Kulihat ada dua kantong darah yang digantung, darah orang asing yang memberikan efek kejut menyakitkan saat proses cuci darah dimulai. Karena aku pasien baru, aku menjalani cuci darah hanya 3 jam.Â
Meski hanya 3 jam, proses itu sangat menyiksa. Seluruh tubuhku pegal bukan main serasa habis digebukin kayu. Aku menangis menahan sakit.Â
Aku paham bahwa di dunia ini bukan hanya aku yang sakit gagal ginjal. ada jutaan orang dengan penyakit yang sama. Namun demikian, rasa sakit adalah derita personal bagi yang mengalaminya. Maka meski ada jutaan orang lain serupa penyakitku, tentu saja aku hanya fokus bagaimana berdamai dengan rasa sakit yang menikam tubuhku.Â
Aku membaca buku, menonton film, drama dan dokumenter, meditasi, berdoa dan berdzikir sebagai bentuk komunikasi dengan tubuhku. Aku harus membaik dan sembuh.Â
Aku dirawat di RS hingga pagi 18 Juli 2021, dengan segudang pengalaman baru dan pembelajaran hidup. Aku dinyatakan negatif Covid-19 pada 10 Juli 2021 dan berpindah kamar ke bangsal umum.Â
Di sana ada 5 pasien lain dengan keluhan berat mulai dari sesak nafas kaut, memiliki benjolan di payudara kiri, hingga yang muntah-muntah sepanjang waktu karena memiliki masalah lambun akut.Â
Selama 7 hari di bangsal umum, tangan kananku bengkak tak karuan karena sepanjang waktu ditusuk jarum infus. Entah sudah berapa banyak cairan obat masuk ke tubuhku melalui jarum infus tersebut. Yang pasti, ada satu jenis obat yang digunakan untuk membantu keluarnya carian dalam ubuhku melalui pipis. Â
Ya, bagi pasien gagal ginjal pipis adalah sebuah kebahagiaan. Jika bisa pipis artinya obat bekerja dan tubuh masih mau diajak bekerja sama mengeluarkan racun. Meski seringkali aku menangis setiap kali suster menyuntikkan obat melalui selang infus karena begitu sakit dan perih, aku tetap tabah menerimanya demi bisa pipis.Â
Setiap kali tubuhku memberi sinyal untuk pipis, aku dengan semangat ke kamar mandi untuk pipis. Bagiku kini pipis adalah salah satu sumber kebahagiaan.Â
Karena masih baru di dunia gagal ginjal, aku memutuskan bergabung dengan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) cabang Bogor. Dari komunitas ini aku mendapat banyak informasi dan pembelajaran mengenai bagaimana pasien cuci darah melanjutkan hidup dengan ceria, bahagia,dan produktif.Â
Informasi lain yang kudapatkan juga tentang bagaimana kesembuhan dicapai dengan rutin cuci darah, diet ketat dan mengelola pikiran agar tetap positif.Â