Pada era modern seperti sekarang ‘tempat’ bagi bahasa daerah dirasa mulai tergerus oleh zaman. Image menggunakan bahasa daerah pun dianggap sedikit ‘udik’ dan ketinggalan zaman. Salah satu penyebab punahnya bahasa daerah di suatu tempat adalah dikarenakan oleh bahasa tersebut tidak lagi dituturkan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu faktor penyebab lainnya adalah karena para penutur bahasa daerah tidak lagi mengajarkan bahasa daerah kepada generasi penerusnya. Literatur-literatur dan kepustakaan berbahasa daerah pun masih jarang ditemukan dalam rangka mengabadikan bahasa daerah dari generasi ke generasi.
Usaha untuk melestarikan bahasa daerah yang merupakan bagian dari warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya ini telah pula dilakukan oleh Badan Bahasa Pendidikan dan Kebudayaan yang terus melakukan pemetaan bahasa-bahasa di Indonesia untuk menyelamatkan bahasa-bahasa daerah yang hampir punah. Salah satunya adalah dengan upaya memasukkan pelajaran bahasa daerah ke dalam kurikulum pendidikan atau sebagai Muatan Lokal di sekolah-sekolah agar dapat diperkenalkan dan diajarkan kepada generasi mendatang.
Dalam upaya pelestarian bahasa daerah khususnya bahasa Dayak Kanayatn dialek Ba Ahe Ba Damea maka saat ini buku-buku tersebut sudah dapat ditemukan tersimpan rapi menempati rak-rak buku sekolah di Kabupaten Bengkayang dan terus bergerak ke Kabupaten-kabupaten lainnya siap untuk dilestarikan dengan terus diajarkan dari generasi ke generasi sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
Salam.
Sumber-sumber :
www.ethnologue.com
www.sil.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H