Mohon tunggu...
Wilhelmus TarsianiAlang
Wilhelmus TarsianiAlang Mohon Tunggu... Musisi - Saya tidak pandai menulis. hanya ingin Bercerita!

"Darah lebih kental, dari Air". Menulis itu bercerita dengan jari-jari Anda.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Adelia: Ketika Kamu Pikir Aku Tidak Melihat, Aku Melihat!

20 Desember 2021   06:48 Diperbarui: 20 Desember 2021   06:54 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Seperti jejak kakimu ini, Anakku. Buatlah pijakanmu kuat," "Mali gau mbaen dian weki ghenen, neka kimu azeng-azeng gau eghi ata manga skolan. Mali do' ga ilmu, neka tombo meze'...... neka meze nai, ndeng gau ghi ata lengge". 

Jadi malam itu, keributan dalam diri Adelia membuatnya tak kuasa lagi. Dia tahu, Wiliam sedang kedinginan di negri menggigil. Dan ia tahu, hanya nafasnyalah matahari yang dapat menghangatkannya. Dengan bermodalkan petunjuk rasi bintang, Adelia berjalan dengan telanjang kaki. Hal yang sama yang ia buat di Malam Senin di Bulan Lima kala itu, untuk melonggarkan jalan rahimnya bagi Wiliam ke dunia. Sampai di persimpangan, Adelia bertemu dengan para pemuda yang sedang menikmati kemudaan--- dan mencoba cobaan yang belum dicoba.

"Ibu! Apa yang sedang Ibu lakukan di malam-malam begini?" tanya Jonathan seorang pemuda yang kebetulan mengenal Adelia.

"Mengapa ibu berjalan sendiri?"

Adelia lalu menatap nanar wajah Jhonatan,

"Aku mencari Wiliam", jawab Adelia gemetar dengan matahnya yang mulai nampak merah menahan sakit di rahimnya. Penampakan kebakaan dalam wajah ibu Wiliam membuat Jonathan tak tega. "Tuhan, apa yang sedang terjadi dengan ibunda William", batin Jonathan.  "Apakah dia lupa bahwa putranya telah pergi ke negeri atah berantah."

"Bu, aku paham kerinduanmu", jelas Jonathan pelan tak mau menyakiti. "Biarlah Wiliam membaca tulis dengan tenang". Tegasnya sekali lagi sambil mengamati wajah Adelia yang menelan setiap kata demi kata.

"Ibu tahu, kalau Wiliam di sini, yang dilakukannya hanya satu, menahan matamu dari air mata kekecewaan," tutur Jonathan seolah turut dalam kesedihan ibu Wiliam.

Nafas Adelia sesak.

"Mama tahu". "Tapi rahimku yang sakit ini mengisyaratkan kalau anakku ada dalam kesusahan".

"Ia bu... Tapi Wiliam itu laki-laki. Justru dengan susah, ia berusaha," kata Jonathan dengan berhati-hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun