Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bersaing Ketat di Udara, Menjaring Pendengar Muda

24 Maret 2020   21:05 Diperbarui: 25 Maret 2020   20:01 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Radio menjadi salah satu old media yang hingga hari ini masih eksis. Di Jakarta, puluhan radio swasta eksis dan terus menyiarkan programnya untuk para pendengar setianya yang tersegmentasi dari segi umur, pekerjaan, selera musik hingga domisili.

Selain lagu, berita, dan talkshow, radio-radio di Jakarta juga menyuguhkan program khas yang menarik perhatian pendengarnya. Pada Agustus 2017, brilio.net menyajikan laporan bertajuk 3 Program siaran radio Tanah Air yang paling hits, dengerin yuk!. Dalam catatan brilio.net tiga program radio yang paling hits adalah Nightmare Side, Salah Sambung, dan Tawco.

Sesuai namanya, Nightmare Side merupakan program siaran yang menyajikan cerita horor berdasarkan urban legend. Dipandu Dimasta selaku penyiar, siaran yang disajikan Ardan Radio Bandung 105,9 FM ini punya pendengarnya sendiri lho. Meski menyuguhkan cerita horor, pendengarnya tetap ada dan bahkan selalu penasaran dengan cerita yang diperdengarkan.

Berbeda dengan program Salah Sambung.  98,7 Gen FM Jakarta membuat program ini untuk pendengarnya yang ingin mengerjai orang lain via telepon. Program ini masuk dalam segmen program Semangat Pagi bareng Kemal, TJ dan Diaz dari jam 6 sampai 10 pagi.

Terakhir program Tawco yang tak lain merupakan akronim dari Tawaran Ngaco. Tawco merupakan salah satu konten yang rutin disiarkan pada program SARAPAN SERU! 101,0 JAK FM Jakarta. Program siaran pagi ini dibawakan secara jenaka oleh Tike Priatnahkusuma dan Ronal Surapradja, serta Melissa Karim sebagai produser.

Mengemas ide menjadi program

Penulis bersama dua penyiar CFM UAI 107.7 FM | dokpri
Penulis bersama dua penyiar CFM UAI 107.7 FM | dokpri
Program-program radio yang menjadi favorit pendengar lahir dari ide. Tidak mudah memang menemukan ide-ide orisinil yang bisa diolah menjadi program radio sehingga bisa diproduksi secara rutin dan kemudian membentuk pendengar. 

Menyajikan cerita horor di udara misalnya, butuh keberanian tinggi dari penyiarnya. Sebab, tak jarang studio siaran didatangi makhluk astral dan menganggu si penyiar.

Pun menyajikan program yang idenya adalah berbuat usil terhadap seseorang seperti Salah Sambung. Salah-salah orang yang dikerjain marah dan memaki penyiar yang memang bertugas untuk berbuat usil. 

Eksekusi ide-ide kreatif pada akhirnya mengharuskan produser dan penyiar siap dengan segala risiko yang bakal muncul selama produksi program berlangsung.

Kreativitas produser menyajikan program siaran yang unik dan khas pada akhirnya menjadi kekuatan penentu agar setiap stasiun radio punya semacam tanda pengenal khusus di telinga pendengar. 

Program siaran unggulan yang ditunggu pendengar menjadi killer content yang diartikan sebagai konten favorit yang diharapkan bisa menjadi acuan bagi program lain.

Konten diikuti kampanye
Konten siaran radio yang menarik juga harus diikuti oleh ekosistem pelaku industri radio yang saling mendukung. Di tengah persaingan antarradio yang begitu tajam di wilayah Jakarta, pengelola stasiun radio justru bersatu untuk mengampanyekan pesan Radio Gue Gak Mati (#RadioGueGakMati).

Kampanye ini sempat mencuri perhatian pendengar dan warganet pada 11 Desember 2017. Nah, sebelum kampanye Radio Gue Gak Mati ini diudarakan, sebanyak 37 radio di Jakarta sepakat menggelar kampanye Radio Gue Mati (#RadioGueMati). Memang benar, pada hari itu 37 radio di Jakarta secara serentak tidak siaran pada pukul 07.45 hingga 08.00 WIB.

Dikutip dari liputan6.com (13/12/2017), kampanye Radio Day yang digagas oleh Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) DKI Jakarta itu langsung viral di dunia maya. Meski hanya berhenti siaran selama 15 menit, dampak viral di dunia maya pun berlangsung sejak pukul 10.00 hingga 14.00 WIB di hari yang sama.

Viralnya kampanye Radio Gue Gak Mati (#RadioGueGakMati) di dunia maya membuktikan besarnya jumlah pendengar medium audio ini. Dalam hitungan lembaga riset AC Nielsen, pada 2017 lalu ada 62,4 juta pendengar radio se-Indonesia. Dari angka tersebut, 41,9 juta pendengar berada di Pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta yang memiliki pendengar radio lebih dari sembilan juta orang.

Mengutip dari voaindonesia.com (12/12/2017), generasi Z dan milennial yang berusia 20-30 tahun merupakan pendengar utama radio. Antara 39-40 persen generasi Z menghabiskan waktu hingga dua jam untuk mendengar radio setiap hari, tidak saja lewat piranti konvensional di mobil tetapi juga telepon pintar yang sekaligus menjadi alat komunikasi mereka.

Survei Nielsen lebih jauh menunjukkan bahwa para pendengar radio utamanya mencari informasi, musik, info olahraga, memasak dan jajanan atau "snacking", dan 93% pendengar radio adalah pengonsumsi kopi.

Radio merupakan media yang pribadi atau personal karena survei itu menunjukkan bahwa sebagian besar pendengar memiliki keterkaitan emosional dengan radio -- baik informasi yang disampaikan maupun penyiar atau stasiun radionya -- dan menjadikan radio sebagai penambah semangat, menjalin pertemanan atau pergaulan.

Pasca kampanye Radio Gue Gak Mati (#RadioGueGakMati) yang menuai sukses, tantangan berikutnya ialah mempertahankan pendengar radio agar tak lari ke medium lain. 

Menurut Sekjen PD PRSSNI, Denny J. Sompie, cara mempertahankan pendengar radio ialah dengan menyuguhkan acara yang baik sesuai kebutuhan pendengar kita.

Radio harus mengikuti kebutuhan/keinginan pendengar jika tidak mau ditinggalkan. Bagaimana mengomunikasikannya, bagaimana menjawab kebutuhan mereka. Radio ini sangat personal, sangat dekat dengan pendengarnya."

Lebih jauh Denny menegaskan, keberadaan pengiklan sebagai salah satu yang membuat radio bertahan. Lima puluh sembilan persen belanja iklan di radio yang mencapai 1,2 triliun rupiah, ditempatkan di radio-radio Jakarta, atau berarti hampir 708,8 miliar rupiah.

"Di antara 10 pengiklan terbesar di Jakarta, ada satu produk yaitu Shell Oil, yang hadir dalam konferensi pers kami tadi. Menurut survei kami dan data Nielsen, ia adalah salah satu pengiklan yang paling besar di radio. 

Mengapa? Karena menurut Shell Oil, iklan di radio itu murah dan ia tahu pendengar adalah pengguna produk itu. Ia cukup puas karena peningkatan penjualan produk mereka tiga tahun terakhir ini naik secara signifikan, karena itu mereka memilih memberi porsi iklan terbesar di radio.

Bagi kota besar seperti Jakarta yang dikenal dengan kemacetan lalu lintasnya, radio menjadi teman setia bagi para pengendara mobil. Presiden Direktur PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) Adrian Syarkawie mengatakan, kemacetan lalu lintas justru mendukung bisnis radio. Menurutnya, saat berada di tengah kemacetan, orang memilih mendengarkan radio.

Dikutip dari kompas.com (04/08/2017), Adrian mengakui persaingan di bisnis radio saat ini terbilang berat. Radio siaran yang ada saat ini dituntut bisa menyajikan siaran secara multiplatform. 

Menurut Adrian, saat ini untuk mendengarkan siaran radio, masyarakat bisa memanfaatkan segala macam peralatan, salah satunya melalui gadget (gawai). Untuk itulah, Adrian menegaskan, riset pasar menjadi hal yang penting untuk menjajaki kelas konsumen seperti apakah yang akan dibidik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun