-Penulis selalu jalan kaki ke suatu tempat tujuan sampai benar-benar tiba di sana. Semua dilakukan dengan jalan kaki. Kecuali jika memang harus naik kendaraan umum.
Dari sana penulis belajar untuk mengeksekusi tindakan yang bermanfaat sampai tuntas. Tidak menunda dan berubah pikiran.
-Dengan jalan kaki di Jakarta yang cuacanya sangat panas telah mengajari penulis untuk memiliki kesabaran, daya tahan fisik, dan mental yang tinggi.
-Penulis juga belajar untuk selalu waspada terhadap lingkungan di mana penulis jalan kaki. Dari sini penulis belajar untuk membaca situasi dan keadaan lapangan.
-Kadang penulis harus melewati jalan dan gang-gang yang pertama kali dilewati. Dari sini penulis belajar untuk mengingat jalan serta arah pergi atau pulang walaupun tidak ada denah saat itu.
-Belajar mandiri dari jalan kaki. Lah kok bisa? Sangat bisa karena penulis sudah terbiasa jalan kaki seorang diri maka mental penulis sudah terlatih untuk tidak bergantung pada orang lain dan kendaraan.
-Setelah dewasa dan belajar meditasi secara lebih rutin dan penuh komitmen dengan guru meditasi, maka ternyata jalan kaki bisa sebagai sarana untuk bermeditasi.
-Selain itu jalan kaki bisa membuat pikiran menjadi lebih jernih dalam menghadapi masalah. Ini terbukti ketika penulis menghadapi masalah dalam pikiran, penulis akan jalan kaki di taman sambil memikirkan jalan keluar.
Dan biasanya pikiran cenderung lebih tenang dan dapat berpikir lebih jernih untuk mengambil langkah dan keputusan.
-Lebih kreatif dalam berpikir. Ketika jalan kaki di taman, biasanya penulis bisa mendapatkan ide baru dan segar hanya dengan jalan kaki di ruang terbuka hijau yang tenang dan asri.
Nah sobat pemirsa, itulah manfaat jalan kaki yang diperoleh penulis ketika mulai membiasakan diri untuk jalan kaki sedini mungkin.