Mohon tunggu...
Wike Atul Jannah
Wike Atul Jannah Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswi

Ahlan Wa sahlan :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradigma Masayarakat yang Menyelimuti Agama

9 Maret 2020   16:16 Diperbarui: 9 Maret 2020   16:14 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tanah yang katanya serig disebut tanah surga ini, agama memiliki sudut pandang yang sangat penting, Karena Indonesia adalah Negara “agama”, dimana pancasila sebagai dasar Negara menegaskan tidak ada orang yang tidak beragama di Indonesia. Agama bagi suatu masyarakat tidak lebih dan tidak kurang pula bisa kita simpulkan dari beberapa definisi yang telah penulis paparkan diatas. Kehadiran agama bagi suatu masyarakat lebih khususnya di bumi Pertiwi ini, mampu memberikan suatu kontribusi yang besar demi kelangsungan hidup masyarakat.

Secara geografis Negara agraris yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beragam macam suku, ras, bahasa serta agama yang indah untuk dikaji. Namun, dalam pembahasan artikel ini, penulis akan lebih banyak menyinggung tentang agama dan paradigmanya dari masyarakat.

Secara bahasa masyarakat merupakan sekelompok orang dalam sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka yang sebagian besar interaksinya adalah antar individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.  Dalam interaksi yang terdapat pada masyarakat itu, tentu hadirnya agama menjadi akar sebuah kehidupan sehingga mampu meengokohkan segala beban yang tertahan dalam suatu pohon kehidupan.

Sama halnya dengan agama yang saat ini berada ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Selain kata Agama, juga dikenal kata Din dalam bahasa arab. Din artinya menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan kebisaan. Artinya memang mempunyai norma-norma yang harus ditataati. Sehingga agama diartikan keadaan seseorang dalam tunduk patuh kepada Tuhan menjalankan ajaran-ajaran agama.

Sehingga agama diartikan sebagai norma yang mengatur setiap gerak-gerik kehidupan manusia, menjadi rem yang siap mengontrol laju perjalanan suatu kehidupan. Dalam pengertian filsafat umum, telah disampaikan bahwa suatu hal yang akan mewarnai dunia, yakni agama dan filsafat. Dalam artian agama adalah peraturan tentang cara hidup. Maka pantas sudah jika agama yang saat ini digenggam dengan kuat sebagai pegangan hidup manusia. Ditambah lagi, di Zaman millennial yang mana telah kita temukan berbagai macam fenomena miris, sehingga agama sangatlah penting menjadi asset terbaik sepanjang masa.

Jika kita terus memandang jauh untuk masa depan. Sudut pandang agama akan terus mengalami peningkatan. Hingga nantinya agama akan selalu menjadi sebaik-baiknya raga hidup yang tiada habisnya. Sesuai perspektif sosiologi, agama merupakan pandangan hidup yang harus diterapkan dalam masyarakat. Agama lah yang menjadi unsur kepridian setiap individu pada masyarakat, sehingga sulit untuk terdefinisikan dengan menggunakan perspektif sosiologis yang selalu bersifat sosial. Benar, jika jika di satu sisi agama bersifat individual. Sosiologi agama sebagaiu dasar kehudupan masyarakat memungkinkan lahirnya sikap toleransi, dan setiap individu menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok yang berbeda agama atau kepercayaannya, sehingga perbedaan inilah yang melahirkan sikap toleransi.

Sebagai apa yang dipercayai, agama memiliki peranan penting dalam hidup dan kehidupan manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok. Secara umum pandangan hidup pribadi atau kelompok manusia (masyarakat) terhadap agama bisa kita interpretasikan sebagai:

  • Norma yang mengatur tatanan dalam bermasyarakat.
  • Sebagai kontrol sosial dalam bermasyarakat.
  • Pemupuk solidaritas
  • Penyelamat kehidupan.

Dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh agama memilki beraneka ragam perspektif. Masyarakat dengan segala aktifitas dan interaksinya. Menyudutkan agama menjadi berbagai macam pandangan. Menurut gaya hidup serta perilaku sosialnya, antara masyarakat pedesaan dan perkotaan memiliki perbedaan sudut pandang terhadap agama. Bukan, untuk maksud membedakan antara keduanya, penulis ingin memetakan bahwa benar adanya. Sudut pandang antara keduanya jelas berbeda.

Masyarakat  pedesaan, lebih memandang agama merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijadikan pedoman, pegangan serta pengikat tali hubungan antara dirinya serta Tuhan Sang Maha pencipta. Mereka  menjadikan agama sebagai suatu hal yang harus dijaga serta di jadikan bentuk kesatuan diri nya. Namun, tidak menutup kemungkinan, agama yang ada dalam masyarkat desa masih sangat kental pula dikaitkan pada tradisi yang telah melekat dalam roda kehidupannya.

Sedangkan, agama dari sisi sudut Kota saat ini sangat miris jika kita nikmati seksama. Agama hanya sebagai identitas atau pamong atas diri pribadi masyarakat. Eksistensi yang mereka pakai denga adanya wajah agama menimbulkan banyak pro dan kontra, sehingga banyak terjadi konflik yang diakibatkan oleh adanya rasa tidak puas dalam mengemban suatu amanah dalam beragama. 

Mereka mengakui adanya agama yang di anut dalam hidupnya. Namun, jika amati seksama, agama hanya terlihat ketika hari perayaan telah tiba. Misalnya, ketika hari raya Idul Fitri dalam islam telah tiba, semua orang islam keluar menunjukkan jati dirinya. Sama halnya pula ketika Natal tiba, seluruh masyarakat Kristiani meramaikan dengan segala bentuk kemewahan, berbeda dengan hari-hari minggu biasanya. Saat dimna mereka harus menemui Tuhannya, mereka terkadang lupa dengan agama dan kepercayaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun