Kita melihat visualisasi gempa, di Palu dan Lombok bahkan kejadian itu terulang kembali. Namun, ketika komunikasinya kurang efektif, kebiasaan keliru tetep saja dilakukan. Kita sering terjebak dengan birokrasi sehingga lambat dalam bergerak.
Beberapa warga kembali membangun rumahnya seadanya. Padahal bangunan rumah mereka yang bisa melukai sendiri. Akhirnya, ketika terjadi gempa susulan, maka tamatlah riwayat mereka. Hal ini menjadi perbincangan hangat di Radio Elshinta pagi ini. Omjay mendengarnya di dalam mobil menuju perjalanan ke sekolah.
Turki contoh sedih ketika banyak yang bermukim di hunian vertikal, terkena gempa saat masih tidur. Mereka tinggal dengan kualitas bangunan yang minim. Ngeri sekali melihat apartemen rubuh. Innalillahi winnailaihi rojiun. Ribuan nyawa meninggal dengan cepat.
Di Palu, Sulawesi Tengah, banyak sekali korban keruntuhan di lantai 1 bangunan bertingkat. Jelas ini bertentangan bila ada informasi berlindung di bawah meja. Sering kita dengar dan bilang, "silahkan berlindung di bawah meja".
Anak teknik biasanya sudah punya intusi untuk melihat model keruntuhan. Di papua ada gempa beruntun meski intensitas relatif rendah. Waspadalah, Waspadalah! Berikut ini info beritanya.
Gempa beruntun walau kecil-kecil pasti akan mengubah deformasi batuan. Jika di lokasi yang berbukit-bukit kapur seperti Pacitan, Trenggalek, Pesisir Jawa Selatan, perlu diwaspadai longsor, sink hole, gerakan tanah...
Secara alami wajar. Hal yang diperlukan adalah sebanyak-banyaknya pelaporan apabila ada yang mengamati deformasi ini secara visual. Semakin banyak laporan, semakin banyak data. Ini yang sayangnya, belum didokumentasikan... Model Crowd sourcing. Ini biasanya yang dituliskan untuk kawan-kawan relawan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!