"Mama tahu.... mama tidak gila.... yah mama tahu.... mama tahu," ucap Adelia pedih.
Dan ia terus mengulangi litani tersebut, "Mama tahu, mama tidak gila", sembari terkenang ketika jurang maut di malam senin di bulan lima, dirobeknya untuk belajar menjadi malaikat tak bersayap, bagi dia yang kelak akan menyapanya sambil tersenyum, "Mama". Kata itu adalah kata yang paling indah yang pernah diucapkan manusia.Â
***
Beberapa tahun berlalu Adelia kini mulai terbiasa tanpa kehadiran William. Tanpa senyumnya yang khas. Jadi dulu, Adelia ini hanya akan bercerita dengan Wiliam. Namun semenjak Wiliam pergi, ia lebih memilih mendiamkan diri sampai lupa berbahasa. Ia pun kini tidur lebih cepat. Tidak lagi menunggu hingga larut malam, seperti yang pernah dia lakukan kala Wiliam mengantar seorang temannya dari negri asing ke kampung seberang. Yah, rasanya, bayangan tentang William sudah hilang dari pikirannya.
Adelia memang tidak pernah tahu, bahwa ternyata di negri atah berantah, dirinya adalah alasan Wiliam menjalani hidup. Wiliam pun sadar, karena ibunya tidak pernah menyebut namanya sendiri sewaktu bersujud, melainkan nama anaknya, maka Wiliam selalu mendoakannya.
Di mata Wiliam, Adelia, adalah nama abadi yang tidak pernah ia baca dalam buku pengetahuan mana pun. Namun di saat Wiliam mengingatnya, Wiliam dilupakannya.
"Bu"...
"Kamu siapa"
"Ini aku Wiliam"
"Wiliam siapa"
"Bu"..