Hal ini sempat membuat sedikit drama di tubuh Timnas Indonesia yang dimana, Erick Thohir selaku ketua PSSI tertangkap kamera tengah berdiri merenung sembari bersedekap dada di Lorong setelah pertandingan usai dan pada satu tangkapan kamera di ruang ganti,
Erick mengaku kecewa dengan hasil melawan Jepang dan bahkan sempat "mengancam mundur dari jabatannya sebagai Ketua PSSI jika pemain dan pelatih sudah tidak memiliki keyakinan pada proyek besar yang sedang dijalankan untuk timnas".
Belum lagi dengan media -- media yang menggoreng pernyataan -- pernyataan jika STY akan segera diganti walaupun PSSI saat itu belum memberikan jawaban konkrit terkait hal tersebut. Tetapi hal tersebut membuat opini fans timnas terbagi menjadi dua kubu.
Kubu pertama adalah yang menginginkan STY untuk segera dipecat dari jabatannya sebagai pelatih kepala dan menunjuk pelatih baru untuk timnas. Di media sosial, kubu pertama bahkan sudah ramai -- ramai menyerukan tagar #STYOUT dengan alasan -- alasan seperti taktik-nya yang itu -- itu saja, tudingan memiliki anak emas di timnas, dan lain sebagainya.Â
Kubu Pertama juga menilai jika gaya permainan STY tidak cocok dengan gaya bermain para pemain timnas khususnya pemain keturunan yang bermain di Eropa dan mengusulkan nama Giovanni Van Bronckhorst sebagai pengganti STY.Â
Mereka pun juga gencar menyoroti blunder skema taktik STY saat melawan China yang dimana seharusnya Indonesia dapat mendapatkan poin sebagai salah satu argumen utama mereka.
Sedangkan kubu kedua relatif lebih objektif dalam menilai keadaan. Argumennya adalah pertama, Timnas Jepang adalah tim yang sudah begitu solid baik secara chemistry maupun hal -- hal lainnya yang berbeda dengan kondisi Timnas Indonesia yang setiap bulannya mendapatkan amunisi baru. Tentunya para pemain seperti Mees Hilgers dan Kevin Diks perlu waktu untuk beradaptasi dengan tim Garuda.
Sebagai perbandingan, rata -- rata pemain timnas Jepang yang melawan Indonesia kemarin sudah lama bermain bersama (sejak 2018 atau 2019) sehingga chemistry mereka sudah matang secara menyeluruh yang menjadi salah satu faktor utama mengapa Jepang adalah tim terkuat Asia saat ini.
Argumen lainnya adalah, mengganti pelatih di tengah -- tengah momen seperti itu adalah keputusan yang tidak tepat dan terburu -- buru sehingga kubu kedua lebih menyarankan jika STY tetap memegang nahkoda timnas Indonesia yang dibarengi dengan target dan kritik-kritik yang konstrukif.
Mereka pun juga menyarankan para fans timnas untuk menurunkan sedikit ekspetasi mereka mengingat ini adalah keikutsertaan Indonesia pertama kali di ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia yang dimana untuk sampai di titik tersebut adalah bukan yang hal mudah dan menekankan pentingnya menghargai proses yang sudah berlangsung di timnas saat ini di bawah Shin Tae Yong.Â
Mengganti pelatih tentu akan membuat semuanya di mulai dari awal lagi karena beda pelatih tentu juga beda prinsip, beda taktik, beda filosofi, dan sebagainya.