Di Eropa misalnya, kita mengenal beberapa akademi klub prestisius seperti La Masia (Barcelona), Bayern Campus (Bayern Munich), dan Ajax Academy (Ajax Amsterdam) yang sudah menghasilkan banyak sekali pemain top dunia sepanjang sejarah.
Dalam konteks Indonesia, saat ini ada beberapa klub yang memiliki akademi mereka sendiri seperti Bali United, Arema FC, PSM Makassar, Borneo FC, Persebaya, Persija Jakarta, dan Persib Bandung.
Akan tetapi untuk jumlah keseluruhannya masih sangat sedikit mengingat Indonesia yang memiliki banyak klub pro yang berkompetisi di Liga 1, 2, dan 3.
Apalagi dari segi kompetisi Indonesia sudah memiliki Liga usia dini bernama EPA yang sudah ada sejak 2018 yang diikuti oleh tim dari Liga 1 dan rencananya akan diekspansi lagi supaya tim dari Liga 2 bisa ikut berpartisipasi sehingga kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk klub professional di seluruh Indonesia untuk segera memiliki akademi usia muda mereka sendiri.
Selain itu, jika semua klub di Indonesia sudah memiliki akademi usia muda mereka sendiri, maka juga akan berdampak pada stok national pool untuk timnas segala jenjang,
Tentunya, memiliki akademi sendiri juga perlu pengelolaan yang professional seperti misalnya memilki tim pelatih muda yang berpengalaman, fasilitas dan infrastruktur, dan kurikulum sepakbola modern.
Beralih ke poin terakhir, satu hal lagi yang harus diperhatikan oleh klub -- klub Indonesia adalah pengelolaan finansial yang sehat. Banyak klub Indonesia saat ini boleh dibilang memiliki masalah finansial entah karena beban operasional yang semakin meninggi dan tunggakan gaji pemain. Beberapa kali berita mengenai masalah ini bersliweran di media sosial dan lini massa.
Tentunya, masalah finansial akan menghambat klub untuk melebarkan sarana dan prasarana seperti yang sudah penulis paparkan di poin satu, dua, dan tiga. Tak jarang juga, klub-klub yang memiliki masalah finansial ini mengalami kebangkrutan.
Tidak hanya di Indonesia, bahkan di Liga -- liga top Eropa pun hal serupa sering terjadi. Contohnya saja bagaimana klub-klub legendaris seperti Schalke 04 dan Bordeaux kini harus merana di divisi -- divisi bawah di liga mereka karena kondisi finansial mereka yang carut marut selama beberapa tahun terakhir.
Artinya adalah, klub-klub Indonesia sudah harus lebih bijak dalam perencanaan keuangan mereka dengan salah satunya adalah mengeliminasi potensi pengeluaran yang berujung pada pemborosan dana klub serta lebih kreatif dalam mencari sumber pemasukan lain untuk klub seperti misalnya menerapkan club membership dengan berbagai macam benefit kepada basis fans seperti halnya yang kita lihat di klub -klub top dunia.