Kalau kau di hukum dewa, terimalah dengan riang gembira , seperti  marmut  yang bermain dikitiran,
Atau kau dapat kelabui  mereka dengan 1001 cara, asal tidak ketahuan tentu saja.
Kaboer  ah………..     Â
Sepandang mata :
Sepandang mata, orang mengasosiasikan Dewa , hasil cerita rekaan manusia,sebagai Pencipta. Yang berkuasa, seperti tiran yang kejam. Yang tahunya hanya menghukum, tanpa perduli bagaimana nasib terhukum.
Bila Pencipta seperti tiran, maka pemberontakan adalah mutlak. Â Bila dia marah, jangan salahkan pemberontakan itu, tapi salahkan mengapa manusia diberikan hati untuk bisa berpikir, merasa dan bernalar.
Jauh dibalik kisah,  Pencipta tak mungkin diciptakan dari hasil reka-reka manusia. Sebaik atau sejahat apapun sang Dewa.  Bila ya, kita sudah menjadikannya mahluk ciptaan pemikiran kita , tak lebih dari itu. Keberadaan hati dan nurani, akan melahirkan manusia-manusia pencari arti dan makna. Pencipta tak memandang pemberontakan manusia sebagai  perbuatan makar. Mungkin  Dia menanti agar manusia terbebas dari semua kesia-siaan, demi menemukan  arti dari kehidupan yang hanya sesaat saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H