Mohon tunggu...
Wildan Hakim
Wildan Hakim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Arek Kediri Jatim. Alumni FISIP Komunikasi UNS Surakarta. Pernah menjadi wartawan di detikcom dan KBR 68H Jakarta. Menyelesaikan S2 Manajemen Komunikasi di Universitas Indonesia. Saat ini mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta dan Peneliti Senior di lembaga riset Motion Cipta Matrix.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bersaing Ketat di Udara, Menjaring Pendengar Muda

24 Maret 2020   21:05 Diperbarui: 25 Maret 2020   20:01 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program siaran unggulan yang ditunggu pendengar menjadi killer content yang diartikan sebagai konten favorit yang diharapkan bisa menjadi acuan bagi program lain.

Konten diikuti kampanye
Konten siaran radio yang menarik juga harus diikuti oleh ekosistem pelaku industri radio yang saling mendukung. Di tengah persaingan antarradio yang begitu tajam di wilayah Jakarta, pengelola stasiun radio justru bersatu untuk mengampanyekan pesan Radio Gue Gak Mati (#RadioGueGakMati).

Kampanye ini sempat mencuri perhatian pendengar dan warganet pada 11 Desember 2017. Nah, sebelum kampanye Radio Gue Gak Mati ini diudarakan, sebanyak 37 radio di Jakarta sepakat menggelar kampanye Radio Gue Mati (#RadioGueMati). Memang benar, pada hari itu 37 radio di Jakarta secara serentak tidak siaran pada pukul 07.45 hingga 08.00 WIB.

Dikutip dari liputan6.com (13/12/2017), kampanye Radio Day yang digagas oleh Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) DKI Jakarta itu langsung viral di dunia maya. Meski hanya berhenti siaran selama 15 menit, dampak viral di dunia maya pun berlangsung sejak pukul 10.00 hingga 14.00 WIB di hari yang sama.

Viralnya kampanye Radio Gue Gak Mati (#RadioGueGakMati) di dunia maya membuktikan besarnya jumlah pendengar medium audio ini. Dalam hitungan lembaga riset AC Nielsen, pada 2017 lalu ada 62,4 juta pendengar radio se-Indonesia. Dari angka tersebut, 41,9 juta pendengar berada di Pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta yang memiliki pendengar radio lebih dari sembilan juta orang.

Mengutip dari voaindonesia.com (12/12/2017), generasi Z dan milennial yang berusia 20-30 tahun merupakan pendengar utama radio. Antara 39-40 persen generasi Z menghabiskan waktu hingga dua jam untuk mendengar radio setiap hari, tidak saja lewat piranti konvensional di mobil tetapi juga telepon pintar yang sekaligus menjadi alat komunikasi mereka.

Survei Nielsen lebih jauh menunjukkan bahwa para pendengar radio utamanya mencari informasi, musik, info olahraga, memasak dan jajanan atau "snacking", dan 93% pendengar radio adalah pengonsumsi kopi.

Radio merupakan media yang pribadi atau personal karena survei itu menunjukkan bahwa sebagian besar pendengar memiliki keterkaitan emosional dengan radio -- baik informasi yang disampaikan maupun penyiar atau stasiun radionya -- dan menjadikan radio sebagai penambah semangat, menjalin pertemanan atau pergaulan.

Pasca kampanye Radio Gue Gak Mati (#RadioGueGakMati) yang menuai sukses, tantangan berikutnya ialah mempertahankan pendengar radio agar tak lari ke medium lain. 

Menurut Sekjen PD PRSSNI, Denny J. Sompie, cara mempertahankan pendengar radio ialah dengan menyuguhkan acara yang baik sesuai kebutuhan pendengar kita.

Radio harus mengikuti kebutuhan/keinginan pendengar jika tidak mau ditinggalkan. Bagaimana mengomunikasikannya, bagaimana menjawab kebutuhan mereka. Radio ini sangat personal, sangat dekat dengan pendengarnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun