“If there is magic on this planet, it is contained in water.”
-Loren Eiseley-
Sebagai manusia, aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana kehidupan di bumi berjalan tanpa air. Karena bagiku air merupakan keajaiban penciptaan yang dahsyat lagi mengagumkan. Air memiliki tempat istimewa dalam setiap sisi kehidupan, bahkan merupakan komponen terbesar pembentuk tubuhku sendiri.
Karenanya, momen keberangkatan ke Klaten untuk mengunjungi pabrik Aqua (PT. Tirta Investama, Klaten) membuat kepalaku dipenuhi segunung pertanyaan. Bukan tentang bagaimana sebuah perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) beroperasi. Melainkan ingin mengetahui kisah dibalik keberadaan sumber air di dalam bumi, yang tak habis-habis untuk menunjang perjalanan bisnis AMDK nomor wahid di tanah air.
Hari itu, pagi 13 Oktober 2018, kami 20 orang peserta Danone Blogger Academy 2018 terburu-buru menghabiskan sarapan lezat di Greenhost Boutique Hotel. Berburu dengan waktu, kuteguk habis segelas kecil minuman dingin manis beraroma sereh, kemudian berlari kecil ke lobby dan memanggul ransel, lalu berjalan cepat menuju bis. Langit biru kota pelajar Yogyakarta bersama hangat matahari pagi mengabarkan bahwa perjalanan kami akan semakin mengesankan. Jantungku bahkan berdegup kencang, seperti hendak bertemu sang kekasih setelah ratusan purnama tak jumpa. Aku sungguh ingin tahu sang rahasia air purba dibalik lapisan tanah yang kupijak.
Perjalanan selama 60 menit Yogyakarta-Klaten mulus tanpa hambatan. Pihak travel bahkan tak henti-hentinya memberikan penghiburan dengan menjelaskan ini itu yang kami lalui sepanjang perjalanan. Seperti program kesenian di kompleks Candi Prambanan di wilayah utara, atau popularitas Candi Ratu Boko di bagian selatan yang menjadi salah scene jalan-jalan tokoh Cinta dan Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2). Selama mendengarkan aneka penjelasan mengenai segala hal yang kami lalui, aku juga sibuk menikmati dinamika sosial yang terjadi di kota gudeg ini. Seperti tentang kesederhanaan, fasilitas publik yang terawat baik, hingga jalanan yang mulus tanpa lubang layaknya di sejumlah perkampungan terpencil yang belum tersentuh pembangunan. Semunya indah dan puitis.
BACA INI DULU: Sekelumit Kisah Danone Blogger Academy 2018
Memasuki wilayah Klaten, mataku dimanjakan oleh pemandangan areal persawahan dan pertanian yang hijau. Padi, jagung, kacang tanah, dan cabai mendominasi pemandangan. Sebagian wilayah kering kerontang, sebagiannya lagi begitu dimanjakan oleh kelebihan air. Burung-burung berterbangan, pepohohan meliukkan dahan dan rantingnya, dan hamparan bumi nan hijau yang memikat mataku membuatku semakin gugup. Di manakah kiranya mata air itu, yang sanggup membesarkan sebuah perusahaan dengan kemurniannya?
MEMAHAMI DAN MERAWAT AIR
Jika tidak menjadi peserta #DanoneBloggerAcademy2018 ini mungkin aku akan tertinggal dalam pemahaman tentang air. Meski selama bertahun-tahun aku banyak belajar tentang isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, baru kali ini aku begitu serius ingin memahami air secara menyeluruh. Sebelum perjalanan ke Klaten, aku mendapatkan materi tentang air dari Dr.Ir. Nana Mulyana Arifjaya, dosen IPB dan ahli di bidang hidrologi, ketika mengikuti kelas menulis offline di kantor Danone di Jakarta pada akhir September silam.
Meski terlihat sederhana bahkan sering disepelekan, air merupakan ciptaan Tuhan yang sangat kompleks. Bahkan dalam menjaga ketersediaan air tawar untuk menunjang kehidupan manusia dan ekosistem di bumi, air menjalani siklus tiada henti. Jumlah air di bumi tidak akan pernah bertambah maupun berkurang. Hanya saja, cara manusia memperlakukan air yang akan menentukan ketersediaan air tawar yang dapat dikonsumsi. Karena sebagian besar air di bumi merupakan air asin yang tidak dapat dikonsumsi, kecuali setelah melalui berbagai proses untuk membuatnya layak dikonsumsi.
BACA INI JUGA: Merawat Air Serupa Merawat Cinta
Mengingat pemahamanku tentang air yang sangat minim, sepanjang perjalanan aku tersenyum penuh syukur atas ketersediaan air di wilayah Klaten bahkan di puncak musim kemarau yang membakar. Hamparan hijau lahan pertanian menjadi saksi bahwa dibawah lapisan tanah ada sumber kehidupan utama yang sangat melimpah, yang bersiap sepanjang waktu membantu manusia menjalani tugasnya dalam memakmurkan bumi.
Perjalanan mendebarkan ini kemudian tiba di tempat yang kami tuju, yaitu pabrik PT. Tirta Investama, Klaten atau yang populer disebut Aqua Klaten. Dengan penuh semangat, kami para peserta fieldtrip #DanoneBloggerAcademy2018 merapikan diri, termasuk menyiapkan ponsel untuk mendokumentasikan kegiatan di pabrik. Dengan seragam berupa kaos putih berlengan panjang warna biru, bertuliskan "Danone Blogger Academy" kami berjalan tertib mengikuti petugas yang mengantar kami menuju ruang pertemuan, jauh di dalam lokasi pabrik. Kami naik ke lantai dua sebuah bangunan, yang tak jauh dari pabrik dengan suara mesin yang memekakan telinga, dalam pandangan penuh tanya dari para pekerja yang asyik bersantai sembari mengobrol atau merokok di beberapa buah gajebo bernaung pepohonan rindang.
Dalam proses pengenalan tentang cara kerja dan program Corporate Social Responsibility (CSR) Aqua Klaten, kami juga dapat menyaksikan sebuah video tentang gerakan konservasi air yang digawangi para pemuda Klaten. Kegiatannya mulai dari melakukan penanaman jenis pohon yang akarnya mengikat air, melakukan praktek pertanian organik, hingga kegiatan wisata yang berbarengan dengan konservasi sungai dan daur ulang sampah menjadi barang bernilai ekonomis.
Kejutan! Ternyata di ruangan itu aku melihat sosok yang kukenal. Ya, dialah Bang Rama Zakaria. Saat masih tinggal di Lampung dan bekerja di WALHI Lampung, aku mengenalnya sebagai Direktur sebuah lembaga lingkungan lokal yaitu WATALA. Sembari mendengarkan penjelasan tentang kerja dan kinerja pabrik Aqua Klaten, aku merasa besyukur karena dipertemukan dengan orang dari kampung halaman. Ternyata, Bang Rama telah lama bekerja di Pabrik Aqua Klaten dan sekarang posisinya merupakan Stakeholder Relations Manager PT. Tirta Investama, Klaten.
"Hai, Bang. Masih ingat saya? Ika," kataku menjabat tangan Bang Rama yang keningnya berkerut pertanda sedang berusaha mengingat sosokku.
"Eh iya Ika! Masih di WALHI nggak?" tanya kemudian. Aku menggeleng.
"Saya kira Abang kerja di kantor Danone di Jakarta," kataku dan ia menggeleng.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya, pura-pura terkejut dan tidak tahu.
"Belajar lah, Bang." Jawabku setengah tertawa.
"Oke, bagus. Nanti kita ketemu lagi di Taman Kehati, ya. Sukses selalu, Ika." Meski masih ingin mengobrol, kami berpisah karena aku dan teman-teman akan memasuki area pabrik untuk melihat proses produksi berlangsung.
MELIHAT PABRIK AQUA BEKERJA
Ini merupakan kesempatan langka dan mungkin hanya terjadi sekali saja seumur hidupku. Ya, setelah diskusi selesai, kami diperkenankan untuk mengunjungi pabrik di mana AMDK merk Aqua diproses. Kami diajak naik ke lantai dua untuk melihat bagaimana mesin dan pekerja sama-sama bekerja untuk memproses Aqua per botolnya. Ada sejumlah ruangan dengan fungsi berbeda mulai dari storage bahan botol, pembuat tutup botol, penyimpan air sebelum diproses masuk ke botol, hingga ruangan lain yang paling besar di masa setiap kemasan Aqua diproses hingga selesai dan siap dipasarkan.
"Itu apaan, Mas?" tanyaku kepada seorang petugas yang mendampingi kami.
"Untuk botol Aqua, Mbak," jawabnya.
"Botol Aqua?" tanyaku semakin penasaran.
"Iya. Itu bentuk awal botol sebelum diisi air ya begitu," jawabnya sembari tersenyum. Dibawah sana, kulihat seorang pekerja yang menggunakan pakaian pelindung menutupi sebuah keranjang yang telah penuh dengan plastik yang dilontarkan oleh sebuah tabung, kemudian memindahkannya ke bagian lain agar tersusun rapi. Sementara keranjang baru ditaruh untuk diisi bahan botol yang baru keluar dari mesin. Kulihat sejumlah keranjang berbaris rapi memenuhi 2/3 ruangan, tiap baris berisi 3 tingkat keranjang yang telah penuh.
"Nah, pekerja disana memakai pakaian khusus gara tidak terjadi kecelakaan kerja," tambahnya. Memang benar sih, kalau bahan botol terlontar mengenai si pekerja, mungkin ia akan mengalami kecelakaan. Sang pekerja terlihat mengenakan pakaian khusus berwarna biru, yang membuatnya berpenampilan setengah Astronot.
"Satu keranjang berapa banyak isinya, Mas?" tanyaku lagi, penasaran.
"1000 botol!" jawabnya. Saat mendengar kata 1000 kepalaku langsung sibuk menghitung jumlah keranjang yang tersusun rapi dan berisi penuh botol-botol Aqua yang belum menjalani proses lainnya hingga siap diisi air. Wah, banyak sekali ya.
Meski aku dan teman-teman mendapatkan kesempatan melihat pabrik Aqua dari dekat, sayangnya saat itu pabrik sedang dalam proses perawatan. Sehingga kami tidak dapat menyaksikan bagaimana proses satu botol Aqua dibuat hingga siap dipasarkan. Suasana di dalam pabrik cenderung sunyi dan satu-satunya sumber keramaian berasal dari keriuhan kami saat berdiskusi dengan tim dari Aqua. Di bagian lain, kulihat ratusan botol Aqua ukuran 600ml berbaris rapi, seperti prajurit yang menunggu komando untuk terus berperang atau pulang rumah. Sementara di bagian lain lagi kulihat tumpukan kardus yang mungkin berisi botol-botol Aqua yang siap disimpan di gudang sebelum dipasarkan.
Keadaan pabrik sangat bersih dan rapi, juga dilengkapi dengan berbagai papan pengumuman atau nilai-nilai untuk mendukung keselamatan kerja. Bahkan, ada sebuah banner yang isinya memberitahukan agar pekerja tidak membawa ponsel ke dalam bangunan pabrik karena akan membahayakan nyawa. Setelah merasa puas dengan informasi dan pengalaman yang kuperoleh, kulangkahkan kaki ke luar, tercebur kembali ke dalam gelimang cahaya matahari.
Lantas aku bergabung dengan tim dari Aqua dan teman-temanku yang tengah berdiri asyik memandangi sebuah kertas yang ditempel di dinding. Kertas itu berisi informasi mengenai Diagram Alir Proses Water Treatment SPS 1 Aqua Klaten. Ternyata, satu botol Aqua yang biasa aku konsumsi sehari-hari telah menjalani proses yang sangat panjang sebelum sampai di tanganku. Secara garis besar, air dari sumber air Aqua tidak langsung dimasukkan ke botol atau galon, melainkan melalui serangkaian proses seperti penyaringan partikel besar, penyaringan partikel halus, penyuntikan ozon, proses pembentukan gas ozon, proses destruksi ozon dan proses lainnya hingga air dinyatakan siap konsumsi. Melihat betapa panjangnya proses tersebut, pikiranku melayang pada satu perbuatan dosa saat menyia-nyiakan air dengan tidak mengonsumsinya dengan benar. Teringat juga kebiasaan buruk orang-orang yang seringkali tidak menghabiskan air didalam botol Aqua hanya karena ia membelinya dengan harga murah.
Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Tirta Investama (Aqua) memiliki kebijakan lingkungan yaitu Water Ground Policy dalam pengelolaan lingkungan. Kebijakan ini mulai diberlakukan sejak 2006 dengan pengembangan model inovatif yang disebut Aqua Lestari. Inovasi ini merupakan payung inisiatif pengembangan pembangunan berkelanjutan dari hulu hingga hilir. Demi ikhtiarnya sebagai green company, Aqua juga melakukan beberapa perubahan krusial dalam core businessnya, seperti: penghematan dan efisiensi energi; inovasi kemasan yang ramah lingkungan dan higienis; pengelolaan limbah yang efektif; dan berinvestasi di restorasi alam melalui strategi besar konservasi air.
Perubahan baik yang dilakukan Aqua dalam komitenya terhadap pembangunan berkelanjutan ditunjukkan dengan kampanye gerakan #BijakBerplastik. Kampanye ini sendiri diawali dengan komitmen Aqua mengurangi penggunaan material plastik dalam kemasan botol dan galon Aqua seperti peniadaan segel plastik di bagian penutup botol, pengurangan bobot kemasan lebih dari 20% untuk setiap kategori, giat melakukan kampanye daur ulang di kota-kota besar di Indonesia, hingga komitmen membuat kemasan yang dapat didaur ulang 100% dalam upaya meningkatkan proporsi plastik plastik daur ulang sebanyak 50% pada 2025.
Upaya baik ini merupakan langkah merubah sudut pandang dunia usaha dalam menciptakan produk. Hal ini sejalan dengan perubahan model dalam dunia usaha yang sedang dikembangkan di berbagai negara, yaitu dari linier economy ke circular economy. Jika dalam model linier economy setiap barang diproduksi dan dikonsumsi berakhir di tempat sampah, dengan model circular economy setiap sampah dari produk akan didaur ulang untuk menciptakan siklus hidup baru sebagai produk baru, sehingga bisnis menjadi nol sampah. Dengan menggunakan model bisnis yang ramah lingkungan, maka Aqua menggunakan circular packaging di mana lebih dari 70% kemasan sudah merupakan circular packaging dan 98% recyclable packaging atau dapat didaur ulang.
Dalam rangka mewujudkan model ekonomi sirkular ini, Aqua memiliki 6 pusat pengumpulan sampah di Jawa, Bali dan Lombok yang mampu menampung lebih dari 12.000 metrik ton /tahun botol plastik dan 1.000 ton kertas. Kegiatan daur ulang sampah Aqua telah mencipakan siklus hidup baru untuk plastik kemasan bekas seperti pakaian, aspal, tatakan galon dan sebagainya. Salah satu contoh yang unik adalah bahwa dari 8 botol plastik bekas dapat disulap menjadi sebuah kaos! Contohnya adalah kaos berwarna biru yang dikenakan oleh Bang Rama Zakaria berikut ini:
Sedangkan dalam upaya konservasi air adalah dengan menanam pohon. Di Klaten sendiri, PT. Tirta Investama telah menanam sebanyak 20.000 pohon pada 2015, yang merupakan bagian dari 2.454.340 pohon yang ditanam di seluruh Indonesia hingga 2016. Atas kerja kerasnya ini, melalui program Taman Kehati yang dijalankan atas kerjasama dengan jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang, pada 2015 PT. Tirta Investama (Aqua) Klaten mendapatkan penghargaan Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Jika pembaca ingin mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai program yang dilakukan Aqua dalam mewujudkan visi green company melalui berbagai kegiatan circular economy , langsung saja follow akun media sosial berikut ini:
Instagram : @aqualestari
Twitter : @aqua_lestari
Facebook : AQUA Lestari
Website : www.aqua.com
Dalam perjalanan kembali ke gedung pertemuan, sembari mengagumi betapa rapi dan teraturnya ritme kerja di pabrik Aqua Klaten ini, aku berjanji tidak akan lagi menyia-nyiakan air. Bukan saja karena kini aku sudah tahu betapa panjangnya perjalanan air dari perut bumi hingga sampai ke tanganku. Juga karena fakta bahwa tidak merawat air sama saja dengan tidak bersyukur atas anugerah Tuhan atas penciptaan air. Kepada Tuhan aku memohon ampun.
HATI GEMBIRA DI TAMAN KEHATI AQUA KLATEN
Perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi Taman Keanekaragaman Hayati milik Aqua Klaten. Taman Kehati seluas 4.8 ha yang terletak di Polanharjo ini dibangun sebagai sarana melestarikan keanekaragaman hayati khas Merapi yang sempat punah akibat erupsi pada 2010. Didalamnya terdapat berbagai spesies langka baik flora maupun fauna, dengan 200 spesies tanaman dan 50 diantaranya spesies tanaman keras dari Merapi. Ada juga 23 spesies Anggrek khas Merapi yang nyaris punah jika tidak diselamatkan. Aku pun mengangguk-angguk takjub untuk program mulia ini.
Nah, sebelum kami melakukan eksplorasi lebih jauh di Taman Kehati yang sedang musim buah mangga, pihak Aqua mengajak kami untuk menjadi bagian dari kampanye Hari Cuci Tangan Sedunia yang diperingati setiap 15 Oktober. Bang Rama Zakaria selaku Stakeholder Relations Manager PT. Tirta Investama (Aqua) Klaten menyampaikan, bahwa:
"Misi utama mengkampanyekan mencuci tangan dengan benar agar terhindar dari penyakit. Dibalik itu dibalik cuci tangan bisa disampaikan misi lain bagaimana kita harus menghemat air. Air mengucur cukup pada awal untuk membasahi tangan, setelah tangan disabun baru diguyur air lagi sampai bersih. Jadi karena air tidak sampai mengucur terus, agar air tidak terbuang sia-sia."
Lalu, aku dan teman-teman pun melakukan praktek mencuci tangan dengan baik dan benar. Tentu saja kami melakukannya dengan gembira dan tertawa-tawa seperti sedang bermain saja. Karena ternyata mencuci tangan tidak sesederhana yang biasa kita lakukan selama ini, melainkan memerlukan 6 tahap yang sangat puitis mulai dari membasuh dan mengosok kedua telapak tangan bagai sedang membuat kue, hingga membersihkan kedua punggung tangan di bagian akhir yang menjadi kunci penghematan air.
"Ayo Ika, cuci tangan dengan benar," Bang Rama memberiku semangat saat tiba giliranku melakukan praktek mencuci tangan dengan benar. Saat itu, aku bergantian dengan Okta untuk belajar mencuci tangan dengan benar sesuai standar World Health Organization (WHO). Rasanya lucu dan geli deh sudah setua ini aku baru mengerti cara mencuci tangan dengan baik dan benar, dan ternyata dapat menghemat air dengan signifikan.
Setelah itu, kami diperbolehkan melanjutkan kegiatan yaitu masuk ke area di mana Rumah Sumber Air PT. Tirta Investama, Klaten berada. Aku tersenyum senang, terutama ketika melewati jembatan besi berwarna biru dan kuning yang dibawahnya mengalir sungai dengan air teramat jernih bagai kaca. Sesampainya di area konservasi air yang tidak dapat dimasuki masyarakat umum tanpa izin, aku melihat sebuah bangunan kecil yang arsitekturnya meniru bentuk jamur dengan atap kerucut. Sementara sekeliling rumah dilindungi oleh pagar besi.
"Ini Rumah Sumber 2. Sudah tidak digunakan untuk Aqua. Tapi digunakan untuk kepentingan warga sekitar," ujar seorang petugas yang mengantar kami berkeliling. Mendengar penjelasan tersebut, aku takjub tentang upaya Aqua Klaten menjaga sumber airnya agar terjaga dari tindakan yang merusak sumber air, seperti pencemaran.
"Apakah warga sekitar boleh masuk ke area ini?" tanyaku.
"Oh tidak boleh. Karena ini area khusus yang digunakan untuk menjaga agar sumber air kita terjaga dan aman. Kita upayakan wilayah ini steril, hanya dimasuki oleh petugas yang bekerja saja," ujarnya.
Lalu kami diajak masuk ke Rumah Sumber 1. Didalamnya ada sebuah tabung yang mirip dengan tabung untuk memerah susu sapi, yang bentuknya sangat besar dan sangat dingin. Saat penutup tabung dibuka, mataku dapat melihat air bergolak dibawah lapisan kaca tebal. Ya, itulah ternyata sumber air yang berasal dari kedalaman bumi. Sumber air inilah yang menjadi bahan baku ADMK yang diproduksi PT. Tirta Investama (Aqua) Klaten dengan merk Aqua dalam bentuk botolan maupun galon, juga merk Mizone. Air itu bergolak, menggodaku untuk terus memandanginya dengan ketakjuban yang tak usai. Rasanya, sukmaku tersedot masuk, menari bersama air yang bergolak, menjadi bumi.
Setelah berpuas menyaksikan air yang bergolak dari dalam bumi dalam sumur yang dilindungi sedemikian rupa, tim dari Aqua memberikan penjelasan mengenai status air yang menjadi bahan baku bisnis Aqua. Kami bergerak menuju sumber informasi lain, yaitu sebuah peta berbingkai di dinding putih, berisi informasi tentang akuifer timur Merapi yang melingkupi wilayah Klaten, hasil penelitian kerjasama Danone dan Universitas Gajah Mada. Peta itu menggambarkan bahwa jauh dikedalam bumi, ada lapisan yang menyimpan air purba yang usianya mencapai 1500an tahun. Air itu tersimpan lama disana setelah melalui perjalanan panjang dari wilayah Merapi sampai ke area paling landai.
"Nah, kawasan berwarna biru ini merupakan wilayah yang paling banyak mengandung air dan sumber air Aqua ada disini," tunjuk si Mas pada wilayah biru di peta. Tenggorokanku tercekat seketika saat menyadari bahwa kini aku berdiri diatas tanah yang serupa harta karun paling diburu. Kulihat beberapa tanda berbentuk bulat berwarna biru muda dalam bagian peta berwarna biru agak tua, yang menunjukkan keberadaan rumah rumah sumber tempat aku dan teman-temanku berdiri. Ya, kami berdiri diatas tanah berkelimpahan air. Lalu, puji-pujian kepada Tuhan kembali berlangsung didalam hati dan pikiranku, serupa pesta untuk merayakan kelimpahan hidup yang tidak ada putusnya.
(Sayangnya, aku terlalu patuh pada aturan sehingga tidak memotret peta yang informasinya sangat berharga itu. Saat aku Googling untuk mencari informasi tambahan bagi tulisan ini, peta serupa tidak dapat kulacak.)
"Pantes ya airnya enak. Ternyata usianya sudah 1500an tahun," ujar temanku, Lutfiah dengan mimik wajah serius bercampur ketakjuban yang tak dapat dijelaskan kata-kata.
"Iya. Ini sumber air yang sangat berharga," ujar si Mas sembari tersenyum bijaksana.
"Terima kasih ya Mas untuk informasinya," ujar seseorang diantara kami, sebelum keluar Rumah Sumber 1 yang sangat istimewa ini. Dengan perasaan bahagia, kusambut kembali gelimang cahaya matahari di Taman Kehati Aqua Klaten dengan pepohonan yang menari, ikut merasakan kegembiraan peserta #DanoneBloggerAcademy2018 yang meluap-luap.
Tak jauh dari Rumah Sumber Air 1 yang telah kami kunjungi dan pelajari dengan kekaguman melangit bagai melihat pangeran tampan, aku mendekati pagar pembatas di mana beberapa orang warga sedang asyik bermain-main di kolam yang sangat jernih. Sepertinya mereka begitu bahagia dapat menikmati dinginnya air kolam di tengah musim kemarau yang membakar. Aku tersenyum iri melihat kegembiraan mereka yang sederhana.
"Hai, Mbak dan Mas. Ini air dari Aqua atau ada mata air?" tanyaku setengah berteriak.
"Wah, kalau ini ada mata air didalam sini, Mbak!" ujar seorang lelaki yang asyik berendam.
"Airnya dingin banget nggak?" tanyaku lagi, penasaran. Juga ingin berendam didalamnya. Melihat kolam yang jernih dan segar di hari yang sangat panas membuatku terpikat ikut bersenang-senang dengan warga.
"Wah, ini dingin sekali, Mbak. Sini kalau mau mandi," teriak seorang perempuan, seolah mengerti kegelisan yang kurasakan karena tak mampu menikmati kesegaran air kolam seperti mereka. .
Dengan tersenyum kecut, aku berpamitan kepada mereka yang kemudian asyik melanjutkan aktivitas berendam. Aku menjauhi area pagar dan berjalan pelan menuju sebuah pintu keluar. Kulihat sebuah selokan sedalam dua 1.5 meter dengan air yang sangat jernih. Belum pernah kusaksikan air selokan sejernih ini seumur hidupku. Aku berdiri mematung memandangi selokan itu, merenungi betapa di banyak tempat air telah kehilangan kermurniannya karena aktivitas manusia yang merusak. Manusia dan peradaban yang dibangunnya telah merubah banyak hal, termasuk air. Jika di tempat yang kemurniannya terjaga ini dapat kutemui air sebening lapisan kaca karena upaya bersama masyarakatnya. Aku memiliki harapan bahwa masih banyak tempat seperti ini di tanah airku. Tempat yang memberikan harapan bahwa kehidupan yang baik masih dapat diupayakan dan dinikmati bersama-sama.
PULANG DENGAN HATI SENANG
Tuhan Sang Pencipta memang Maha Baik, diciptakannya segala sesuatu dengan fungsinya yang indah dan praktis untuk memudahkan manusia menjalani kehidupan. Sebagai sumber kehidupan, air diciptakan dengan proses perawatan khusus oleh bumi di setiap lapisnya atau aquifer. Bumi dengan lapisan-lapisan bebatuan menjadikan wadah penyimpanan khusus untuk menjaga air di bumi, juga sebagai penyaring air agar bersih dan dapat dikonsumsi.
Air adalah sumber kehidupan. Semua keajaiban yang terjadi di planet bumi itu ada karena air. Tanpa air, dengan sendirinya kehidupan akan musnah dan punah. Oleh karena itu, mari kita merawat air dimulai dari diri sendiri dan dengan cara yang sederhana. Jika kesadaran kita tentang merawat air tumbuh perlahan-lahan secara bersama-sama, maka masa depan bumi kita akan baik-baik saja. Kita juga tidak perlu khawatir soal krisis air.
Kepada Tuhanku aku bersyukur atas anugerah kebaikan yang berkelimpahan di sekitarku, yang menjadi guru bagiku dalam memahami pesan-pesanNya. Kepada teman-teman peserta #DanoneBloggerAcademy2018 aku turut berterima kasih karena telah menjadi guru kehidupan, yang mengajariku cara menikmati hidup dengan sederhana. Canda, tawa, lelucon, kebaikan, dan apresiasi adalah pemantik bahagia tak terhingga. Juga kepada semua pihak yang setiap perannya membantuku tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, terutama dalam mensyukuri anugerah kehidupan, untuk merawatnya sebagai bentuk dukungan atas pembangunan berkelanjutan.
Bahan Bacaan Tambahan:
Aqua Grup: Berpedoman pada Water Ground Policy
Laporan Keberlanjutan Danone-Aqua 2015-2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H