Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

It's a Girl, Tiga Kata Paling Mematikan di Dunia

26 Oktober 2020   10:52 Diperbarui: 26 Oktober 2020   14:50 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silakan main ke website gerakan Pink Ladoo di pinklado.org

Pada 1870, setelah penjajah Inggris melakukan investigasi mengenai female infanticide ini, maka praktek ini dinyatakan sebagai tindakan ilegal dan melawan hukum. Larangan pembunuhan bayi perempuan dituangkan dalam Undang-Undang Pencegahan Female Infanticide tahun 1870 (Female Infanticide Prevention Act, 1870) di mana produk hukum ini mengacu kepada ajaran Kristen yang dibawa penjajah Inggris. 

Namun, menjalankan UU ini lumayan sulit bagi masyarakat dengan sistem sosial tertutup seperti India. Para aktivis hak-hak perempuan bahkan menyatakan bahwa female infanticide di India yang sangat parah nyaris menyerupai dengan female genocide (gendercide), di mana pembunuhan secara sistematis dilakukan untuk gender tertentu. 

Jika genocide merupakan pembunuhan massal kepada sekelompok orang yang dianggap pantas mati, maka gendercide merupakan pembunuhan sistematis kepada gender tertentu yang tidak disukai. Berdasarkan sensus pada 2010 di India dan China, praktek ini telah memperlihatkan rasio kehidupan 120 lelaki bagi 100 perempuan. 

Angka ini tidak saja sesederhana tentang jumlah perempuan yang kesempatan hidupnya dihilangkan secara paksa, juga berpengaruh kepada hak-hak hidup lain di setiap aspek di mana perempuan lebih sulit mengaksesnya daripada lelaki.

Para ibu di India bisa punya pengalaman membunuh 1-8 bayi perempuan, demi mendapatkan anak lelaki. Pembunuhan ini bukan semata-mata dilakukan karena mereka tidak mampu menyiapkan biaya mas kawin saat di bayi perempuan dewasa. Melainkan mereka berusaha menyelamatkan nasib keluarga dengan membiarkan bayi perempuan menemui kematian seketika setelah dilahirkan, daripada menyaksikan si anak perempuan tumbuh dengan beban yang menumpuk dari waktu ke waktu dalam masa pertumbuhan mereka. 

Para ibu berpandangan bahwa anak lelaki merupakan investasi yang bisa membantu keluarga dengan tenaga dan pekerjaannya; sementara anak perempuan cenderung menjadi beban sehingga layak disingkirkan. Ini pandangan mengerikan: sebuah keluarga menginginkan menantu perempuan bagi anak lelaki kesayangan mereka, tetapi membunuh anak perempuan mereka sendiri.

Berbagai usaha menyelamatkan kehidupan bagi perempuan di India telah dilakukan. Pada 1991, ada sebuah skema di mana insentif jangka panjang yang diberikan kepada keluarga dengan anak perempuan. Dalam insentif itu, negara menyisihkan sebagian dana untuk diberikan langsung pada si anak perempuan saat berusia 20 tahun yang bisa digunakan untuk biaya menikah atau melanjutkan pendidikan tinggi. 

Pada 1992, pemerintah India juga membuat skema lain di mana para keluarga secara anonim membiarkan bayi perempuan mereka diadopsi orang lain tanpa prosedur formal. Skema ini dianggap dapat menyelamatkan ribuan nyawa bayi perempuan, namun dikritik karena dianggap sebagai legaliasi pengabaian atas bayi perempuan yang sekaligus status di bayi perempuan akan menjadi sangat rendah secara sosial. 

Skema ini diterapkan si wilayah Tamil Madu dan berhasil menyelamatkan sebanyak 136 bayi perempuan pada 4 tahun pertama berjalannya skema ini. Namun sayangnya, pada tahun 2000 terdapat 1. 218 laporan bayi perempuan yang dihilangkan nyawanya sehingga skema ini dianggap gagal, kemudian ditinggalkan meski kemudian diperbaiki tahun 2001.

Berdasarkan hasil riset, setiap tahunnya terdapat 629.000 anak perempuan hilang di India baik karena dibunuh dengan sengaja tak lama setelah dilahirkan, hingga dibuang agar mereka menemui kematiannya hanya karena mereka perempuan. Angka itu adalah 26 kematian bayi perempuan per 100 bayi lelaki yang lahir. Akar masalah ini adalah kuatnya sistem patriarki yang diterjemahkan secara berlebihan, dan mungkin obsesi di mana anak lelaki lebih diharapkan dari anak perempuan. 

Angka ini jika dipecah adalah: terdapat bayi perempuan yang dibunuh keluarganya sendiri per 50 detik. Mereka dibunuh dengan cara digugurkan, diabaikan, dikubur hidup-hidup, diracun, ditimpuk batu, dibuat kelaparan, dibiarkan meninggal karena infeksi tanpa pengobatan dokter, atau dibuat kesulitan bernafas dengan ditimpa bantal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun