Di samping kriteria fisik, para calon atlet di China yang akan masuk ke berbagai akademi dan sekolah olahraga juga harus mengalami seleksi yang di lakukan di berbagai jenjang sekolah publik di China. Dalam hal ini, terdapat 5 level yang menjadi acuan yakni Olahragawan Internasional, Olahragawan Nasional, Level 1, Level 2, dan Level 3. Biasanya hanya level 1 atau keatas yang diterima masuk di akademi dan sekolah olahraga terbaik.
Lalu bagaimana dengan Level 2 dan Level 3?
Mereka ini biasanya dimasukan sekolah atau akademi olahraga yang kurang populer namun, pada masa kini pemerintah China lebih berfokus kepada pembinaan atlet -- atlet kelas elit.
Ketika anak -- anak tersebut memulai pelatihan mereka di kamp dan sekolah olahraga, mereka dapat menghabiskan waktu hingga belasan jam sehari yang menempa tidak hanya fisik namun juga mental mereka
Mereka juga dituntut untuk selalu meraih tempat pertama tidak peduli apapun yang terjadi karena para atlet ini juga diajarkan jika prestasi olahraga adalah salah satu hal yang sangat penting yang dapat mengangkat derajat dan martabat China di mata dunia internasional. Artinya? Kalah bukanlah pilihan.
Zhao Genbo, mantan pelatih gimnastik China dalam sebuah wawancaranya dengan CBS mengatakan jika "para pelatih dan atlet kami telah melalui banyak rasa sakit dan kesulitan untuk mencapai kejayaan". Dan voila, kita bisa melihat berbagai macam pencapaian China di bidang olahraga hingga saat ini.
Akan tetapi di balik keberhasilan program -- program olahraga China yang sudah disebutkan tadi, ada juga beberapa sisi gelap yang menaunginya.
Kehidupan para calon atlet di sekolah olahraga dan juga para atlet di pusat pelatihan di China boleh dibilang sangat membosankan karena aktivitas monoton antara latihan, kelas, dan istirahat yang mereka lakukan setiap harinya di siang dan malam hari.
Ni Ching Ching dalam tulisannya untuk Los Angeles Post mengatakan jika sangat membenci sistem latihan atlet di China yang terlalu mengandalkan repetisi untuk misalnya menguasai sebuah Gerakan tertentu di olahraga yang membuat seorang anak yang tadinya mencintai olahraga yang digelutinya perlahan menjadi membencinya.
Selain itu, sistem di sekolah -- sekolah olahraga di China juga terkesan hanya menyiapkan para siswa didiknya menjadi atlet tetapi mengabaikan hal -- hal lainnya seperti akademik dan bagaimana caranya untuk berinteraksi sosial di masyarakat sehingga terkadang atlet -- atlet China terlihat kaku dan tidak nyaman dalam pergaulan.