Di tambah lagi, aku berada di tengah pampringan yang remang-remang cenderung gelap, 2 kuburan dengan berbagai mitos, sementara ada amanah yang harus aku haturkan kepada simbah.
Keadan yang belum pernah aku alami sebelumnya.
Lagi-lagi hati ku berkata lirih: "tenang, itu hanyalah suara kucing. Ingat...Allah bersama mu kemana pun kamu melangkah".
Ku kayuh sepeda ku agak cepat hingga akhirnya sampailah aku di jalan utama dusun Grogol RT 03. Di situlah simbah kakung putri ku tinggal, ya berdua saja. Simbah Kakung berusia 65 tahun sementara simbah putri 62 tahun. Ke ketuk pintu, aku masuk langsung menuju sumur menimba air membasuh kaki ku.
(: kebiasaan kami sepulang dari bepergian, langsung membasuh kaki agar terhindar dari hal-hal gaib)
Sambil membuka bungkusan berisi berkat genduri dari hajatan kirim doa para leluhur  Pakde Parjio, aku menceritakan saat-saat melewati pampringan di mana ada kucing garong yang sedang bertengkar, bersepeda di hampir tengah malam yang mencekam, lampu hanya 5 watt. Semua ku ceritakan pada kedua simbah ku.
Dengan santainya beliau, simbah putri berkata: "ndak apa-apa, untuk pengalaman, yang penting kamu selamat."
Sambil mengulurkan jarik, simbah putri berkata: "sudah tidur sana, besok siang pulang." Sementara simbah kakung menikmati setakir nasi gurih berkat genduri. Dan aku pun tertidur, lelap.
****************************************************************************************************
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H