Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ke Klaten, Perjalanan Mendebarkan Melihat Sumber Air Purba Berusia 1.500 Tahun

19 Oktober 2018   19:14 Diperbarui: 22 Oktober 2018   01:02 1858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternyata, inilah bentuk botol Aqua dan Mizone sebelum menjalani proses selanjutnya dan diisi air mineral yang selama ini kita nikmati. Bentuknya imut dan lucu ya. Foto: Kompasiana

“If there is magic on this planet, it is contained in water.”

-Loren Eiseley-

Sebagai  manusia, aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana kehidupan di bumi  berjalan tanpa air. Karena bagiku air merupakan keajaiban penciptaan  yang dahsyat lagi mengagumkan. Air memiliki tempat istimewa dalam setiap  sisi kehidupan, bahkan merupakan komponen terbesar pembentuk tubuhku  sendiri. 

Karenanya,  momen keberangkatan ke Klaten untuk mengunjungi pabrik Aqua (PT. Tirta  Investama, Klaten) membuat kepalaku dipenuhi segunung pertanyaan. Bukan  tentang bagaimana sebuah perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)  beroperasi. Melainkan ingin mengetahui kisah dibalik keberadaan sumber  air di dalam bumi, yang tak habis-habis untuk menunjang perjalanan  bisnis AMDK nomor wahid di tanah air.

Hari itu, pagi 13 Oktober 2018, kami 20 orang peserta Danone Blogger Academy 2018 terburu-buru menghabiskan sarapan lezat di Greenhost Boutique Hotel. Berburu dengan waktu, kuteguk habis segelas kecil minuman dingin manis beraroma sereh, kemudian berlari kecil ke lobby dan memanggul ransel, lalu berjalan cepat menuju bis. Langit biru kota  pelajar Yogyakarta bersama hangat matahari pagi mengabarkan bahwa  perjalanan kami akan semakin mengesankan. Jantungku bahkan berdegup  kencang, seperti hendak bertemu sang kekasih setelah ratusan purnama tak  jumpa. Aku sungguh ingin tahu sang rahasia air purba dibalik lapisan  tanah yang kupijak. 

Perjalanan  selama 60 menit Yogyakarta-Klaten mulus tanpa hambatan. Pihak travel  bahkan tak henti-hentinya memberikan penghiburan dengan menjelaskan ini  itu yang kami lalui sepanjang perjalanan. Seperti program kesenian di  kompleks Candi Prambanan di wilayah utara, atau popularitas Candi Ratu  Boko di bagian selatan yang menjadi salah scene jalan-jalan tokoh Cinta  dan Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2). Selama  mendengarkan aneka penjelasan mengenai segala hal yang kami lalui, aku  juga sibuk menikmati dinamika sosial yang terjadi di kota gudeg ini.  Seperti tentang kesederhanaan, fasilitas publik yang terawat baik,  hingga jalanan yang mulus tanpa lubang layaknya di sejumlah perkampungan  terpencil yang belum tersentuh pembangunan. Semunya indah dan puitis. 

BACA INI DULU: Sekelumit Kisah Danone Blogger Academy 2018

Memasuki  wilayah Klaten, mataku dimanjakan oleh pemandangan areal persawahan dan  pertanian yang hijau. Padi, jagung, kacang tanah, dan cabai mendominasi  pemandangan. Sebagian wilayah kering kerontang, sebagiannya lagi begitu  dimanjakan oleh kelebihan air. Burung-burung berterbangan, pepohohan  meliukkan dahan dan rantingnya, dan hamparan bumi nan hijau yang memikat  mataku membuatku semakin gugup. Di manakah kiranya mata air itu, yang  sanggup membesarkan sebuah perusahaan dengan kemurniannya? 

MEMAHAMI DAN MERAWAT AIR

Jika  tidak menjadi peserta #DanoneBloggerAcademy2018 ini mungkin aku akan  tertinggal dalam pemahaman tentang air. Meski selama bertahun-tahun aku  banyak belajar tentang isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,  baru kali ini aku begitu serius ingin memahami air secara menyeluruh.  Sebelum perjalanan ke Klaten, aku mendapatkan materi tentang air dari Dr.Ir. Nana Mulyana Arifjaya, dosen IPB dan ahli di bidang hidrologi, ketika mengikuti kelas menulis offline di kantor Danone di Jakarta pada akhir September silam. 

Meski  terlihat sederhana bahkan sering disepelekan, air merupakan ciptaan  Tuhan yang sangat kompleks. Bahkan dalam menjaga ketersediaan air tawar  untuk menunjang kehidupan manusia dan ekosistem di bumi, air menjalani  siklus tiada henti. Jumlah air di bumi tidak akan pernah bertambah  maupun berkurang. Hanya saja, cara manusia memperlakukan air yang akan  menentukan ketersediaan air tawar yang dapat dikonsumsi. Karena sebagian  besar air di bumi merupakan air asin yang tidak dapat dikonsumsi,  kecuali setelah melalui berbagai proses untuk membuatnya layak  dikonsumsi. 

BACA INI JUGA: Merawat Air Serupa Merawat Cinta

Mengingat  pemahamanku tentang air yang sangat minim, sepanjang perjalanan aku  tersenyum penuh syukur atas ketersediaan air di wilayah Klaten bahkan di  puncak musim kemarau yang membakar. Hamparan hijau lahan pertanian  menjadi saksi bahwa dibawah lapisan tanah ada sumber kehidupan utama  yang sangat melimpah, yang bersiap sepanjang waktu membantu manusia  menjalani tugasnya dalam memakmurkan bumi.   

Perjalanan  mendebarkan ini kemudian tiba di tempat yang kami tuju, yaitu pabrik  PT. Tirta Investama, Klaten atau yang populer disebut Aqua Klaten.  Dengan penuh semangat, kami para peserta fieldtrip #DanoneBloggerAcademy2018  merapikan diri, termasuk menyiapkan ponsel untuk mendokumentasikan  kegiatan di pabrik. Dengan seragam berupa kaos putih berlengan panjang  warna biru, bertuliskan "Danone Blogger Academy" kami berjalan tertib  mengikuti petugas yang mengantar kami menuju ruang pertemuan, jauh di  dalam lokasi pabrik. Kami naik ke lantai dua sebuah bangunan, yang tak  jauh dari pabrik dengan suara mesin yang memekakan telinga, dalam  pandangan penuh tanya dari para pekerja yang asyik bersantai sembari  mengobrol atau merokok di beberapa buah gajebo bernaung pepohonan  rindang.  


Dalam proses pengenalan tentang cara kerja dan program Corporate Social Responsibility (CSR) Aqua Klaten, kami juga dapat menyaksikan sebuah video tentang  gerakan konservasi air yang digawangi para pemuda Klaten. Kegiatannya  mulai dari melakukan penanaman jenis pohon yang akarnya mengikat air,  melakukan praktek pertanian organik, hingga kegiatan wisata yang  berbarengan dengan konservasi sungai dan daur ulang sampah menjadi  barang bernilai ekonomis.  

Kejutan!  Ternyata di ruangan itu aku melihat sosok yang kukenal. Ya, dialah Bang  Rama Zakaria. Saat masih tinggal di Lampung dan bekerja di WALHI  Lampung, aku mengenalnya sebagai Direktur sebuah lembaga lingkungan  lokal yaitu WATALA. Sembari mendengarkan penjelasan tentang kerja dan  kinerja pabrik Aqua Klaten, aku merasa besyukur karena dipertemukan  dengan orang dari kampung halaman. Ternyata, Bang Rama telah lama  bekerja di Pabrik Aqua Klaten dan sekarang posisinya merupakan  Stakeholder Relations Manager PT. Tirta Investama, Klaten. 

"Hai,  Bang. Masih ingat saya? Ika," kataku menjabat tangan Bang Rama yang  keningnya berkerut pertanda sedang berusaha mengingat sosokku. 

"Eh iya Ika! Masih di WALHI nggak?" tanya kemudian. Aku menggeleng. 

"Saya kira Abang kerja di kantor Danone di Jakarta," kataku dan ia menggeleng.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya, pura-pura terkejut dan tidak tahu.

"Belajar lah, Bang." Jawabku setengah tertawa. 

"Oke,  bagus. Nanti kita ketemu lagi di Taman Kehati, ya. Sukses selalu, Ika."  Meski masih ingin mengobrol, kami berpisah karena aku dan teman-teman  akan memasuki area pabrik untuk melihat proses produksi berlangsung. 

MELIHAT PABRIK AQUA BEKERJA

Ini  merupakan kesempatan langka dan mungkin hanya terjadi sekali saja  seumur hidupku. Ya, setelah diskusi selesai, kami diperkenankan untuk  mengunjungi pabrik di mana AMDK merk Aqua diproses. Kami diajak naik ke  lantai dua untuk melihat bagaimana mesin dan pekerja sama-sama bekerja  untuk memproses Aqua per botolnya. Ada sejumlah ruangan dengan fungsi  berbeda mulai dari storage bahan botol, pembuat tutup botol,  penyimpan air sebelum diproses masuk ke botol, hingga ruangan lain yang  paling besar di masa setiap kemasan Aqua diproses hingga selesai dan  siap dipasarkan. 

"Itu apaan, Mas?" tanyaku kepada seorang petugas yang mendampingi kami. 

"Untuk botol Aqua, Mbak," jawabnya. 

"Botol Aqua?" tanyaku semakin penasaran. 

"Iya.  Itu bentuk awal botol sebelum diisi air ya begitu," jawabnya sembari  tersenyum. Dibawah sana, kulihat seorang pekerja yang menggunakan  pakaian pelindung menutupi sebuah keranjang yang telah penuh dengan  plastik yang dilontarkan oleh sebuah tabung, kemudian memindahkannya ke  bagian lain agar tersusun rapi. Sementara keranjang baru ditaruh untuk  diisi bahan botol yang baru keluar dari mesin. Kulihat sejumlah  keranjang berbaris rapi memenuhi 2/3 ruangan, tiap baris berisi 3  tingkat keranjang yang telah penuh. 

"Nah,  pekerja disana memakai pakaian khusus gara tidak terjadi kecelakaan  kerja," tambahnya. Memang benar sih, kalau bahan botol terlontar  mengenai si pekerja, mungkin ia akan mengalami kecelakaan. Sang pekerja  terlihat mengenakan pakaian khusus berwarna biru, yang membuatnya  berpenampilan setengah Astronot.  

"Satu keranjang berapa banyak isinya, Mas?" tanyaku lagi, penasaran. 

"1000  botol!" jawabnya. Saat mendengar kata 1000 kepalaku langsung sibuk  menghitung jumlah keranjang yang tersusun rapi dan berisi penuh  botol-botol Aqua yang belum menjalani proses lainnya hingga siap diisi  air. Wah, banyak sekali ya. 


Meski  aku dan teman-teman mendapatkan kesempatan melihat pabrik Aqua dari  dekat, sayangnya saat itu pabrik sedang dalam proses perawatan. Sehingga  kami tidak dapat menyaksikan bagaimana proses satu botol Aqua dibuat  hingga siap dipasarkan. Suasana di dalam pabrik cenderung sunyi dan  satu-satunya sumber keramaian berasal dari keriuhan kami saat berdiskusi  dengan tim dari Aqua. Di bagian lain, kulihat ratusan botol Aqua ukuran  600ml berbaris rapi, seperti prajurit yang menunggu komando untuk terus  berperang atau pulang rumah. Sementara di bagian lain lagi kulihat  tumpukan kardus yang mungkin berisi botol-botol Aqua yang siap disimpan  di gudang sebelum dipasarkan. 

Keadaan  pabrik sangat bersih dan rapi, juga dilengkapi dengan berbagai papan  pengumuman atau nilai-nilai untuk mendukung keselamatan kerja. Bahkan,  ada sebuah banner yang isinya memberitahukan agar pekerja tidak  membawa ponsel ke dalam bangunan pabrik karena akan membahayakan nyawa.  Setelah merasa puas dengan informasi dan pengalaman yang kuperoleh,  kulangkahkan kaki ke luar, tercebur kembali ke dalam gelimang cahaya  matahari.


Lantas  aku bergabung dengan tim dari Aqua dan teman-temanku yang tengah  berdiri asyik memandangi sebuah kertas yang ditempel di dinding. Kertas  itu berisi informasi mengenai Diagram Alir Proses Water Treatment SPS 1  Aqua Klaten. Ternyata, satu botol Aqua yang biasa aku konsumsi  sehari-hari telah menjalani proses yang sangat panjang sebelum sampai di  tanganku. Secara garis besar, air dari sumber air Aqua tidak langsung  dimasukkan ke botol atau galon, melainkan melalui serangkaian proses  seperti penyaringan partikel besar, penyaringan partikel halus,  penyuntikan ozon, proses pembentukan gas ozon, proses destruksi ozon dan  proses lainnya hingga air dinyatakan siap konsumsi. Melihat betapa  panjangnya proses tersebut, pikiranku melayang pada satu perbuatan dosa  saat menyia-nyiakan air dengan tidak mengonsumsinya dengan benar.  Teringat juga kebiasaan buruk orang-orang yang seringkali tidak  menghabiskan air didalam botol Aqua hanya karena ia membelinya dengan  harga murah. 


Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Tirta Investama (Aqua) memiliki kebijakan lingkungan yaitu Water Ground Policy dalam pengelolaan lingkungan. Kebijakan ini mulai diberlakukan sejak  2006 dengan pengembangan model inovatif yang disebut Aqua Lestari.  Inovasi ini merupakan payung inisiatif pengembangan pembangunan  berkelanjutan dari hulu hingga hilir. Demi ikhtiarnya sebagai green company, Aqua juga melakukan beberapa perubahan krusial dalam core businessnya,  seperti: penghematan dan efisiensi energi; inovasi kemasan yang ramah  lingkungan dan higienis; pengelolaan limbah yang efektif; dan  berinvestasi di restorasi alam melalui strategi besar konservasi air. 

Perubahan  baik yang dilakukan Aqua dalam komitenya terhadap pembangunan  berkelanjutan ditunjukkan dengan kampanye gerakan #BijakBerplastik.  Kampanye ini sendiri diawali dengan komitmen Aqua mengurangi penggunaan  material plastik dalam kemasan botol dan galon Aqua seperti peniadaan  segel plastik di bagian penutup botol, pengurangan bobot kemasan lebih  dari 20% untuk setiap kategori, giat melakukan kampanye daur ulang di  kota-kota besar di Indonesia, hingga komitmen membuat kemasan yang dapat  didaur ulang 100% dalam upaya meningkatkan proporsi plastik plastik  daur ulang sebanyak 50% pada 2025. 


Upaya  baik ini merupakan langkah merubah sudut pandang dunia usaha dalam  menciptakan produk. Hal ini sejalan dengan perubahan model dalam dunia  usaha yang sedang dikembangkan di berbagai negara, yaitu dari linier economy ke circular economy. Jika dalam model linier economy setiap barang diproduksi dan dikonsumsi berakhir di tempat sampah, dengan model circular economy setiap sampah dari produk akan didaur ulang untuk menciptakan siklus  hidup baru sebagai produk baru, sehingga bisnis menjadi nol sampah.  Dengan menggunakan model bisnis yang ramah lingkungan, maka Aqua  menggunakan circular packaging di mana lebih dari 70% kemasan sudah merupakan circular packaging dan 98% recyclable packaging atau dapat didaur ulang. 

Dalam  rangka mewujudkan model ekonomi sirkular ini, Aqua memiliki 6 pusat  pengumpulan sampah di Jawa, Bali dan Lombok yang mampu menampung lebih  dari 12.000 metrik ton /tahun botol plastik dan 1.000 ton kertas.  Kegiatan daur ulang sampah Aqua telah mencipakan siklus hidup baru untuk  plastik kemasan bekas seperti pakaian, aspal, tatakan galon dan  sebagainya. Salah satu contoh yang unik adalah bahwa dari 8 botol  plastik bekas dapat disulap menjadi sebuah kaos! Contohnya adalah kaos  berwarna biru yang dikenakan oleh Bang Rama Zakaria berikut ini: 


Sedangkan  dalam upaya konservasi air adalah dengan menanam pohon. Di Klaten  sendiri, PT. Tirta Investama telah menanam sebanyak 20.000 pohon pada  2015, yang merupakan bagian dari 2.454.340 pohon yang ditanam di seluruh  Indonesia hingga 2016. Atas kerja kerasnya ini, melalui program Taman  Kehati yang dijalankan atas kerjasama dengan jurusan Biologi FMIPA  Universitas Negeri Semarang, pada 2015 PT. Tirta Investama (Aqua) Klaten  mendapatkan penghargaan Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup  dan Kehutanan (KLHK). 

Jika pembaca ingin mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai program yang dilakukan Aqua dalam mewujudkan visi green company melalui berbagai kegiatan circular economy , langsung saja follow akun media sosial berikut ini: 

Instagram : @aqualestari
Twitter : @aqua_lestari
Facebook : AQUA Lestari
Website : www.aqua.com 


Dalam  perjalanan kembali ke gedung pertemuan, sembari mengagumi betapa rapi  dan teraturnya ritme kerja di pabrik Aqua Klaten ini, aku berjanji tidak  akan lagi menyia-nyiakan air. Bukan saja karena kini aku sudah tahu  betapa panjangnya perjalanan air dari perut bumi hingga sampai ke  tanganku. Juga karena fakta bahwa tidak merawat air sama saja dengan  tidak bersyukur atas anugerah Tuhan atas penciptaan air. Kepada Tuhan  aku memohon ampun. 

HATI GEMBIRA DI TAMAN KEHATI AQUA KLATEN

Perjalanan  dilanjutkan dengan mengunjungi Taman Keanekaragaman Hayati milik Aqua  Klaten. Taman Kehati seluas 4.8 ha yang terletak di Polanharjo ini  dibangun sebagai sarana melestarikan keanekaragaman hayati khas Merapi  yang sempat punah akibat erupsi pada 2010. Didalamnya terdapat berbagai  spesies langka baik flora maupun fauna, dengan 200 spesies tanaman dan  50 diantaranya spesies tanaman keras dari Merapi. Ada juga 23 spesies  Anggrek khas Merapi yang nyaris punah jika tidak diselamatkan. Aku pun  mengangguk-angguk takjub untuk program mulia ini. 

Nah,  sebelum kami melakukan eksplorasi lebih jauh di Taman Kehati yang  sedang musim buah mangga, pihak Aqua mengajak kami untuk menjadi bagian  dari kampanye Hari Cuci Tangan Sedunia yang diperingati setiap 15  Oktober. Bang Rama Zakaria selaku Stakeholder Relations Manager PT.  Tirta Investama (Aqua) Klaten menyampaikan, bahwa: 

"Misi  utama mengkampanyekan mencuci tangan dengan benar agar terhindar dari  penyakit. Dibalik itu dibalik cuci tangan bisa disampaikan misi lain  bagaimana kita harus menghemat air. Air mengucur cukup pada awal untuk  membasahi tangan, setelah tangan disabun baru diguyur air lagi sampai  bersih. Jadi karena air tidak sampai mengucur terus, agar air tidak  terbuang sia-sia."

Lalu, aku dan teman-teman pun melakukan praktek mencuci tangan dengan baik dan benar. Tentu  saja kami melakukannya dengan gembira dan tertawa-tawa seperti sedang  bermain saja. Karena ternyata mencuci tangan tidak sesederhana yang  biasa kita lakukan selama ini, melainkan memerlukan 6 tahap yang sangat  puitis mulai dari membasuh dan mengosok kedua telapak tangan bagai  sedang membuat kue, hingga membersihkan kedua punggung tangan di bagian  akhir yang menjadi kunci penghematan air. 

"Ayo  Ika, cuci tangan dengan benar," Bang Rama memberiku semangat saat tiba  giliranku melakukan praktek mencuci tangan dengan benar. Saat itu, aku  bergantian dengan Okta untuk belajar mencuci tangan dengan benar sesuai  standar World Health Organization (WHO). Rasanya lucu dan geli deh sudah setua ini aku baru mengerti cara mencuci tangan dengan baik dan  benar, dan ternyata dapat menghemat air dengan signifikan. 


Setelah  itu, kami diperbolehkan melanjutkan kegiatan yaitu masuk ke area di  mana Rumah Sumber Air PT. Tirta Investama, Klaten berada. Aku tersenyum  senang, terutama ketika melewati jembatan besi berwarna biru dan kuning  yang dibawahnya mengalir sungai dengan air teramat jernih bagai kaca.  Sesampainya di area konservasi air yang tidak dapat dimasuki masyarakat  umum tanpa izin, aku melihat sebuah bangunan kecil yang arsitekturnya  meniru bentuk jamur dengan atap kerucut. Sementara sekeliling rumah  dilindungi oleh pagar besi.   

"Ini  Rumah Sumber 2. Sudah tidak digunakan untuk Aqua. Tapi digunakan untuk  kepentingan warga sekitar," ujar seorang petugas yang mengantar kami  berkeliling. Mendengar penjelasan tersebut, aku takjub tentang upaya  Aqua Klaten menjaga sumber airnya agar terjaga dari tindakan yang  merusak sumber air, seperti pencemaran. 

"Apakah warga sekitar boleh masuk ke area ini?" tanyaku. 

"Oh  tidak boleh. Karena ini area khusus yang digunakan untuk menjaga agar  sumber air kita terjaga dan aman. Kita upayakan wilayah ini steril,  hanya dimasuki oleh petugas yang bekerja saja," ujarnya.  


Lalu  kami diajak masuk ke Rumah Sumber 1. Didalamnya ada sebuah tabung yang  mirip dengan tabung untuk memerah susu sapi, yang bentuknya sangat besar  dan sangat dingin. Saat penutup tabung dibuka, mataku dapat melihat air  bergolak dibawah lapisan kaca tebal. Ya, itulah ternyata sumber air  yang berasal dari kedalaman bumi. Sumber air inilah yang menjadi bahan  baku ADMK yang diproduksi PT. Tirta Investama (Aqua) Klaten dengan merk  Aqua dalam bentuk botolan maupun galon, juga merk Mizone. Air itu  bergolak, menggodaku untuk terus memandanginya dengan ketakjuban yang  tak usai. Rasanya, sukmaku tersedot masuk, menari bersama air yang  bergolak, menjadi bumi.  

Setelah  berpuas menyaksikan air yang bergolak dari dalam bumi dalam sumur yang  dilindungi sedemikian rupa, tim dari Aqua memberikan penjelasan mengenai  status air yang menjadi bahan baku bisnis Aqua. Kami bergerak menuju  sumber informasi lain, yaitu sebuah peta berbingkai di dinding putih,  berisi informasi tentang akuifer timur Merapi yang melingkupi wilayah  Klaten, hasil penelitian kerjasama Danone dan Universitas Gajah Mada.  Peta itu menggambarkan bahwa jauh dikedalam bumi, ada lapisan yang  menyimpan air purba yang usianya mencapai 1500an tahun. Air itu  tersimpan lama disana setelah melalui perjalanan panjang dari wilayah  Merapi sampai ke area paling landai. 

"Nah,  kawasan berwarna biru ini merupakan wilayah yang paling banyak  mengandung air dan sumber air Aqua ada disini," tunjuk si Mas pada  wilayah biru di peta. Tenggorokanku tercekat seketika saat menyadari  bahwa kini aku berdiri diatas tanah yang serupa harta karun paling  diburu. Kulihat beberapa tanda berbentuk bulat berwarna biru muda dalam  bagian peta berwarna biru agak tua, yang menunjukkan keberadaan rumah  rumah sumber tempat aku dan teman-temanku berdiri. Ya, kami berdiri  diatas tanah berkelimpahan air. Lalu, puji-pujian kepada Tuhan kembali  berlangsung didalam hati dan pikiranku, serupa pesta untuk merayakan  kelimpahan hidup yang tidak ada putusnya. 

(Sayangnya, aku terlalu patuh pada aturan sehingga tidak memotret peta yang informasinya sangat berharga itu. Saat aku Googling untuk mencari informasi tambahan bagi tulisan ini, peta serupa tidak dapat kulacak.)

"Pantes  ya airnya enak. Ternyata usianya sudah 1500an tahun," ujar temanku,  Lutfiah dengan mimik wajah serius bercampur ketakjuban yang tak dapat  dijelaskan kata-kata. 

"Iya. Ini sumber air yang sangat berharga," ujar si Mas sembari tersenyum bijaksana.

"Terima  kasih ya Mas untuk informasinya," ujar seseorang diantara kami, sebelum  keluar Rumah Sumber 1 yang sangat istimewa ini. Dengan perasaan  bahagia, kusambut kembali gelimang cahaya matahari di Taman Kehati Aqua  Klaten dengan pepohonan yang menari, ikut merasakan kegembiraan  peserta  #DanoneBloggerAcademy2018 yang meluap-luap. 

Tak  jauh dari Rumah Sumber Air 1 yang telah kami kunjungi dan pelajari  dengan kekaguman melangit bagai melihat pangeran tampan, aku mendekati  pagar pembatas di mana beberapa orang warga sedang asyik bermain-main di  kolam yang sangat jernih. Sepertinya mereka begitu bahagia dapat  menikmati dinginnya air kolam di tengah musim kemarau yang membakar. Aku  tersenyum iri melihat kegembiraan mereka yang sederhana.  

"Hai, Mbak dan Mas. Ini air dari Aqua atau ada mata air?" tanyaku setengah berteriak.

"Wah, kalau ini ada mata air didalam sini, Mbak!" ujar seorang lelaki yang asyik berendam. 

"Airnya  dingin banget nggak?" tanyaku lagi, penasaran. Juga ingin berendam  didalamnya. Melihat kolam yang jernih dan segar di hari yang sangat  panas membuatku terpikat ikut bersenang-senang dengan warga. 

"Wah,  ini dingin sekali, Mbak. Sini kalau mau mandi," teriak seorang  perempuan, seolah mengerti kegelisan yang kurasakan karena tak mampu  menikmati kesegaran air kolam seperti mereka. . 


Dengan  tersenyum kecut, aku berpamitan kepada mereka yang kemudian asyik  melanjutkan aktivitas berendam. Aku menjauhi area pagar dan berjalan  pelan menuju sebuah pintu keluar. Kulihat sebuah selokan sedalam dua 1.5  meter dengan air yang sangat jernih. Belum pernah kusaksikan air  selokan sejernih ini seumur hidupku. Aku berdiri  mematung memandangi selokan itu, merenungi betapa di banyak tempat air  telah kehilangan kermurniannya karena aktivitas manusia yang merusak.  Manusia dan peradaban yang dibangunnya telah merubah banyak hal,  termasuk air. Jika di tempat yang kemurniannya terjaga ini dapat kutemui  air sebening lapisan kaca karena upaya bersama masyarakatnya. Aku  memiliki harapan bahwa masih banyak tempat seperti ini di tanah airku.  Tempat yang memberikan harapan bahwa kehidupan yang baik masih dapat  diupayakan dan dinikmati bersama-sama. 

PULANG DENGAN HATI SENANG 

Tuhan  Sang Pencipta memang Maha Baik, diciptakannya segala sesuatu dengan  fungsinya yang indah dan praktis untuk memudahkan manusia menjalani  kehidupan. Sebagai sumber kehidupan, air diciptakan dengan proses  perawatan khusus oleh bumi di setiap lapisnya atau aquifer. Bumi  dengan lapisan-lapisan bebatuan menjadikan wadah penyimpanan khusus  untuk menjaga air di bumi, juga sebagai penyaring air agar bersih dan  dapat dikonsumsi. 


Air  adalah sumber kehidupan. Semua keajaiban yang terjadi di planet bumi  itu ada karena air. Tanpa air, dengan sendirinya kehidupan akan musnah  dan punah. Oleh karena itu, mari kita merawat air dimulai dari diri  sendiri dan dengan cara yang sederhana. Jika kesadaran kita tentang  merawat air tumbuh perlahan-lahan secara bersama-sama, maka masa depan  bumi kita akan baik-baik saja. Kita juga tidak perlu khawatir soal  krisis air.  

Kepada  Tuhanku aku bersyukur atas anugerah kebaikan yang berkelimpahan di  sekitarku, yang menjadi guru bagiku dalam memahami pesan-pesanNya.  Kepada teman-teman peserta #DanoneBloggerAcademy2018 aku turut berterima  kasih karena telah menjadi guru kehidupan, yang mengajariku cara  menikmati hidup dengan sederhana. Canda, tawa, lelucon, kebaikan, dan  apresiasi adalah pemantik bahagia tak terhingga. Juga kepada semua pihak  yang setiap perannya membantuku tumbuh dan berkembang menjadi pribadi  yang lebih baik, terutama dalam mensyukuri anugerah kehidupan, untuk  merawatnya sebagai bentuk dukungan atas pembangunan berkelanjutan.  

Bahan Bacaan Tambahan: 

Aqua Grup: Berpedoman pada Water Ground Policy

Laporan Keberlanjutan Danone-Aqua 2015-2016

Gerakan #BijakBerplastik 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun