendaraan dan lebih memilih jalan kaki. Beliau selalu mengatakan kalau jalan kaki sangatlah bermanfaat.
Beliau jalan kaki seperti ke pasar, mengantar, dan menjemput anak-anaknya. Beliau selalu membawa dan membuka payung sebagai pelindung untuk menghalau teriknya sinar matahari yang selalu menggigit kulit.
Penulis ingat sekali ketika berangkat dan pulang dari sekolah bersama beliau dengan berjalan kaki. Kami melewati gang-gang kecil dari samping sekolah lalu menyeberang jalan serta melintasi rumah-rumah sebelum sampai ke rumah.
Begitu pula di hari Minggu pagi, penulis senang berjalan kaki bersama ibu ke pasar. Jalanan pasar dan gang di sana sangat sempit dan selalu becek meskipun tidak turun hujan. Inilah keunikan pasar tradisional di Jakarta. Selain becek, ada aroma khusus yang tidak bisa dijelaskan hehehe.
Masa-masa indah itu teringat kembali melalui topik pilihan Kompasiana dengan tema "Mengapa Kita Malas Jalan Kaki?"
Sebenarnya kalimat pertanyaan itu tidak pernah muncul di kepala penulis. Ya, karena sedari kecil sampai dewasa, penulis suka dan sering jalan kaki. Mengapa tidak? Hitung-hitung kita berolahraga tanpa biaya.
Tanpa disadari, sebenarnya karakter penulis sudah mulai tumbuh dan terbentuk dari kecil karena sering jalan kaki. Orang pertama yang mengajak dan mengajar penulis untuk jalan kaki tidak lain adalah ibu. Beliau melepas penulis sampai dianggap benar-benar mampu untuk jalan kaki secara mandiri. Penulis lupa kapan mulai jalan kaki sendirian tanpa beliau, sepertinya di kelas 3 SD.
Sewaktu penulis duduk di kelas SMP pun selalu berjalan kaki ke sekolah, ke rumah teman, dan ke tempat olahraga seperti PBSI yang berada di jalan Krendang Raya.
Berbagai manfaat dari jalan kaki yang dilakukan sejak kecil sampai dewasa akan membentuk karakter dan manfaat lainnya, yaitu:
-Dari berjalan kaki melewati tempat orang banyak berkumpul, penulis belajar untuk permisi dan berlaku sopan. Begitu pula ketika berjalan melewati tempat ibadah, ada sikap hormat dan sopan juga.
-Penulis selalu jalan kaki ke suatu tempat tujuan sampai benar-benar tiba di sana. Semua dilakukan dengan jalan kaki. Kecuali jika memang harus naik kendaraan umum.
Dari sana penulis belajar untuk mengeksekusi tindakan yang bermanfaat sampai tuntas. Tidak menunda dan berubah pikiran.
-Dengan jalan kaki di Jakarta yang cuacanya sangat panas telah mengajari penulis untuk memiliki kesabaran, daya tahan fisik, dan mental yang tinggi.
-Penulis juga belajar untuk selalu waspada terhadap lingkungan di mana penulis jalan kaki. Dari sini penulis belajar untuk membaca situasi dan keadaan lapangan.
-Kadang penulis harus melewati jalan dan gang-gang yang pertama kali dilewati. Dari sini penulis belajar untuk mengingat jalan serta arah pergi atau pulang walaupun tidak ada denah saat itu.
-Belajar mandiri dari jalan kaki. Lah kok bisa? Sangat bisa karena penulis sudah terbiasa jalan kaki seorang diri maka mental penulis sudah terlatih untuk tidak bergantung pada orang lain dan kendaraan.
-Setelah dewasa dan belajar meditasi secara lebih rutin dan penuh komitmen dengan guru meditasi, maka ternyata jalan kaki bisa sebagai sarana untuk bermeditasi.
-Selain itu jalan kaki bisa membuat pikiran menjadi lebih jernih dalam menghadapi masalah. Ini terbukti ketika penulis menghadapi masalah dalam pikiran, penulis akan jalan kaki di taman sambil memikirkan jalan keluar.
Dan biasanya pikiran cenderung lebih tenang dan dapat berpikir lebih jernih untuk mengambil langkah dan keputusan.
-Lebih kreatif dalam berpikir. Ketika jalan kaki di taman, biasanya penulis bisa mendapatkan ide baru dan segar hanya dengan jalan kaki di ruang terbuka hijau yang tenang dan asri.
Nah sobat pemirsa, itulah manfaat jalan kaki yang diperoleh penulis ketika mulai membiasakan diri untuk jalan kaki sedini mungkin.
Berbagai manfaat jalan kaki ternyata banyak sekali dan terkadang tanpa kita sadari, kita sebenarnya mendapatkan manfaatnya jika dilakukan sejak usia dini, rutin dan konsisten.
Yuk tunggu apa lagi. Siapkan sepatu jalan dan mulai melangkah ke luar dengan hanya jalan kaki. Jangan lupa membawa air minum dan topi atau segala macam pelindung dari sinar matahari langsung.
Semoga kita semua sehat secara lahir dan batin. Salam sehat.
****
Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana.
November 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H