Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

It's a Girl, Tiga Kata Paling Mematikan di Dunia

26 Oktober 2020   10:52 Diperbarui: 26 Oktober 2020   14:50 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silakan main ke website gerakan Pink Ladoo di pinklado.org

Merespon kengerian ini, pada 2012 sebuah flm dokumenter berjudul "It's a Girl: the Three Deadliest Words in the World" yang mengisahkan pembunuhan sistematis bayi-bayi perempuan di China dan India dirilis. Film ini bukan saja hendak menunjukkan kepada dunia betapa ketidakadilan telah dialami perempuan sejak dalam kandungan, juga pemujaan masyarakat kepada bayi lelaki secara berlebihan menimbulkan dampak sosial yang parah.


Tingginya angka kematian bayi perempuan yang dibunuh oleh keluarganya sendiri belum bisa diselesaikan oleh pemerintah India. Hal ini menginspirasi Raj Khaira, perempuan India yang tinggal di London, Inggris memulai gerakan sosial untuk mempromosikan kegembiraan saat menyambut kelahiran bayi perempuan. Gerakan ini bernama Pink Ladoo. 

Nah, ladoo merupakan sejenis camilan manis khas India yang biasa dibuat masyarakat India untuk menyambut kelahiran bayi lelaki. Ladoo ini berbentuk bulat dengan warna kuning keemasan. Namun, kegembiraan serupa tidak dirayakan untuk bayi perempuan. 

Silakan main ke website gerakan Pink Ladoo di pinklado.org
Silakan main ke website gerakan Pink Ladoo di pinklado.org
Raj Khaira melihat ini sebagai bentuk penindasan awal atas kehadiran anak perempuan, sehingga kampanye yang dilakukannya menggunakan ladoo berwarna pink sebagai representasi warna perempuan.

Raj Khaira dengan gerakan sosial Pink Ladoo hendak menunjukkan bahwa equality rasanya semanis ladoo, yang harus dirayakan pada setiap kelahiran bayi. Dalam gerakan ini, setiap kali satu kotak pink ladoo dipesan oleh sebuah keluarga menjadi semacam justifikasi bahwa kelahiran si bayi perempuan disambut gembira oleh keluarganya. 

Hal ini juga untuk menunjukkan kepada masyarakat India dan dunia bahwa kelahiran bayi perempuan yang disambut gembira keluarganya juga agar diketahui masyarakat di lingkungan keluarga si bayi perempuan.

 "We thought about using normal ladoo. But it felt dishonest. Campaigning for "normal ladoo for all" would have glossed over the fact that it is women who have been systematically targeted and undermined through sexist customs. For us, the Pink Ladoo is the symbol of a protest against sexist customs and norms. Our aim is to open conversations about women's rights in South Asian homes across the world; a normal ladoo doesn't open the conversation as instantly and potently as a Pink Ladoo and wouldn't have the same impact," begitulah statement Raj Khaira mengapa memilih warna pink untuk ladoo saat merayakan kelahiran bayi perempuan dalam gerakan sosialnya.

Warna pink digunakan sebagai simbol untuk menunjukkan bahwa gerakan Pink Ladoo bukan hanya tentang berbahagia menyambut kelahiran bagi perempuan, namun agar rumah-rumah warga di wilayah Asia Selatan mulai memahami bahwa selama ini perempuan dirusak hak-hak hidupnya secara besar-besaran oleh keluarga dan masyarakat tempat ia dilahirkan. 

Warna ladoo yang kuning keemasan yang biasa digunakan untuk menyambut bayi lelaki dianggap tidak bisa membawa pesan apapun atas upaya menyelamatkan hidup bayi perempuan. 

Sehingga dengan warna tertentu, pesan untuk mengakhiri pembunuhan sistematis atas bayi perempuan tersampaikan, tepat pada sasaran: keluarga si bayi perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun