Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Ini Diperkosa 500 Kali dan Pemerkosanya Masih Hidup Bergelimang Harta

21 Oktober 2020   16:24 Diperbarui: 27 Mei 2021   09:38 22824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, mereka dikunjungi 100 orang berbeda selama 40 hari, yang semuanya menuju ruang bawah tanah. Seharusnya mereka curiga dengan kegiatan diluar nalar itu, bukan?

Kedua, Junko berusaha melarikan diri dan meminta pertolongan untuk menelepon polisi. Namun, keluarga Minato sama sekali tidak memberikan pertolongan. Keluarga itu membiarkan Junko tertangkap basah oleh Miyano sehingga kembali mengalami penyiksaan mengerikan. 

Bagaimana bisa sebuah keluarga bersikap biasa saja, tenang-tenang saja dan membisu atas kejadian tidak biasa di ruang bawah tanah rumah mereka selama 40 hari lamanya? Mereka juga pasti melihat tubuh Junko babak belur saat berusaha menyelinap keluar dan melarikan diri, bukan? 

Bagaimana bisa mereka menutup mata atas perbuatan tak biasa yang terjadi di rumah milik sendiri selama 40 hari lamanya?

Ketiga, polisi tidak melakukan tugasnya dengan baik. Diantara 100 orang lelaki yang diundang Miyano untuk memerkosa Junko, ada satu orang yang merasa bersalah telah memerkosa Junko dan mengaku kepada orangtuanya mengenai apa yang terjadi di rumah Minato. Kedua orangtua lelaki itu kemudian melapor ke polisi. Maka datanglah dua orang polisi ke rumah keluarga Minato dan disambut baik keluarga Minato. 

Kedua polisi bahkan dipersilakan memasuki rumah dan melakukan penggeledahan jika memang mendapat laporan tentang penyekapan dan pemerkosaan seorang gadis-anak SMA. Saat itu polisi tidak jadi melakukan penggeledahan karena menganggap keterbukaan keluarga Minato seakan menunjukkan bahwa memang tak terjadi apa-apa di rumah itu. 

Polisi pun pulang, sementara Junko membusuk di ruang bawah tanah. Selain itu, Junko pernah berusaha menelepon polisi dan seorang petugas menerima telepon itu. Mengapa polisi tidak melacak alamat asal telepon dan mengirimkan petugas? Lihat, karena polisi tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka Junko yang seharusnya bisa selamat, malah menemui kematiannya.

Hidup mati Junko saat itu ada di telapak tangan keluarga Minato dan polisi yang datang ke lokasi. Namun, karena mereka tidak menjalankan perannya yang baik sebagai manusia dna petugas berwenang, maka seorang perempuan muda tidak berdaya menemui kematiannya. 

Pada akhirnya, yang jahat bukan hanya mereka yang melakukan kejahatan. Namun, mereka yang berdiam diri dan tidak melakukan penyelamatan padahal mengetahui aksi kejahatan, adalah orang yang lebih jahat. Sebab, mereka tahu kejahatan itu jahat, namun mereka dengan sadar membiarkan kejahatan itu terjadi.

NB: Tulisan ini pertama kali dimuat di blog pribadi di www.wijatnikaika.id 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun