Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Sebagai Penyintas Covid-19 dengan Gagal Ginjal, Begini Caraku Melanjutkan Hidup

19 Juli 2021   05:30 Diperbarui: 26 Juli 2021   19:13 3211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku di ranjang RS Sentra Medika Cibinong dengan lengan kanan bengkak akibat infus. Foto milik sendiri.

Hah? Bagaimana bisa ODG dirawat di bangsal Covid-19 sementara hasil PCR belum keluar. Hari itu juga aku disarankan membeli obat senilai Rp1.3 juta. Aku menolak membeli obat karena hasil PCR belum keluar. 

Aku pulang sembari menangis karena kakiku bukan hanya bengkak, tapi mengeras dan sangat sulit digunakan berjalan. Pihak RS menolak memeriksa bengkak di kaki aku karena hasil PCR belum keluar. 

Aku sangat resah dalam menunggu hasil PCR. Terutama karena dadaku sesak dan sakit bukan main. Ditambah batuk kering yang tiada henti. Pada 29 Juni pukul 23. 30 WIB aku menerima email berisi hasil PCR. Aku positif Covid-19. Aku menangis sembari menahan rasa sakit yang tidak terkira di sekujur tubuhku. Kupikir aku akan mati. 

Pada 30 Juni pukul 09.15 WIB seorang teman mengontakku bahwa hari itu akan ada ambulans yang menjemputku untuk dirawat di RSDC Wisma Atlet, di Jakarta. Sementara teman yang lain bergotong-royong membantuku mulai dari mengirimkan obat-obatan, makanan, suplemen, camilan hingga melakukan penggalangan dana di lingkaran pertemanan kami. 

Sore sekira pukul 16.00 WIB aku dijemput ambulans dari Human Initiative menuju Wisma Atlet. Di sana seorang suster membantuku mendapatkan kamar di mana kau dirawat. Aku mendapatkan kamar di tower 4 lantai 8 kamar 22. 

Penanganan pertama yang kuterima di Wisma Atlet adalah rongten dan tes darah. Aku juga diberi sejumlah obat-obatan untuk aku konsumsi pertama kali. Di Wisma Atlet, para nakes merawatku dengan baik. Mereka begitu ramah dan telaten, meski kerja dalam tekanan luar biasa. 

Pagi 3 Juli 2021 seorang dokter mengunjungiku di kamar dan mengatakan bahwa hasil tes lab menunjukkan bahwa aku mengalami gagal ginjal. Beliau mengatakan bahwa kadar ureum dan kreatinin dalam darahnya sangat tinggi, melebihi angka rujukan. Maka dokter tersebut menyarankan aku mencari RS rujukan agar aku bisa segera melakukan terapi hemodialisa atau cuci darah. 

Teman-temanku jadi hectic. Mereka bergotong royong mencarikan RS Rujukan agar aku bisa melakukan cuci darah. Seorang teman mengatakan aku telah didaftarkan ke RS Fatmawati, namun masih antre. Pada akhirnya, teman yang lain berhasil mendapatkan kamar untukku di RS Sentra Medika Cibinong, Bogor. 

Pada 4 Juni sekitar pukul 11 siang aku diantar ambulans ke RS Sentra Medika Cibinong dan langsung masuk IGD. Saking banyaknya pasien di IGD, aku baru ditangani dokter pukul 4 sore. 

Saat itu dokter langsung mengambil sampel darahku untuk di cek di laboratorium. Aku pun diantar ke kamarku di bangsal Covid-19. Di kamar itu sudah ada 3 pasien lain yang selalu batuk-batuk, mengeluh, hingga melenguh karena kadar oksigen mereka rendah. 

Lengan kiriku dipasang jarum infus, dan segera aku mendapat berbagai jenis perawatan mulai dari tenis darah, obat, dan lain-lain. Pagi 5 Juli 2021 aku menjalani cuci darah untuk pertama kali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun