Mohon tunggu...
Willi Andy
Willi Andy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup dengan cinta dan kasih sayang

Berjuang dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan penuh perhatian

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Apa Itu Binge Eating (Emotional Eating), BED, dan Cara Mengatasinya?

3 November 2022   03:58 Diperbarui: 4 November 2022   04:31 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Binge Eating Disorder BED. | Sumber ilustrasi: Freepik.com

Halo sahabat Kompasianer, apakah kalian pernah mendengar istilah "Binge Eating" atau "Emotional Eating"?

Jika belum pernah mendengar atau tidak akrab dengan istilah binge eating maka perkenankan penulis untuk memaparkannya. Yuk kita mulai saja.

Seperti kita ketahui bahwa kita mungkin  makan secara berlebihan pada waktu-waktu tertentu seperti ketika sedang berlibur. Namun sebagian besar orang memiliki episode makan secara berlebihan.

Dan parahnya adalah kebiasaan ini tidak bisa dikendalikan atau tidak tahu kapan untuk bisa berhenti. Hal tersebut menjadi suatu pola gangguan jiwa yang disebut Binge Eating Disorder (BED).

BED merupakan suatu penyimpangan pola atau perilaku makan yang cukup serius dan harus segera ditangani. Karena kalau tidak, BED bisa menyebabkan gangguan mental atau jiwa dan fisik.

Dampak pada fisik yaitu kegemukan, sendi yang bermasalah, penyakit jantung, diabetes tipe 2, Gerd, dan gangguan pernapasan ketika tidur.

Untuk gangguan jiwa yang berkaitan dengan BED adalah: depresi, bipolar, kecemasan, dan gangguan pemakaian obat.

Biasanya orang yang mengalami BED akan sering mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang besar dengan disertai rasa malu, ini membuat mereka untuk melakukan binge eating secara tersembunyi.

Umumnya mereka mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kandungan kalori dan gula ketika berada dalam episode binge eating.

Lalu apa sih penyebab dari BED? Beberapa adalah:

Faktor genetik

Jika orang tua atau saudara kandung mengalami BED, maka ada kemungkinan resiko BED muncul juga pada mereka.

Pola diet yang kurang tepat

Misalkan ketika kita makan siang terlalu sedikit atau bahkan melewatkan makan siang, maka kita cenderung akan makan malam dalam porsi yang sangat besar di atas porsi rata-rata orang normal.

Gangguan kesehatan mental

Depresi dan kecemasan yang mendalam akan membuat kita untuk makan dalam jumlah yang besar tanpa merasa kenyang dan ingin berhenti.

Biasanya kita melakukan binge eating sebagai suatu bentuk pelampiasan dan agar merasa nyaman serta sebagai bentuk pelarian dari depresi dan cemas yang berlebihan.

Gangguan obsesif kompulsif dan gangguan post traumatik

Jika BED ini sudah menjadi gejala yang memprihatinkan maka lebih baik segera mendapatkan pengobatan.

Dilansir oleh halodoc.com, pengobatan BED bisa diterapkan untuk mengurangi frekuensi dari episode binge eating dan memulihkan kesehatan mental si penderita. Beberapa pengobatan itu adalah:

  • Konseling ke tenaga ahli profesional seperti psikolog dan psikiater.
  • Mengikuti terapi. Yaitu Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Metode ini bermanfaat bagi penderita BED untuk merubah perilaku mereka dengan cara pemahaman pikiran dan perasaan serta mengajarkan mereka untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan BED.
  • Psikoterapi Interpersonal. Pendekatan terapi ini berfokus pada pengenalan mendalam terhadap konflik antar pribadi sebagai pemicu BED.
  • Terapi Perilaku Dialektik (DBT). Dengan terapi ini bisa mengidentifikasi hubungan interpersonal yang memicu lonjakan emosi dengan memakai kekuatan pasien dengan dikombinasikan melalui terapi untuk menenangkan diri dan menerima emosi tersebut.
  • Terapi melalui obat. Ini akan diberikan oleh dokter bila diperlukan.

Jadi kita sudah sedikit tahu tentang apa itu BE, BED, dampak, kebiasaan, penyebab, dan pengobatan BED.

Lalu apakah ada cara untuk mencegah BED? Karena pastinya pencegahan dan solusi non medis sangatlah baik untuk diketahui, dipahami, dan diterapkan agar kita sehat secara fisik dan jiwa.

Mari kita simak:

Back to nature

Artinya kita menanamkan kembali pemahaman tentang manfaat utama makanan bagi kehidupan kita. Tujuan kita makan adalah untuk menunjang keberlangsungan hidup dan agar memiliki energi dan gizi untuk melakukan suatu pekerjaan hingga selesai.

Edukasi diri agar mencintai diri sendiri dengan cara yang benar

Di sini kita berusaha menjaga kesehatan fisik dimulai dari konsumsi makan yang baik dan benar. Kita bisa menerapkan pola makan yang sehat, bergizi, dan bervariasi. Kurangi makanan dan minuman dengan kadar gula dan kalori yang tinggi.

Makan sebelum merasa benar-benar lapar

Cobalah untuk makan dengan tepat waktu. Pilihlah waktu yang sesuai dengan rutinitas sehari-hari. Jangan menunda apalagi melewati jam makan yang sudah ditentukan.

Berhenti makan dalam satu kali duduk

Selain mulai makan dengan tepat waktu, akhiri kegiatan makan pada waktu yang tepat juga memegang peranan yang penting. Contohnya ketika kita sudah memilih dan mengambil berbagai macam makanan dalam satu piring sesuai takaran orang normal, maka itulah porsi makan kita. Tidak terlalu banyak dan terlalu sedikit, sesuai kebutuhan. Jangan ditambah lagi setelah habis. Berhentilah sebelum merasa betul-betul kenyang.

Minum air

Ada baiknya untuk minum segelas air putih setengah jam sebelum makan. Ini akan membantu lambung untuk lebih mudah mencerna makanan. Proses ini juga membantu perut untuk lebih cepat merasa kenyang. Dengan demikian porsi makan kita akan terjaga.

Olahraga

Olahraga yang dilakukan dengan baik dan rutin bisa menekan nafsu makan yang berlebihan.

Melakukan kegiatan yang bermanfaat

Miliki rutinitas kegiatan pada hal-hal yang bermanfaat seperti membaca, menulis, dan belajar. Dengan demikian pikiran dan perhatian kita tidak mengarah pada kegiatan makan dalam waktu yang lama. Proses ini cukup efektif dalam menekan keinginan untuk makan di waktu yang salah.

Rutinitas tidur dan bangun tidur di waktu yang tepat

Pergi tidur dan bangun tidur tepat waktu membuat kita selalu on the track pada rutinitas sehari-hari , sehingga segala aktivitas bisa dikerjakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Cara ini bisa mencegah terjadinya episode BE yang disebabkan makan di waktu yang kurang tepat.

Mindfulness

Selalu mindful ketika sedang makan. Kita sadar dan penuh perhatian ketika sedang mengambil makanan ke piring, ketika melihat, menyuap, mengunyah, merasakan, dan menelan. Proses ini membuat kita benar-benar berada dalam kegiatan makan. Jadi kita bisa tahu batasan porsi makan kita.

Meditasi

Dengan rutin bermeditasi maka kita dapat mengatasi gangguan jiwa ringan seperti stres, depresi, kecemasan, dan bipolar sebagai pemicu gejala BED.

Menulis jurnal

Catat semua makanan dan minuman yang akan dan telah kita konsumsi, bisa dengan mengambil foto atau video makanan kita. Proses ini bisa mengingatkan kita dari apa yang akan dan telah kita konsumsi, sehingga kita bisa mengontrol asupan makan.

Diskusikan dengan orang dekat

Jangan merasa malu atau enggan untuk membicarakan gejala BE dengan orang-orang yang peduli dengan kita. Berdiskusi dengan dokter atau psikiater juga akan sangat membantu.

Bagaimana sahabat Kompasianer, apakah kita, teman, keluarga atau orang yang kita cintai dan berada dekat kita sedang mengalami BED? Marikita pahami dan bagikan ke mereka, dengan demikian semoga artikel ini bermanfaat bagi kita dan orang banyak.

Salam sehat.

***

Penulis: Willi Andy untuk Kompasiana.

November 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun