Lebih jauh Denny menegaskan, keberadaan pengiklan sebagai salah satu yang membuat radio bertahan. Lima puluh sembilan persen belanja iklan di radio yang mencapai 1,2 triliun rupiah, ditempatkan di radio-radio Jakarta, atau berarti hampir 708,8 miliar rupiah.
"Di antara 10 pengiklan terbesar di Jakarta, ada satu produk yaitu Shell Oil, yang hadir dalam konferensi pers kami tadi. Menurut survei kami dan data Nielsen, ia adalah salah satu pengiklan yang paling besar di radio.Â
Mengapa? Karena menurut Shell Oil, iklan di radio itu murah dan ia tahu pendengar adalah pengguna produk itu. Ia cukup puas karena peningkatan penjualan produk mereka tiga tahun terakhir ini naik secara signifikan, karena itu mereka memilih memberi porsi iklan terbesar di radio.
Bagi kota besar seperti Jakarta yang dikenal dengan kemacetan lalu lintasnya, radio menjadi teman setia bagi para pengendara mobil. Presiden Direktur PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) Adrian Syarkawie mengatakan, kemacetan lalu lintas justru mendukung bisnis radio. Menurutnya, saat berada di tengah kemacetan, orang memilih mendengarkan radio.
Dikutip dari kompas.com (04/08/2017), Adrian mengakui persaingan di bisnis radio saat ini terbilang berat. Radio siaran yang ada saat ini dituntut bisa menyajikan siaran secara multiplatform.Â
Menurut Adrian, saat ini untuk mendengarkan siaran radio, masyarakat bisa memanfaatkan segala macam peralatan, salah satunya melalui gadget (gawai). Untuk itulah, Adrian menegaskan, riset pasar menjadi hal yang penting untuk menjajaki kelas konsumen seperti apakah yang akan dibidik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H