Mohon tunggu...
Willem Nugroho
Willem Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang belajar menulis.

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biarkan Sungai Bercerita

30 Juni 2021   13:59 Diperbarui: 30 Juni 2021   17:44 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://www.idntimes.com/travel/destination/zain-nurjaman/10-potret-kawasan-gunung-semeru-c1c2

" Pernah aku mencari tahunya, tapi aku tidak mau mengira". Jawab Tobari sambil tersenyum.

"Sudah saatnya kau tahu arti nama itu. Disitu tersemat harapan Abah dan Emak. Abah dan Emak selalu mengarahkan kau kesana"

"Baiklah, Bah. Aku akan mendengarkan". Tobari kembali memperbaiki posisi duduknya.

" Baik Abah mulai. Tobari. Kata itu Abah dan Emak ambil dari sebuat nama danau terluas. Danau Toba di Sumatra Utara. Kami berdua pernah pergi kesana, meskipun saat itu belum saling kenal. Abah dan Emak berharap kau menjadi pribadi yang luas dan dalam baik dalam ilmu maupun tingkah laku. Pandai berteman. Selalu berpihak pada yang benar. Kau tahu danau selalu memiliki daya bagi sekitarnya? Abah dan Emak berharap kau menjadi orang yang berguna pula untuk sesama dan alam.  Lalu kata Mahameru. Kau tahu kata itu Rii?"

"Motif batik atau Gunung Semeru?" Jawab Tobari singkat. Kicauan burung seakan ikut menyembut dan menyimak obrolan bapak dan anaknya ini.

"Hmm. Iyaa keduanya benar, Rii. Dengan nama Mahameru dalam namamu Abah dan Emak berharap kamu menjadi pribadi yang punya kepemimpinan diri, tahu diri, dan gagah seperti keagungan Gunung Semeru. Setaip gunung memiliki ciri khasnya, sama seperti kita bukan? Jadi syukurlah untuk  itu.  Kau sebagai anak Abah dan Emak harus hidup makmur dan bahagia seperti makna Motif Batik Meru. Kau mengerti sekarang , Tobari?". Tanya Abah sambil memandang mata anaknya.

"Baik Bah. Aku mengerti dan memahami sekarang, kenapa Abah dan Emak memberikan nama itu padaku. Terimakasih". Seyum lebar dengan penuh keyakinan membalas tatapan Abah.

"Lalu, bagaimana dengan nama belakangku Yudistshikhan, Bah?"  Tanya Tobari dengan penuh penasaran.

Belum sempat Abah menjawab pertanyaan itu,  terdengar suara lonceng dari depan rumah. Kring...kring...kring. Teryata Emak sudah pulang dari Kota Kapubaten

" Itu Emak sudah pulang. Kau tanyakan saja sisanya kepada Emakmu, mungkin penjelasanya dapat lebih lengkap dan rinci. Ohh iyaa, satu hal yang ingin Abah sampaikan padamu. Jangan terbebani, dan tetaplah jadi dirimu sendiri. Oke?" Raut wajah Abah terseyum tipis meminta sebuah jawaban.

" Siap komandan". Suara lantang Tobari seakan membelah seisi sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun