"Kalau kamu memaksakan diri untuk mengamuk dan mengikuti kemauan Betari Durga, jelas-jelas kamu akan menanggung malu. Pikirkan baik-baik. Jangan sampai tindakanmu untuk mengamuk di Karangkadempel justru membuahkan rasa malu," papar Antasena.
Petruk dan Bagong yang melihat percakapan itu rupanya tidak sabar. Petruk lantas berdiri di depan Matenggo Seto dan merapal doa.
"Teguh yuwono slamet, slamet kersaning gusti. Loh kok tetap kuat," ujar Petruk keheranan.
Giliran Bagong maju. Dirapalnya doa versi ringkas. Matenggo Seto tetap berdiri kokoh. Beberapa saat kemudian wujud Matenggo Seto hilang. Setelah itu, tampaklah ksatria Janaka berdiri tegak di depan Antasena, Petruk, dan Bagong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H