Citra positif perbankan
Terlepas dari beberapa kendala teknis di atas, transaksi non tunai sebenarnya bermanfaat positif bagi citra perbankan Indonesia. Yakni terbangunnya kepercayaan nasabah terhadap mutu dan inovasi layanan perbankan. Dulu, jangkauan layanan perbankan bisa dinilai dari seberapa banyak jumlah ATM-nya. Kini, mutu layanan perbankan ikut dinilai dari seberapa banyak layanan kartu debitnya bisa digunakan untuk transaksi non tunai.
Di tengah berkembangnya teknologi informasi, perbankan Indonesia juga dituntut kian inovatif menyediakan layanan transaksi non tunai berbasis internet. Internet banking dan mobile banking saat ini makin banyak peminatnya. Terlebih dengan hadirnya gaya baru berbelanja online (online shopping). Internet banking dan mobile banking menjadi menu wajib guna menunjang transaksi non tunai secara cepat, praktis, serta aman.
Koneksi internet yang semakin murah dan mudah mendorong konsumen melakukan transaksi non tunai untuk menyelesaikan aktivitas jual-belinya. Cukup dengan membuka layanan mobile banking di handphone, penulis bisa menyelesaikan sejumlah transaksi mulai dari transfer uang, isi ulang listrik PLN, membeli voucher pulsa, membayar cicilan kartu kredit, hingga berinventasi untuk membeli reksadana.
Kemudahan semacam ini merupakan berkah dari perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat. Pada 1990-an, penulis hanya menggunakan kartu ATM untuk mengambil uang di bank. Kini, kartu ATM mewujud menjadi “kartu sakti” yang bisa menyelesaikan berbagai jenis transaksi non tunai.
Maraknya penggunaan telepon cerdas yang direspon dengan hadirnya aplikasi perbankan ikut mendorong transaksi non tunai semakin banyak dipilih oleh nasabah bank. Sayangnya, Bank Indonesia belum mendata berapa persen nasabah bank yang sudah memanfaatkan aplikasi perbankan untuk menyelesaikan transaksi non tunainya. Seperti yang terlihat pada data berikut.
Belum semua nasabah bank berkenan menggunakan e-money. Meski penggunaan e-money terbilang lebih praktis dibandingkan kartu debit, namun belum banyak merchant yang bisa melayaninya. Penulis pernah mendapatkan hadiah e-money BRI dari Bank Indonesia senilai Rp500 ribu. Setiap kali hendak bertransaksi, penulis memastikan terlebih dahulu apakah bisa dibayar dengan Brizzi Card. Hasilnya, Brizzi Card bisa dipakai untuk bertransaksi non tunai di Alfamart, resto di sekitaran Benhil Jakarta Pusat, serta SPBU di rest area Cikampek.
Lagi-lagi sayangnya, belum semua petugas akrab dengan Brizzi Card ini. Tampaknya petugas yang melayani konsumen lebih familiar dengan kartu debit dan kartu kredit ketimbang dengan e-money. Ke depan, e-money bisa kian marak digunakan khususnya bagi para orang tua. Uang jajan anak, tak lagi berupa uang cash. Tapi dalam bentuk e-money. Dengan cara ini pilihan tempat jajan memang menjadi terbatas. Namun orang tua bisa memantau ke mana si anak nongkrong dan berapa banyak uang yang dihabiskannya untuk jajan.
Kalau sudah begini, kita semua tentu yakin, transaksi non tunai punya beragam pilihan untuk kemudahan. Perbankan hadir untuk memudahkan. Pola pikir masyarakat tentang transaksi akan berubah seiring makin bagusnya tingkat pemahaman dan pendidikannya. Mari bertransaksi non tunai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H