Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menggagas Efek Pengganda Makan Siang Bergizi Gratis

10 Januari 2025   09:15 Diperbarui: 10 Januari 2025   09:40 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemerintah berencana untuk mengevaluasi program Makan Siang Bergizi Gratis (MBG) sebulan setelah pelaksanaannya yang telah dimulai sejak 6 Januari 2025. Di media sosial berkembang banyak gagasan untuk 'membatalkannya'. Misal, ada pandangan sebaiknya program MBG diberikan dalam bentuk uang kepada orang tua, diberikan dalam bentuk voucher yang bisa dibelanjakan di tempat makan manapun dan kapanpun (tidak perlu makan di sekolah dan tidak harus dalam bentuk makan siang), sebaiknya anggaran dialihkan ke program subsidi lain seperti listrik, internet, dll.

Namun, saat ini daripada menggagas 'pembatalannya', sebaiknya di awal pelaksanaan program kita bersama mencoba memberikan masukan agar program MBG ini maksimal manfaatnya. Artikel ringkas ini akan berusaha untuk memberikan kontribusi kecil pada penggandaan manfaat MBG kepada masyarakat miskin utamanya (sekali lagi program MBG sebaiknya di awal difokuskan kepada masyarakat miskin) secara maksimal sebelum dilakukan evaluasi untuk perbaikan ataupun bahkan penghentiannya.

Efek Pengganda Secara Ekonomi

Gagasan tentang efek pengganda program ini pada aspek ekonomi sudah banyak dibahas. Sebagai contoh, bagaimana program MBG ini dapat memberikan efek pengganda pada perekonomian lokal dalam bentuk penggunaan bahan baku yang diproduksi di tempat program MBG ini dilaksanakan.

Misalkan, di satu lokasi produk lokal yang banyak diproduksi adalah ikan, maka program MBG sedapat mungkin mengolah ikan menjadi berbagai menu, baik yang sudah dikenal maupun yang merupakan inovasi baru. Dengan cara seperti ini, maka pengusaha lokal yang diutamakan adalah UMKM dan koperasi akan mendapatkan efek pengganda. Selain itu, karena merupakan sumber daya lokal baik biaya transportasi maupun efek buruk transportasi pada lingkungan hidup menjadi rendah.

Akan lebih baik, jika UMKM dan koperasi juga dilibatkan dalam proses produksi MBG - bukan hanya kantin-kantin institusi militer dan pemerintahan, sehingga akan menyerap tenaga kerja lokal. Tenaga kerja lokal juga bisa dimanfaatkan untuk transportasi MBG dari tempat produksi ke sekolah atau lokasi sasaran MBG yang lain. Dengan cara seperti ini MBG juga akan menyerap tenaga kerja baru dan bisa mengurangi pengangguran.

Memang perlu dihitung skala ekonomi yang memungkinkan satu lokasi produksi dapat efisien dalam hal biayanya. Dana Rp. 10.000, jika diproduksi dengan skala ekonomi kecil, mungkin tidak akan realistis. Namun, jika skala ekonominya menjadi 1000 porsi atau lebih, maka total dana Rp. 10 juta atau lebih barangkali memungkinkan produsen MBG untuk memperoleh keuntungan.

Di awal program, diperlukan waktu untuk membangun jaringan dan menjamin pasokan yang handal baik dari sisi kualitas maupun kuantitas bahan baku. Tetapi, jika dilakukan dengan baik dan ditunjuk pemimpin yang tepat, jaringan dan kehandalan pasokan bahkan bisa dikembangkan bukan hanya untuk program MBG saja.

Efek Pengganda dari Aspek Teknis

Jika MBG juga dapat memunculkan inovasi olahan makanan yang diproduksi secara lokal, maka produsennya dapat memperoleh manfaat penggandaan program MBG dari aspek teknis. Inovasi menu makanan, bisa kemudian dikembangkan bukan hanya untuk program MBG saja, tetapi juga 'diekspor' ke daerah lain atau untuk menarik wisatawan. Siapa yang mengira, misalnya, tiwul bisa menjadi makanan elit dan oleh-oleh khas daerah.

Kelayakan teknis juga bisa dikembangkan saat menyiapkan bahan baku untuk diolah menjadi masakan. Kita sudah menyaksikan bagaimana proses memarut kelapa bisa dilakukan dengan cara lebih mudah dan secara masal. Mungkin juga dikembangkan berbagai cara untuk membersihkan, mengupas atau memasak jenis bahan baku tertentu. Di media sosial tiktok, kita misalnya melihat bagaimana merebus telur dan membersihkan cangkangnya secara efisien dan efektif, mengupas kentang, semangka, dll. adalah beberapa cara teknis yang dapat dikembangkan secara luas.

Efek Pengganda Sosial

Jika murid dan guru bersama-sama menikmati makan siang dari program ini, guru juga bisa mengajarkan dengan memberikan contoh konkrit tentang table manner. Siswa dari awal diajari tata cara, sopan santun dan etika dalam menikmati hidangan.

Sebaiknya siswa juga diajari untuk membersihkan tempat makan dan memilah sampah dari sisa makanan, serta jika dimungkinkan mengolah sampah yang dihasilkan. Di sekolah siswa belajar untuk tidak membuang makanan dan belajar untuk berusaha menghabiskan makanan. Siswa diajari untuk menghargai makanan yang telah disediakan, betapapun dia tidak menyukainya, kecuali memang dia memiliki alergi atau masalah sejenisnya. Siswa yang tidak terbiasa makan sayur, diusahakan untuk membiasakan diri untuk makan sayur.

Efek sosial yang lain tentunya pada kesehatan yang sudah banyak dibahas. Dengan gizi yang baik, harapannya stunting dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan. Siswa yang makan makanan bergizi akan lebih sehat dan dapat lebih fokus dalam menyerapkan pelajaran di sekolah. Ada banyak manfaat lain di aspek kesehatan yang juga sudah dibahas di berbagai media.

Alangkah baiknya, ahli gizi dilibatkan dalam memberikan penjelasan kandungan gizi dari makanan yang disajikan. Guru dan siswa bisa bersama-sama membahas kandungan gizi dari masing-masing jenis menu dan pengaruhnya pada kesehatan. Hal ini bukan hanya bermanfaat untuk keterbukaan kandungan gizi makanan di program MBG saja, tetapi juga menjadi alat pembelajaran bagi siswa. Jika dilakukan secara konsisten, siswa akan terbiasa untuk makan dengan menu sesuai kandungan gizi yang diperlukan untuk kesehatan tubuh.

Jika memungkinkan siswa diminta untuk memberikan masukan atas menu makanan yang mereka santap, selain hal ini bisa memberikan masukan kepada pengelola, juga bisa mengajarkan siswa untuk kritis dan terbiasa untuk aktif memberikan masukan.

Baik juga jika, tempat makan yang digunakan dalam program MBG bukan jenis tempat makan sekali pakai. Siswa bisa secara bergiliran, piket, untuk membersihkan tempat makan. Di banyak negara lain, seperti misalnya di tempat saya sekolah di Radboud Univerity Nijmegen Belanda, kita dipaksa untuk membawa tempat makan kita, membersihkan dari sisa makanan dan memilah sampah sisa makanan dan memasukkannya ke tempat sampah yang berbeda untuk tiap jenis sampah, serta meletakkan tempat makanan yang sudah relatif bersih di tempat tertentu untuk dibersihkan. Generasi muda kita di masa yang akan datang tidak akan seperti saya yang perlu diberitahu dan diwanti-wanti oleh dosen pembimbing saya di Radboud untuk melakukannya.

Tempat makan yang telah dibersihkan secara bergiliran oleh siswa dapat diambil saat pengiriman makanan di hari berikutnya oleh kurir pengirim, dan setelah dipastikan bersih dapat digunakan kembali. Selain dapat menghemat biaya, cara seperti ini juga dapat mengurangi sampah anorganik tempat makan.

Efek Pengganda dari Aspek Lingkungan Hidup

Tempat makan yang dapat digunakan kembali akan mengurangi beban sampah pada lingkungan hidup. Demikian juga jika sampah dipilah mana yang organik dan mana yang anorganik, jika tidak memungkinkan diolah sendiri oleh sekolah, maka sekolah dapat bekerja sama dengan bank sampah terdekat atau pemulung. Hal ini akan mengurang beban Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Satu hal yang penting adalah minum. Beberapa sekolah di Semarang sudah menyediakan dispenser bagi siswa, guru dan karyawan. Siswa, guru dan karyawan dibiasakan untuk membawa tempat minum sendiri, dan tidak perlu membeli air minum dalam kemasan yang akan menghasilkan limbah botol plastik.

Cara seperti ini selain mengurangi sampah plastik, juga bisa menjamin higienitas air minum. Pengelola MBG atau sekolah bisa bekerja sama dengan Depot Air Minum yang dapat diandalkan di dekat lokasi sekolah untuk rutin mencek dan memasok air minum.

Jika mayoritas bahan baku diproduksi lokal, MBG bukan hanya akan membangkitkan perekonomian lokal, juga akan mengurang CO2 yang dihasilkan dari transportasi bahan baku.

Harapan

Harapan yang besar pada aspek pengganda manfaat MBG, mudah-mudahan bukan awal dari penghentian program ini, tetapi memunculkan ide-ide baru untuk menyempurnakan program MBG ini, termasuk bagaimana melibatkan pihak swasta atau bisnis dengan dana Corporate Social Responsibility-nya.

Program ini sudah banyak diselenggarakan di negara lain termasuk di negara ASEAN, jadi sebaiknya kita tidak pesimistis dengan program MBG ini. Pelibatan banyak pihak, termasuk yang kontra, akan membuat program MBG ini menjadi program milik bersama dan bukan hanya program Presiden Prabowo. Mudah-mudahan program MBG menjadi legacy kita bersama untuk generasi muda, khususnya generasi muda yang miskin, untuk menatap masa depan dengan lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun